Hidup terkadang membawa kita ke persimpangan yang penuh duka dan kesulitan yang tak terduga. Keluarga yang dulu harmonis dan penuh tawa bisa saja terhempas oleh badai kesialan dan kehancuran. Dalam novel ringan ini kisah ralfa,seorang pemuda yang mendapatkan kesempatan luar biasa untuk memperbaiki masa lalu dan menyelamatkan keluarganya dari jurang kehancuran.
Berenkarnasi ke masa lalu bukanlah perkara mudah. Dengan segudang ingatan dari kehidupan sebelumnya, Arka bertekad mengubah jalannya takdir, menghadapi berbagai tantangan, dan membuka jalan baru demi keluarga yang dicintainya. Kisah ini menyentuh hati, penuh dengan perjuangan, pengorbanan, keberanian, dan harapan yang tak pernah padam.
Mari kita mulai perjalanan yang penuh inspirasi ini – sebuah cerita tentang kesempatan kedua, keajaiban keluarga, dan kekuatan untuk bangkit dari kehancuran.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Michon 95, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13 : Novel Yang Belum Selesai
Di sebuah kerajaan yang damai, hiduplah seorang pangeran miskin yang dikenal karena kebaikan hatinya. Ia selalu siap membantu siapa pun yang membutuhkan, bahkan sampai mengorbankan seluruh hartanya. Suatu hari, saat mengembara, pangeran menemukan seekor naga yang terluka. Tanpa ragu, ia merawat naga tersebut hingga sembuh.
"Kenapa kamu membantu orang lain tanpa mengharap imbalan? Dan kenapa mengulurkan tanganmu pada tangan yang sangat ditakuti manusia?" tanya sang naga, heran.
Dengan wajah bingung, pangeran menjawab, "Aku ingin melakukan semua yang aku bisa untuk meningkatkan jumlah senyuman di kerajaan. Apa itu salah?"
Sejak hari itu, petualangan panjang pangeran dan naga dimulai.
Di sebuah rumah sederhana, Ralfa mendengarkan cerita itu dengan penuh perhatian. "Wah, cerita yang sangat menarik!" serunya. "Kamu harus memberitahuku lebih banyak tentang cerita ini! Menghabiskan setiap hari hidup miskin seperti ini sungguh membosankan."
"Baiklah, tapi harus ditulis terlebih dahulu," jawab Viona ceria, sambil memegang selembar kertas.
"Oh begitu," Ralfa mengangguk.
Hari-hari berlalu, dan setiap kali Viona berkunjung, ia membawa lebih banyak kisah untuk diceritakan. Ralfa menantikan setiap kunjungan Viona, karena cerita itu menjadi pelipur lara di kehidupannya yang suram.
Namun, suatu hari, Viona datang dengan wajah sedih. "Tidak ada lagi," katanya.
"Ya, saya minta maaf karena tidak bisa memberi tahu Anda akhir ceritanya," Viona menyesal.
"Tapi kenapa begitu?" tanya Ralfa bingung.
"Apa mungkin penulisnya sedang hilang minat menulis?","tidak apa-apa aku bisa menunggu"
"Bukan begitu, tidak akan pernah ada lagi," sela Viona, air mata mengalir di pipinya. "Dia selalu punya tubuh yang lemah! Dan ketika dia sakit, tidak ada cukup uang untuk dia berobat."
Lalu Ralfa pun terbangun dari mimpinya, "Mimpi...?"
"Bukan, itu yang sebenarnya terjadi di kehidupanku yang sebelumnya"
Di dunia ini, dengan kesempatan keduanya, Ralfa bertanya-tanya apakah penulis cerita itu masih hidup.
"Dari pada memikirkan itu, lebih baik aku bangun," katanya pada diri sendiri.
Setelah mandi dan berpakaian, Ralfa turun untuk sarapan.
"Viona, setelah ini ikut aku untuk membeli stok camilan," katanya.
"Baik," jawab Viona.
Setelah ralfa selesai sarapan mereka pergi membeli stok camilan untuk di rumah dan dalam perjalanan pulangnya, Ralfa melihat toko roti terkenal dan ingin mampir.
"Pak Mul, kita mampir sebentar untuk membeli roti yang terkenal itu di seberang jalan," perintahnya.
