NovelToon NovelToon
Bad Boy Falling In Love

Bad Boy Falling In Love

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Fantasi / Cintapertama / Diam-Diam Cinta / Bad Boy / Idola sekolah
Popularitas:3k
Nilai: 5
Nama Author: Violetta Gloretha

"Siapa nama lo?." Suara lelaki itu yang dalam bergema di telinga seorang gadis yang menatapnya dengan penuh minat.

"A-abila!." Jawabnya tergagap

"Apa cewek itu ngeliatin kita?." Lelaki itu melirik ke arah gadis lain yang tengah memperhatikan mereka dengan mengepalkan tangannya.

Abila yang mengerti maksud lelaki tampan yang berdiri di hadapannya itu langsung mengangguk pelan. "I-iya."

"Good!."

Tanpa berkata apa pun lagi, lelaki itu langsung mencium bibir Abila

Dan, tidak ada yang menyangka bahwa ciuman itu yang akan menentukan nasib mereka.

Satu ciuman dari bad boy tampan dan semua berakhir bagi Abila

Sejak orang tuanya meninggal, Abila Beyza Auliandra lebih suka menjalani kehidupannya dengan tenang. Pemalu dan pendiam, Abila hanya bisa bersikap bebas ketika berada di dekat sahabatnya, Rafka Shankara Arsala pemain basket yang sedang naik daun di sekolah mereka.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Violetta Gloretha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

13

'Sekarang gua nyesel!.' Batin Zerga. Saat ini dia bersama  Abila tengah berada ditepi danau yang sama dengan tempat ketika dia melemparkan gitar Abila.

Abila terus melirik ke belakang, hanya untuk memastikan bahwa tidak ada yang melihat dia dan Zerga bersama. Tetapi sepertinya jarang orang yang pergi ke tempat ini. Pepohonan di tepi danau ini agak terlalu rimbun dan tempat itu tidak mudah terlihat dari jalan, kecuali ada yang memang sengaja pergi kesana. Lagi pula, danau itu tidak memiliki pembatas sehingga kebanyakan orang menghindarinya.

Zerga merasa mengantuk hanya karena memperhatikan halaman demi halaman buku yang di pangkuannya sekarang.

"Ayo kita baca dari bab pertama." Saran Abila. "Aku mau fokus sama dialognya putri dan adiknya, sementara kamu fokus aja ke karakter lainnya. Dan setelah itu--"

Zerga melemparkan bukunya ke samping sembari terlihat menguap. "Bosen!." Katanya. "Ngga ada buku lain apa?."

"Ini pelajaran sastra." Kata Abila menjelaskan. "Kita bisa dapet nilai kalau kita bisa--"

"Mendingan baca komik dan itu yang dikumpul." Kata Zerga dengan bercanda. "Ngga ngebosenin daripada pelajaran."

"Kamu bisanya apa sih?."

"Baca komik detektif conan." Zerga menyeringai. "Atau tentang petualangan? Itu komik yang gua suka."

"Kita  harus lebih serius, Zerga."

Zerga memutar bola matanya. "Lo juga lama-lama ngebosenin." Dia mengambil buku pelajaran milik Abila dan membolak balikan halamannya tanpa tujuan.

Abila yang melihat hal itu pun mengernyitkan dahinya, sedikit merasa kesal karena Zerga kurang antusias. "Kalau kamu ngga mau ngerjain tugas, kamu boleh pergi!." Katanya. "Aku maunya serius."

"Kenapa sih lo harus serius banget belajarnya?." Zerga mencibir. "Buat apa juga rajin-rajin belajar?"

"Kamu bisa serius ngga ngerjain tugasnya?." Kata Abila dengan suara yang sedikit keras. "Aku ngga mau dapet nilai jelek cuma gara-gara kamu ngga mau serius!."

"Kenapa? Santai aja kali! Waktu kita masih panjang." Jawab Zerga, main-main.

