NovelToon NovelToon
Di Persimpangan Rasa

Di Persimpangan Rasa

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Teen School/College / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Idola sekolah
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: Candylight_

Alana tak percaya pada cinta—bukan sejak patah hati, tapi bahkan sebelum sempat jatuh cinta. Baginya, cinta hanya ilusi yang perlahan memudar, seperti yang ia lihat pada kedua orang tuanya.

Namun semuanya berubah saat Jendral datang. Murid baru yang membawa rasa yang tak pernah ia harapkan. Masalahnya, Naresh—sahabat yang selalu ada—juga menyimpan rasa yang lebih dari sekadar persahabatan.

Kini, Alana berdiri di persimpangan. Antara masa lalu yang ingin ia tolak, dan masa depan yang tak bisa ia hindari.

Karena cinta, tak pernah sesederhana memilih.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Candylight_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 13 — Saat Kanaya Bangkit

Alana dibawa ke rumah sakit terdekat. Namun, ada sesuatu yang aneh dengan dokter yang menangani Alana. Dokter itu bukan dokter biasa. Ekspresi Naresh saat menunggu Alana sadar setelah pemeriksaan juga membuat The Rogues gagal fokus.

Naresh tidak tampak seperti seseorang yang khawatir akan kondisi Alana. Raut wajahnya lebih mirip seseorang yang takut menghadapi sesuatu—atau mungkin, seseorang. Ketegangan itu jelas terasa di udara, mengganggu konsentrasi semua orang di ruangan.

"Sial, benda apa ini? Gue di rumah sakit?" Suara itu terdengar tiba-tiba, mengalihkan perhatian mereka. Alana sudah sadar, tapi ada yang berbeda dari gaya bicaranya.

Alana menatap satu per satu orang yang ada di ruangan itu. Matanya berhenti pada Naresh, dan tatapannya begitu tajam sehingga membuat lelaki itu terlihat tegang.

"Lo tahu gue nggak suka rumah sakit, ngapain lo bawa gue ke sini, Naresh?" Alana berteriak, suaranya lebih keras dari yang biasanya mereka dengar. Tapi saat itu, bukan Alana yang sedang berbicara—melainkan Kanaya, kepribadian lain yang ada dalam dirinya.

Kanaya, berbeda dengan Alana, ia adalah sosok yang jauh lebih keras kepala dan sulit diatur—bahkan oleh Naresh sekalipun. Ia paling tidak suka berada di rumah sakit. Dan jika Alana saja sudah bisa dianggap berbahaya karena membuli Kaluna di dalam kelas, maka Kanaya jauh lebih berbahaya lagi.

"Jangan teriak, Kanaya. Lo tahu sendiri kan, kita lagi ada di rumah sakit?" Naresh mendekati Kanaya, berusaha bicara baik-baik dengan perempuan itu.

Tapi Kanaya dan keras kepalanya memang sulit diajak kerja sama. Tanpa ragu, ia langsung menarik plester di tangannya—membuat selang infus tercabut begitu saja.

"Alana!"

"Kanaya!"

Peringatan dari dua lelaki yang mencintai perempuan yang sama terdengar bersamaan. Jendral mungkin belum sadar bahwa Alana-nya telah berubah, tapi rasa khawatirnya tetap nyata.

Kanaya menatap tajam ke arah lelaki yang memanggilnya Alana, lalu berkata tegas, "Gue bukan Alana!"

Ia sama sekali tidak peduli pada tangannya yang berdarah akibat mencabut infus secara paksa.

"Nanti gue jelasin," ucap Naresh pada Jendral, menyadari keterkejutan yang jelas di wajah lelaki itu.

Bukan cuma Jendral yang terkejut, Mahen, Aska, dan Dewa yang juga ada di ruangan itu pun menunjukkan ekspresi yang sama. Tapi mereka hanya menyimak dari tempatnya masing-masing, masih berusaha mencerna situasi yang tiba-tiba berubah.

Naresh belum menyerah untuk mencoba bicara baik-baik dengan Kanaya. Ia merogoh saku, mengambil sapu tangan, lalu berniat membersihkan darah di tangan Kanaya. Tapi langsung ditolak.

"Nggak usah berlebihan, ini cuma luka kecil. Ayo, pulang," ucap Kanaya, lalu turun dari ranjang begitu saja. Ia sama sekali tidak terlihat seperti pasien yang baru saja pingsan.

Sebelum benar-benar keluar dari ruangan, Kanaya sempat menghentikan langkahnya di samping Jendral. Ia menoleh sebentar, menyeringai kecil, lalu berkata, “Lo lumayan ganteng juga.”

Tanpa menunggu reaksi apa pun, ia langsung melangkah pergi begitu saja.

Kalau saja kalimat itu keluar dari mulut Alana—sebelum dirinya mengaku bukan Alana, dan sebelum Naresh menyebut nama “Kanaya”—mungkin Jendral akan salah tingkah. Tapi situasinya sekarang jauh dari normal. Dan yang ia rasakan kini, tanda tanya besar di kepalanya.