Setelah membeli roti, Ralfa menawarkan satu kepada Viona. "Viona, apa kamu mau roti? Kalau mau, ambillah satu."
"Eh, apa benar tidak apa-apa aku menerima ini?" tanya Viona ragu.
"Tidak apa-apa, ini tidak semahal itu," jawab Ralfa ceria.
"Wah, terima kasih banyak!" kata Viona senang.
"Tapi..."
"Apa ada masalah?"
"Tidak, hanya saja saya yakin adik saya akan senang memakan sesuatu seperti ini juga," jawab Viona.
"Kalau itu masalahnya, kenapa kita tidak mampir sebentar ke rumahmu?" tanya Ralfa.
"EHH?" Viona kaget.
"Jika kamu ingin membiarkan adikmu mencicipinya, maka kita harus bergegas," kata Ralfa. "Lagipula, roti paling enak dimakan ketika masih hangat."
Rumah Viona terletak di pedesaan yang cukup jauh dari tempat dia bekerja,Akhirnya, mereka sampai di rumah Viona, yang memiliki pakarangan yang cukup luas. Ralfa terkesan, "Ini bahkan lebih baik dari rumahku di kehidupanku yang sebelumnya ketika keluargaku sudah bangkrut."gumamnya
Di dalam rumah, Ralfa disambut oleh ayah dan ibu Viona. "Selamat datang, Tuan Ralfa, senang bertemu dengan Anda,saya ayah viona" kata ayah Viona.
"Saya ibunya," tambah ibunya.
"Begitu juga aku, namaku Ralfa Ande," jawab Ralfa ramah.
"Kami benar-benar berterima kasih karena telah memberikan kebaikan Anda pada putri kami," ujar ayah Viona.
"Tolong jangan cemas, aku hanya mampir untuk hari ini, itu saja," kata Ralfa.
"Kalau begitu, Viona, tolong cepat perkenalkan aku pada adikmu," pinta Ralfa.
"Maafkan saya, Tuan Ralfa, adik saya Ella memiliki tubuh yang sedikit lemah dan menghabiskan sebagian besar waktunya beristirahat," jelas Viona.
"Kalau begitu, kenapa kita tidak pergi mengunjungi adik perempuanmu?" tanya Ralfa.
"Terima kasih banyak atas perhatian Anda, adik perempuan saya pasti senang bahwa Anda menemuinya," jawab Viona
Ah,tolong jangan pikirkan itu" kata Ralfa
Lalu Ralfa pun memberikan dua buah roti nya pada orang tua viona.
"Oh iya,kau menyebutkan adik perempuanmu bernama ella."
"Iya,dia lebih muda empat tahun dari anda,tuan ralfa,tubuhnya selalu sangat lemah" kata viona
"Saya selalu berpikir,pasti akan menyenangkan Jika dia sehat seperti anda" sambungnya
"Aku yakin itu pasti sulit" kata Ralfa prihatin
"Tidak sama sekali,terlebih lagi berkat tuan ralfa saya mendapat bayaran lebih dari sebelumnya." kata viona sambil tersenyum sedih
"Jadi saya yakin,dia akan kuat dan sehat Dalam waktu singkat,karena dia bisa makan makanan yang jauh lebih enak" sambungnya
"Begitu ya"
"Ella,sepertinya aku pernah mendengar nama itu,tapi dimana?,mungkin itu hanya perasaanku" gumam Ralfa
"Ella,kamu sudah bangun?"
"Ah,kakak silakan masuk" terdengar jawaban dari dalam kamar
Dan Mereka berdua pun masuk kamar Dan melihat seorang gadis kecil berambut pendek baru bangun dari tempat tidurnya yang sederhana .
. "Maaf kak, aku tidak bisa turun dan menyambutnya," kata Ella sambil mengucek matanya.
"Perkenalkan ini, Tuan Ralfa," kata Viona memperkenalkan Ralfa pada adiknya.
"Senang bertemu denganmu, namaku Ralfa Ande," kata Ralfa ramah. "Aku selalu dirawat dengan baik oleh kakakmu."
Ella terkejut, "Senang bertemu dengan Anda juga."
