Cinta Yang Sederhana

“Nadia, ayo pulang.”

Rupanya Aditya yang memanggilnya. Ia mengajak Nadia masuk ke dalam mobilnya. Perempuan itu mengikuti langkah suaminya setelah berpamitan dengan Reka rekannya.

Meski Aditya bersikap apatis, tetapi ia masih peduli pada Nadia. Hari sudah malam, ia berinisitiaf untuk menjemputnya ke tempat kerja karena khawatir bila terjadi sesuatu pada istrinya.

Di dalam mobil itu mereka saling diam. Berbeda dengan Aditya yang sebelumnya banyak bicara dan selalu seria saat mengantar jemputnya, Aditya yang ini lebih banyak diam dan cemberutnya membuat Nadia takut saat bersamanya.

“Nadia pikir, Aa gak akan jemput Nadia karena gak ngirim pesan apapun.”

“Harusnya kamu, Nad, yang ngasih tahu kalau mau pulang telat,” sergah Aditya.

Cittt.

Sontak, Nadia memegang pegangan di atasnya. Ia nyaris terbentur dashboard karena memang tidak memakai sabuk pengaman dengan benar.

Aditya yang mengerem mendadak membuatnya hampir lepas jantung. Rupanya ada pengendara yang main salip di depan.

“Breng-sek!” kata Aditya mengumpat. Dia menepikan mobilnya, lantas keluar dari mobil dengan marah.

Nadia ikut keluar, dan melerai suaminya yang sepertinya sudah pasang badan akan menghajar pengendara yang tiba-tiba menyalip kiri mobilnya.

“Maneh teh punya mata, gak? Ini jalan umum, bukan jalan bapak maneh!” kata Aditya menghardik pengguna jalan itu.

“Aing bogem, mati maneh! Sini!” kata Aditya saat pengendara itu menjatuhkan motornya dan petentang-petenteng hendak melawan Aditya.

Seketika jalanan menjadi padat dan ramai orang berkumpul unutk melerai dua orang sepertinya kana baku hantam. Masing-masing sudah menyincing lengkang.

“Hayu, kamari maneh kalau mau tanding!” kata pengendara motor bebek itu.

“Mentang-mentang punya mobil sok seenaknya wae!” kata pengendara motor itu.

Aditya sudah mengangkat kepalan tangannya, tetapi Nadia langsung mendorong mundur badannya.

“Oh, jadi ini nih pasangan syur itu!? Iya, kan mereka berdua ini yang lagi viral?” ujar si pengendara motor itu menunjuk pada Nadia dan Aditya.

Seperti sedang memanfaatkan momen, pengendar itu malah cekekekan dan mengambil ponselnya untuk kembali merekam Aditya yang marah-marah.

“Gais, jadi ini gais penampakan asli pasangan yang syur di hotel itu. Ini dia orangnya ada di depan mana, lagi ngamuk dia,” ujar si pengendara motor itu merekam Aditya dan nadia dengan ponselnya. Pun sekarang orang-orang turut berbisik dan menggunakan ponselnya untuk saling merekam.

Aditya semakin naik pitam. Dia sudah mengepalkan kedua tangannya dan buku-buku jarinya sudah memutih saking sewotnya.

“Anjir lo! Maju sini,” kata Aditya.

Nadia masih di sisinya. Dia menahan dada Aditya sudah merah padam penuh amarah di wajahnya.

“A, sabar, A! A Adit!” Nadia mencoba menenangkan suaminya yang masih membusungkan dada.

“Awas, Nad! Orang dia yang salah kok ngeyel! Playing victim, lo! Najis! Banci!” kata Aditya menuding pengendara motor itu.

“Viralin saja, gais. Ternyata memang orangnya problematic, ya. Dia mau ngamuk gara-gara gak diterima gue salip,” ujar si pengendara semakin membakar amarah Aditya hingga membuat darahnya mendidih.

“Ini ceweknya, si Nanad. Aslinya cantik sih, gais. Sayangnya .....”

Mendengar itu, Aditya semakin hilang akal untuk tetap bersabar menuruti ucapan istrinya. Jiwa maskulinnya seakan meronta, Aditya pikir memang permasalahan ini sudah tidak bisa diselesaikan dengan cara kekeluargaan lagi.

Aditya maju lebih dulu, dan satu bogeman mendarat di rahang pria itu sampai terhuyung.

“Breng-sek! Tai kucing! Rasakan, huh!” Aditya lantas menarik kerah jaket pengendara itu dan mendorongnya mundur sampai menabrak tiang listrik di tepian jalan.

Dia menghajar pria itu sekali pukulan sampai membuatnya terkapar.

Tidak berhenti di sana, dia mengejar pria yang sudah mengesot tidak berdaya.

“A, sudah, A! Cukup, A Adit!” Nadia menarik baju suaminya supaya berhenti memukuli pria yang di bawahnya.

Orang-orang tidak ada yang mampu menolong, Aditya terlalu membabi buta menghajar pria itu.

“A, lain kali gak usah lagi jemput Nadia kalau begini caranya!! Udah, stop!”

Aditya lantas diam di posisinya.

"Kamu apakan orang itu? Lihat, A?" tanya Nadia menunjuk orang yang sedang terbaring di bawah Aditya.

Aditya berdiri dari atas tubuh pria yang sudah berlumur darah yang keluar dari mulut dan hidungnya.