“Gue susul Alana—Kanaya dulu,” ucap Naresh sambil berlalu pergi, tanpa menjelaskan siapa Alana, siapa Kanaya. Ia pergi begitu saja, meninggalkan The Rogues yang masih dipenuhi tanda tanya.

“Apaan itu tadi? Senyumannya...” Aska membatin sambil mengingat ekspresi Alana—atau siapa pun dia tadi. Entah kenapa, tubuhnya langsung merinding.

“Kalian ada yang mikir kayak gue nggak sih, setelah liat Alana tadi?” tanya Dewa pelan, tatapannya masih kosong.

Jendral tidak bersuara. Ia hanya berdiri mematung, pikirannya kacau, hatinya penuh kebingungan.

“Kepribadian ganda,” sahut Mahen, seperti sedang menyimpulkan isi kepala mereka semua.

***

Jendral melamun di dalam kelas, pikirannya masih tertinggal di kejadian semalam. Wajah Alana—atau Kanaya—terus terbayang. Benarkah dugaan Dewa dan Mahen? Apakah Alana benar-benar memiliki kepribadian ganda? Naresh belum menjelaskan apa pun sampai sekarang.

“Jaket lo.”

Suara itu menyadarkannya. Sebuah tangan meletakkan jaket di atas mejanya. Alana—bukan Alana yang tadi malam, tapi Alana yang pertama kali ia kenal—berdiri di sana.

“Lain kali, kalau gue ketiduran, jangan sok pakein gue jaket.”

Setelah mengatakan itu, Alana duduk di bangku sebelah kanan Jendral, bangkunya, seolah kejadian semalam tidak pernah terjadi.

"Alana?" tanya Jendral sambil menatap Alana dengan harapan mendapat jawaban yang diinginkannya.

Alana menoleh. Wajah malas berurusan dengan Jendral-nya masih jelas terlihat, "Apa?"

Jendral yang mendengar itu entah kenapa merasa lega. Ternyata perempuan di sampingnya memang benar-benar Alana. Bayangan Kanaya yang menyebutnya tampan pun terlintas begitu saja, dan tanpa sadar ia langsung bertanya.

"Gue ganteng?" tanya Jendral menatap Alana untuk memastikannya kembali bahwa perempuan di depannya memang Alana. Bukan narsis, dia benar-benar hanya ingin tahu perempuan di depannya Alana atau bukan.

"Masih pagi, Jendral," ucap Alana mengingatkan bahwa sekarang masih terlalu pagi untuk membuatnya kesal.

"Iya, gue tahu," sahut Jendral. Ia tidak masalah jika Alana tidak menyebutnya tampan; ia lebih suka Alana seperti ini daripada Alana yang menyebutnya tampan dengan tatapan asing seperti tadi malam.

"Yaudah, jangan bikin gue kesel."

"Yaudah, gue minta maaf kalau bikin lo kesel."

Hening. Alana tidak menanggapi perkataan Jendral, dan Jendral tidak tahu harus bicara apa lagi setelahnya.

Setelah sekian lama mereka saling terdiam, Jendral diam-diam melirik tangan Alana yang tadi malam berdarah. Kini tangan itu ditutupi plester.

"Naresh pasti udah obatin dia," gumamnya, masih menatap tangan itu.

Alana sedang membaca buku pelajarannya, tidak menyadari bahwa Jendral terus memperhatikannya sejak tadi. Pikirannya sudah tidak terlalu terganggu lagi oleh perasaan Jendral, ataupun soal Jendral yang berhubungan atau dekat dengan perempuan lain.

Tidak lama, murid-murid lain di kelas mereka mulai berdatangan dan langsung duduk di bangku masing-masing. Ada rasa penasaran saat mereka melihat Alana dan Jendral sudah berada di kelas sejak pagi, tetapi tidak satu pun yang bertanya.

Bel masuk berbunyi. Mereka mengikuti pelajaran tanpa suara Jendral yang biasanya terus mengganggu Alana seperti kemarin. Anehnya, ada sesuatu dalam hati Alana yang terasa hilang.

"Gue kenapa sih?" gumamnya dalam hati, tidak mengerti pada dirinya sendiri. Kemarin, ia merasa terganggu oleh Jendral yang terlalu banyak bicara, tetapi sekarang justru merasa kehilangan karena diamnya.

"Apa kemarin Jendral ganggu gue karena penasaran, dan sekarang diam karena udah nggak penasaran lagi?" Pikiran itu tiba-tiba terlintas dalam benak Alana. Entah kenapa, kehadiran Jendral yang baru dua hari di hidupnya sudah cukup untuk membuatnya banyak berpikir.

1
Syaira Liana
makasih kaka, semoga baik baik terus 😍😍
Syaira Liana
ceritanya sangat seru
Syaira Liana
alana percaya yuk
Syaira Liana
jadi bingung pilih naresh apa jeje😭😭
Syaira Liana
alana kamu udah jatuh cinta😍😍 terimakasih kak
Farldetenc: Ada karya menarik nih, IT’S MY DEVIAN, sudah End 😵 by farldetenc
Izin yaa
total 1 replies
Syaira Liana
lanjutt kaka, alana bakal baik2 aja kan
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!