"Aku harus cepetan ngumpulin tugas ini supaya bisa dapat nilai dari Bu Anita sebelum pendaftaran kuliah di mulai!." Seru Abila. Ia merasa kesal karena harus bekerja sama dengan Zerga.

"Lo lagi pusing mikirin kuliah? Gua kira lo Pinter banget." Kata Zerga dengan raut wajah malas. "Lo bisa masuk kampus mana pun yang lo mau. Ngapain harus ngebut belajarnya?."

Abila tetap terdiam, ia mengambil bukunya dan mengeluarkan buku catatannya. "Aku mau ngerjain tugas sendiri." Kata Abila tiba-tiba. "Kamu boleh pergi."

"Gua ngga mau." Zerga menyeringai

Abila mengabaikan Zerga dan fokus pada tugasnya. Ia harus mendapatkan nilai bagus lebih awal agar bisa mendaftar ke universitas yang diinginkannya. Zerga tidak mengatakan apa pun setelah Abila mengabikannya, lelaki itu kemudian hanya mengamati Abila.

Abila membenarkan posisi kacamatanya dan asyik membaca buku.

Sementara Zerga memperhatikan hidung Abila sesekali mengernyit saat melihat Abila mencoret-coret bukunya, menandai hal apa saja yang penting, yang ada didalam bukuny. Bahkan bibir gadis itu sedikit mengerucut saat menulis dan dia sama sekali tidak menyadari hal lain yang terjadi disekitarnya. Anehnya, Abila terlihat manis, bahkan tanpa mengenakan riasan.

"Kehidupan lo bener-bener ngebosenin, ya?." Tanya Zerga tiba-tiba. "Belajar, terus pulang. Dan satu-satunya temen lo cuma si brengsek itu. Gimana lo bisa hidup?."

Abila mendongak, merasa kesal. "Tolong ya, kamu ngga boleh manggil dia brengsek atau apa pun yang kamu mau! Dia itu punya nama!." 

"Oh cowok lo, makanya selalu dibelain." Kata Zerga dengan nada sinisnya.

"Rafka bukan pacar aku!." Seru Abila.

Zerga terkejut dengan jawaban tegas yang keluar dari mulut Abila.

Bahkan Abila pun juga terkejut dengan keberaniannya sendiri.

"Rafka bukan pacar ku!." Gumam Abila lirih. "Jangan sebarin gosip yang ngga jelas. Aku sama dia cuma sahabatan. Rafka itu udah aku anggap kayak kakakku sendiri."

Zerga menatap Abila dengan raut wajah terkejut sebelum akhirnya tertawa terbahak-bahak.

Kedua mata Abila mengerjap bingung. Apanya yang lucu?

"Lo itu bener-bener naif!." Zerga kembali terkekeh. "Sahabat? Emangnya lo pikir dia nganggep lo sahabat?."

"Iya, emangnya kenapa?." Abila balik bertanyanya. "Kita berdua sahabatan."

Tetapi Zerga hanya menggelengkan geli. Gadis in sungguh naif. Kenaifannya akan membuat rencana Abila semakin cepat tercapai.

"Lo bilang kalian berdua sahabatan. Tapi, lo berani bohong dari dia?." Kata Zerga. "Apa dia tahu kalau kita patner tugas? Atau soal insiden kecil diantara kita hari itu?."

Abila menelan salivanya dengan susah payah dan kemudian menundukkan kepalanya, tetapi Zerga justru mencondongkan tubuhnya kedepan dan berbisik. "Gua yakin dia juga ngga tau kalau kita udah pernah ciuman, kan?."

"D-dia..."

"Gua ragu kalau dia juga tau lo suka nyanyi." Tebak Zerga. "Gua bener semua, kan?."

Abila diam, tidak menjawab. Dan terus menghindari tatapan Zerga yang hanya membuktikan bahwa semua dugaanya benar.

