seorang remaja laki-laki yang berumur 15 tahun bernama Zamir pergi ke pulau kecil bersama keluarganya dan tinggal dengan kakeknya karena ayahnya dialih kerjakan ke pulau itu.
kakek Zamir bernama kakek Bahram. Kakek Bahram adalah oramg yang suka dengan petualangan, dan punya berbagai pengalaman semasa hidupnya.
Saat kakeknya sedang membereskan beberapa catatan lama. Ada selembar catatan yang menuliskan tempat yang belum kakek Bahram ketahui tentang pulau ini. jadi kakek Bahram mengajak cucunya Zamir untuk ikut menyelidiknya.
Akankah mereka menemukan tempat tersebut?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Radit Radit fajar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pesan Dari The Lockmaster
Saat di tengah perjalanan, ponselku malah berbunyi. Membuat kami harus menepi untuk berhenti sebentar.
Teman-temanku juga ikut menepi ke pinggir jalanan. Aku mengambil ponselku dari saku motor, melihat namanya.
Nomor tidak dikenal, apa ini? Penipuan? Tapi dari profilnya ada sesuatu yang aneh. Ada logo emas berlatar hitam polos, tidak salah lagi, itu logo yang sama dengan logo di petunjuk pertama yang kami temukan, di pojokan kertasnya ada logo ini.
Aku mengisyaratkan tanganku agar teman-temanku ikut mendekat, lalu aku bertanya kepada kakek.
"sepertinya ini seseorang dari laboratoriumnya, apakah kita akan mengangkat telponnya?" tanyaku.
"angkat saja, mungkin ada informasi berguna nanti." jawab kakek.
Aku mengangguk, menekan tombol telpon hijau di layar ponselku. Untuk mengangkat panggilan itu. Aku membesarkan volume suaranya agar terdengar jelas.
"apakah benar, kalian adalah penyusup yang mau pergi ke laboratorium Aether?" suara dari telpon itu terdengar, didengar olehku, kakek, dan teman-temanku. Itu suara seorang pria.
"benar." kakek yang menjawabnya.
"kalian bisa panggil aku The Lockmaster. Aku adalah pemimpin keamanan laboratorium Aether." demi mendengar kalimat itu, kami langsung kaget.
Ini bukan petugas biasa laboratorium. Bukan ilmuwan laboratorium. Tapi ini langsung pemimpin keamanan laboratorium, langsung ke musuh kami sebenarnya karena kami ingin ke sana.
"datanglah nanti ke apartemen Guikos paling lambat jam sembilan malam. Pintu apartemen itu akan kututup menggunakan pintu besi sebelum jam sembilan malam. Aku sengaja tidak menutupnya permanen, karena sudah sangat jarang juga ada yang tau tentang laboratorium ini. Jadi aku akan menguji kalian malam ini, apakah kalian layak atau tidak untuk ujian masuk ke laboratoriumnya. Kalian akan bertahan di apartemen itu sampai jam enam di esok pagi sembari mencari petunjuk ke laboratorium itu." suara dari panggilan itu diam sejenak.
Entah apa maksudnya bertahan, dan kenapa dia memberi waktu sampai sembilan jam untuk mencari petunjuknya? Itu berarti petunjuk kali ini tidak akan mudah sama sekali dicari.
"apakah kalian menerima tantangan ini? Atau memilih mundur?" suara pria di ponsel itu bicara lagi.
"kami akan maju." kakek lagi yang menjawabnya.
"bagus, sampai ketemu nanti di jam sembilan malam pada apartemen Guikos." panggilan selesai.
"baiklah anak-anak, sepertinya kita harus punya persiapan lebih. Mari kita pulang dulu, kita pergi lagi nanti menggunakan mobil off road kakek." ucap kakek, aku dan teman-temanku mengangguk.
"bukankah mobil off road kakek itu hanya muat lima orang?" tanyaku, terakhir kali kami pergi berlima kegunung itu sudah maksimal.
"tenang saja, jika semuanya masih ikut kakek akan buat mobil off road kakek ke mode memanjang. Kakek merancang itu karena dulu juga kakek pernah membawa beberapa petualang lain lebih dari lima." jawab kakek.
Aku mengangguk, mode memanjang? Itu sangat berguna. Aku tidak pernah tau ada mode itu di mobil kakek, sepertinya menarik.
"jadi, apakah kalian semua masih akan ikut kakek malam ini? Atau tidak? Karena sepertinya petualangan kali ini lebih beresiko daripada sebelumnya." kakek berkata, tatapannya menyapu aku dan teman-temanku.