"Aku sudah mendengar semua tentangmu dari kakakmu, Ella," kata Ralfa.
Ella berusaha bangkit dari tempat tidurnya, tetapi Ralfa menghentikannya. "Kamu tidak perlu memaksakan dirimu."
"Tapi..." kata Ella
"Dengar dan tenanglah, Ella," kata Viona. "Tuan Ralfa adalah orang yang baik hati, jadi dia tidak akan mempermasalahkan itu."
Setelah itu, Ralfa membagikan rotinya pada Viona dan Ella, lalu duduk di kursi menikmati rotinya. "Roti ini benar-benar enak," kata Viona.
"Benarkan?" jawab Ralfa.
"Bagaimana Ella, apa rotinya enak?" tanya Ralfa.
"Ya, sungguh sangat enak," jawab Ella.
"Tapi bukankah kamu senang, Ella? Kamu pernah bilang ingin bertemu dengannya," kata Viona.
"Benarkah?" tanya Ralfa bingung.
"Ya, Anda tahu saya sedang menulis cerita, dan ini dia, tapi..." Ella memberikan beberapa kertas cerita .
Di sana tertulis judul "Pangeran Miskin dan Naga Emas." Ralfa terkejut dan bergumam, "Ini..."
"Begitu, jadi Ella yang menulisnya." gumamnya.
Ralfa membolak-balikan halaman dengan cepat lalu berkata
"Ini cerita yang sangat menarik," kata Ralfa, dan Ella terkejut karena berpikir Ralfa membacanya dengan sangat cepat.
"Ella, aku ingin mensponsori tulisanmu sebagai patronasi," kata Ralfa.
"Tulisan saya, Tuan Ralfa?" jawab Ella terkejut.
"Ya, dengan begitu kamu dapat fokus pada tulisanmu dan tidak perlu khawatir lagi soal uang sama sekali," kata Ralfa tegas.
"Tolong hentikan! Tolong jangan mengasihaniku hanya demi kakakku!" teriak Ella.
"Ella, bagaimana bisa kamu bilang begitu pada Tuan Ralfa?" tanya Viona.
"Aku ingin menuju jalan kesuksesanku sendiri sebagai seorang penulis dengan keahlian sendiri," teriak Ella. "Aku tidak ingin mendapat patronasi hanya karena kebetulan kakakku bekerja pada keluarga Anda."
"Oh! Tapi aku menawarkan patronasiku karena semata-mata karena menghargai ketrampilanmu," jawab Ralfa.
"Itu bohong! Semua yang Anda lakukan hanya membolak-balikkan halaman, Anda tidak bisa membacanya dengan cepat!" Ella menentang.
"Ella, kamu harus belajar satu hal tentangku. Tidak ada yang aku benci lebih dari kebohongan," kata Ralfa.
"Biar ku lihat, hal yang paling aku sukai dari cerita ini adalah bagaimana sifat pangeran yang menawan dan ramah disampaikan melalui penggambaran dalam cerita," sambungnya. "Dia adalah pangeran yang hebat dan cerdas yang tersenyum tidak peduli kesulitan apa yang dia hadapi."
"Aku juga berpikir kalau cara itu menarik pembaca ke dalam semangat petualangannya juga sangat bagus," jelas Ralfa.
"Pemandangan favoritku ketika mereka berdua mencapai puncak gunung untuk mencari herbal."
Ella terkesima, "Luar biasa, dia membacanya dengan sangat cepat."
"Ella, aku akan bertanya sekali lagi, biarkan aku mensponsorimu sebagai penulis di bawah patronasiku," kata Ralfa. "Dan sebagai patronasi, aku juga akan memintamu menyelesaikan cerita ini."
"Ah, terima kasih banyak, Tuan Ralfa," kata Ella terharu.
Dan dengan demikian , ralfa membantu seorang anak yang memerlukan bantuannya meskipun buku hariannya sudah cukup lama hilang.
"Dan di masa depan ,gadis itu akan menulis sebuah buku dengan penuh fantasi yang mengagumkan yang memuji tentang ralfa ,yang berjudul " legenda orang bijak suci,tuan ralfa ", entah apa alasannya tapi buku itu akan terjual habis,dan tentu saja pertemuan pertama mereka juga akan di tulis.