"Sahabat yang bahkan ngga tau bakat rahasia lo." Lagi, Zerga kembali buka suara dengan lantang. "Lo seriusan nyebut hubungan kalian ini sebagai sahabat?."

"A-aku ngga terlalu bisa nyanyi." Kata Abila. Ia malu karena Zerga tahu rahasia tentang dirinya yang tidak diketahui Rafka. Dan Zerga akan menyiksanya dengan rahasia itu seumur hidupnya. Kenapa Abila harus bernyanyi hari itu?

Zerga mengangkat sebelah alisnnya. "Menurut gua sih, lo hebat." Katanya dengan santai. "Ngga semua orang bisa nyanyi kayak lo kemarin."

Abila perlahan mendongakkan kepalanya, mencerna kata-kata Zerga. Zerga tidak menatap kearah Abila lagi, tetapi lelaki itu dengan santainya mengeluarkan komik dari dalam tasnya, tanpa menyadari rona merah di pipi Abila.

"Lagunya juga lumayan." Lanjut Zerga. "Agak terlalu lembek buat selera gua, tapi suara lo bagus."

Abila mengambil bukunya dan membenamkan dirinya dengan berpura-pura membaca buku itu, ia berusaha tidak terlalu memikirkan kata-kata Zerga.

'Pasti Zerga cuma bercanda.' Batin Abila, namun dia melirik Zerga setiap beberapa detik, dan hal itu membuat jantungnya berdebar kencang.

"Kenapa?." Tanya Zerga saat dia baru saja memergoki Abila yang tengah memperhatikanya.

"Hm? Ngga ada kok." Abila mencicit dan buru-buru kembali fokuspada bukunya.

Sementara Zerga hanya menggelengkan kepalanya dan hendak mengalihkan pandangannya, tetapi tiba-tiba da merasa seperti baru saja melihat bayangan yang bergerak di belakang pohon, tak jauh darinya.

"Eh? Kamu mau kemana?." Tanya Abila saat melihat Zerga tiba-tiba berdiri.

Zerga tidak menjawab, melainkan tetap berjalan menuju ke tempat dimana dia mengira melihat bayangan itu. Zerga memindahkan beberapa dahan yang menutupi jalannya dan celingukan, tetapi dia tidak mendapati siapa pun ada disana.

"Ada apa?." Tanya Abila lagi. "Di sana ada orang?."

"Ngga ada." Jawab Zerga pada akhirnya. "Di sini ngga ada apa-apa kok."

Abila merasa bingung, tetapi dia membiarkannya.

~

"Kamu dapat hukuman?." Tanya Ida dengan nada tegas pada putranya.

Rafka pulang terlambat hari ini. Dan Ida sudah mendapatkan panggilan dari pihak sekolah yang mengatakan bahwa Rafka mendapatkan hukuman karena sudah menyerang siswa disekolah mereka. Tetapi pihak sekolah tidak memberi tahu siapa siswa yang akan Rafka pukuli.

Untuk pertama kalinya, Abila melihat betapa menakutnya Ida ketika sedang marah seperti sekarang.

"Bunda selalu kerja keras supaya kamu bisa belajar disekolah terbaik dan Bunda bangga setelah kamu berhasil masuk disekolah itu!." Teriak Ida pada putranya. "Hari ini, hari ini Bunda dapat kabar kalau putra Bunda mukulin temennya sendiri? Kenapa kamu bisa ngelakuin itu? Ini bukan kamu yang Bunda tau, Rafka!."

Rafka menundukkan kepalanya, menatap kedua sepatunya, tidak sanggup menatap sang ibunya.

"Bunda, Bunda yang tenang ya." Abila mencoba menjadi penengah, tetapi Ida seperti tidak ingin tenang sekarang.  Ia sangat kecewa pada putranya atas tindakannya itu.

"Bunda punya banyak banget harapan sama kamu, tapi malah..." Ida dengan malas, mendudukkan dirinya di kursi sofa, menatap putranya dengan tatapan kecewa.