Bhanu mengangguk duluan, Naurah mengangguk, Elysia dan Eron juga mengangguk. Semua teman-temanku masih mau ikut ke petualangan ini.
"oke, tapi Elysia, Eron, bukankah kalian ada ibadah minggu besok?" tanya kakek.
"iya, tapi itu baru jam delapan pagi, kami masih sempat untuk bersiap. Kan perjalanan satu jam, jadi sampai kira-kira jam tujuh pagi, kami masih sempat bersiap sebelum ibadahnya." Elysia menjelaskan, Eron juga mengangguk.
"tapi kakek tidak menjamin kalian bisa tidur malam ini, kalian yakin tidak akan kelelahan?" kakek bertanya lagi.
Eron mengangguk, dia sudah terbiasa tidur larut kalau sedang liburan. Elysia juga mengangguk.
"petualangan ini tidak dipastikan juga bisa diulang, jadi aku akan berusaha." Elysia berkata.
"baiklah, kalau begitu, ayo kita pulang dulu untuk bersiap." kakek berkata, kami mengangguk, naik ke atas motor masing-masing.
Tidak butuh waktu lama, ban motor kami sudah berputar di jalanan. Kami akan pulang, setidaknya untuk sementara sebelum petualangan sebenarnya dimulai.
Setelah 45 menit, pemandangan perkotaan digantikan dengan hutan di kiri dan kanan jalan. Pemandangan siang menuju sore hari, sekarang sekitaran baru jam dua siang.
Lalu lima belas menit kemudian kami sudah sampai ke rumah kakek. Motorku terparkir rapi di garasi, sementara teman-temanku sudah menuju rumah mereka masing-masing dulu.
Aku menghabiskan waktu dengan menyusun ulang persiapan barang bawaan. Sampai satu jam kemudian suara adzan ashar terdengar, kakek mengajakku pergi ke mesjid terdekat, aku mengangguk.
Setelah sholat, aku dan kakek membersihkan kursi mobil dari gudang, kursi panjang. Lalu kakek menunjukkan mode panjang di mobil off roadnya.
Pintu belakang mobil seperti terkena kloningan saat modenya ditekan. Kloningan pintu, sekarang ada tiga pintu masuk di sisi kanan dan kiri mobil.
Membuat ruang untuk barisan kursi baru. Barisan kursi di mobil ini mulanya hanya dua, satu yang paling depan tempat sopir, dan satunya paling belakang tempat penumpang, tapi sekarang sudah ada ruang untuk kursi ketiga.
Bentuk mobilnya juga malah tambah terlihat keren bagiku. Setelah mencuci barisan kursi ketiganya, kami memasukkan kursinya ke dalam mobil, aku memegang sisi kiri kursi sementara kakek memegang sisi kanannya.
"sudah lama kakek tidak menggunakan mobil off road kakek dengan bentuk seperti ini." kakek bergumam, aku yang mendengarnya juga mengangguk pelan.
Kakek bilang nanti bertemunya di jam setengah delapan. Jadi aku mengabarkan itu ke grub, mereka semua membalas dengan kata ya, oke, ataupun baik.
Setelah itu aku memutuskan untuk mandi, lalu kembali melihat-lihat beberapa catatan petualangan kakek.
Aku tidak pernah bosan membaca catatan dan mendengarkan cerita kakek. Karena itu semua seru dan nyata.
Ayah datang sebelum adzan magrib, ibu menyuruhnya mandi dan berkemas dulu. Ayah mengangguk, melakukannya.
Lalu saat adzan magrib, aku dan kakek kemesjid. Ayah masih lelah jadi ayah memutuskan sholat di rumah.
Setelah sholat magrib. Aku dengan ayah, ibu, dan kakek makan malam di ruang makan. Menunya ikan goreng.
Lalu kakek menceritakan cerita petualangannya menunggu waktu isya. Aku asyik mendengarkannya.
Saat adzan sudah terdengar, baru aku, ayah, kakek, dan ibu pergi ke mesjid bersama menggunakan mobil off road kakek yang masih dalam mode panjangnya.
Setelah itu, tepatnya di jam setengah delapan malam. Teman-temanku mulai berdatangan, dari Naurah, Elysia, Eron, dan Bhanu.
Mereka menyimpan kunci motor kereka di lemari yang sama dengan saat pendakian gunung dulunya. Motor mereka juga dititip di rumah kakek dulu.
Setelah semua barang sudah dimasukkan di bagasi mobil, kami masuk ke dalam mobil. Eron dan Bhanu dikursi paling belakang, aku dan kakek di kursi depan sementara Elysia dan Naurah di barisan kursi tengah.
"kalian siap?" kakek bertanya, lalu kami menjawab serempak.
"siap."