Sementara Rafka malu dengan apa yang ia lakukan pada ibunya, tetapi ia tetap tidak akan memberi tahu bahwa dirinya bertengkar dengan Zerga.

Jika sampai Rafka mengatakannya bahwa dia bertengkar dengan Zerga, hal ini akan membuka kotak rahasia yang akan ia simpan sendiri.

"Maaf, Bunda." Gumam Rafka lirih.

"Maaf? Apa itu bisa bikin semuanya baik-baik aja?." Teriak Ida. "Kamu tau ngga? kamu dihukum seminggu penuh! Kamu ngga sekolah selama seminggu!."

"Bunda..."

"Ngga ada latihan basket!." Seru Ida dengan nada tinggi.  "Kamu juga ngga usah kerja. Ngga ada internet atau pun ponsel! Kamu udah dilarang masuk ke sekolah selama seminggu. Bunda mau obrolin ini ke pihak sekolah kamu, jadi kamu harus tanggung jawab sama perbuatan kamu!."

Rafka hendak protes, tetapi tatapan tajam ibunya membuatnya tak bisa membuka mulutnya. Rafka akhirnya hanya menganggukkan kepalanya dan mengatakan 'maaf' sebelum akhirnya berjalan menaiki tangga menuju kamarnya.

Abila menarik napasnya, berjalan mendekati Ida dan duduk di samping wanita itu.

"Bunda, Abila tau kok kalo Rafka udah bikin kesalahan." Kata Abila, buka suara. "Tapi kesalahan itu cuma..."

"Satu kesalahan bisa jadi kebiasaan, Abila!." Jawab Ida.  "Bunda cuma ngga mau kalo Rafka jadi anak yang kasar kayak...." Ida terlihat menahan diri untuk tidak mengatakan apa pun dan kemudian menarik napasnya dalam-dalam. "Kamu bisa tinggalin Bunda sendiri sebentar?." Pinta wanita itu. "Bunda lagi pengen sendiri."

Abila merasa ragu apakah dirinya harus meninggalkan Ida sendirian, tetapi melihat kondisi wanita kepala empat itu, menurutnya yang terbaik adalah memberikan waktu padanya.

'Aku bisa bicara sama Bunda lagi besok pagi.' Batin Abila. Ia mengangguk pelan dan tersenyum, beranjak dari tempat duduknya, lalu perlahan berjalan kembali keatas, melewati kamar Rafka.

Abila tahu bahwa Rafka pasti sedang sedih sekarang dan di saat-saat seperti ini, Rafka lebih suka menyendiri untuk merenung.

Abila mengambil selembar halaman dari buku catatan dan menulis sebuah pesan di situ. "Rafka, kamu tau kalau aku selalu ada buat kamu." Setelah menulis hal itu, Abila menyelipkan kertasnya di bawah pintu kamar Rafka, berharap Rafka akan membacanya.

Abila lalu berjalan menuju kamarnya dan menutup pintu. Sembari menghela napas, ia mengambil tas sekolahnya dan mengobrak-abrik isinya untuk mencari ponsel miliknya, tetapi sesuatu justru menarik perhatiannya.

Sebuah kotak kecil berwarna merah.

"Apa ini? Perasaan aku ngga punya kotak kayak gini?." Tanya Abila pada dirinya sendiri sembari mengeluarkan kotak itu.

Kotaknya terbungkus rapi seperti sebuah kado yang sengaja dihadiahkan. Sekarang bukan ulang tahun Abila, jadi Abila bingung siapa yang memberinya kotak ini?

"Apa mungkin Rafka yang narok di sini?." Tanya Abila lagi, sembari membuka bungkusnya. Perlahan Abila membuka pita dan membuka kotaknya.

"Ah!." Teriaknya dan menjatuhkan kotak itu, karena saing terkejutnya. Matanya menatap ngeri isi kotak itu, mulutnya menganga.

Di  dalamnya ada sekumpulan ngengat yang telah tercabik-cabik.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!