"Butuh uang berapa?" tanya Sky to the point.
"500 juta Tuan. Kalau Tuan Sky tidak
keberatan, saya mau pinjam sesuai nominal tersebut dengan sistem potong gaji," terang Aletta.
"Saya kasih 1 milyar, tapi kamu harus nikah sama saya," tegas Sky.
"Bagaimana? Kamu setuju kan?" tanya Sky yakin.
Sky berdecak kesal melihat Aletta yang tampak memikirkan sesuatu di kepalanya.
"Ck, apalagi yang kamu pikirkan? Menikah sama saya nggak akan rugi. 1 milyar itu untuk kamu bukan hutang. Kamu nggak perlu menggantinya walau kontrak pernikahan sudah selesai," bujuk Sky pantang menyerah.
Beberapa detik kemudian ....
"Saya setuju Tuan," kata Aletta tanpa ragu.
Bagaimana kisah perjalanan Aletta menjalani pernikahan kontrak tersebut?
Yang penasaran dengan ceritanya, langsung saja kepoin ceritanya disini yuk.
Follow TikTok @Bilqies Author
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bilqies, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kedatangan Sky
Malam itu Sky dalam perjalanan menuju rumah sakit. Mobil mewahnya membelah jalanan kota jakarta yang begitu padat. Kendaraan umum dan juga pribadi saling berhimpitan, terdengar pula suara klakson dimana-mana. Orang-orang yang kelelahan setelah seharian bekerja, tampaknya sudah tidak sabar untuk segera pulang ke rumah dan istirahat.
Sudah hampir 45 menit tetapi mobil mewah Sky tak kunjung tiba di rumah sakit yang jaraknya 7 kilometer. Padahal jarak itu biasa di tempuh selama 25 menit menggunakan mobil pribadi.
Pria dingin dengan outfit casual nya itu menyandarkan punggungnya dan menghela nafas kasar. Kalau saja sang Mommy tidak memaksanya, mana mau Sky pergi ke rumah sakit malam-malam begini hanya sekedar menemani Aletta. Mendingan dia duduk santai di atas balkon kamarnya sembari menikmati pemandangan dari atas.
🌷Rumah sakit🌷
Sedari tadi hingga sekarang, Vano masih setia duduk di tempatnya dengan segala macam pikiran yang memenuhi kepalanya. Laki-laki itu tampak gelisah dan bercampur sedih, matanya berkaca-kaca. Tiba-tiba rasa khawatir menyeruak ke permukaan, namun dia hanya bisa memendamnya dalam hati. Tak mungkin dia meneteskan air mata di hadapan sang kakak, terlebih dia adalah seorang laki-laki. Vano tidak ingin terlihat lemah di hadapan kakaknya.
Tepat pukul 7 pria berwajah datar itu tiba di rumah sakit. Sky melangkahkan kakinya menghampiri Aletta dan Vano yang wajahnya di selimuti kecemasan.
Tampak keduanya duduk dengan wajah yang sama-sama tertunduk menatap lekat lantai. Sedangkan Sky memilih memperhatikan mereka dari kejauhan. Pria itu duduk di salah satu sudut, menyilangkan kedua tangan tanpa mengalihkan pandangannya dari dua insan yang mencemaskan hidup dan matinya seorang ibu karena tengah berjuang di meja operasi.
Ada rasa iba yang menggelitik dalam hatinya, kala Sky melihat Aletta yang sedang mengusap sudut matanya. Mungkin saja Aletta menangis, tapi buru-buru di usap agar tidak di lihat oleh Vano.
Mendadak Sky menelan saliva saat tenggorokan nya merasa tercekat. Dia bukan tipe pria tanpa perasaan yang tidak bisa merasakan kesedihan orang lain.
Meskipun wajahnya datar dan pembawaannya dingin, tapi hatinya cukup lembut.
Waktu pun terus berputar, tanpa terasa sudah satu jam berlalu. Lampu operasi sudah di matikan, menandakan bahwa proses operasi telah usai. Tak lama seorang Dokter keluar dan segera di hampiri oleh Aletta beserta Vano.
"Dokter, bagaimana keadaan Mama saya?" Kilat kecemasan terpancar dari sorot mata bening Aletta.
"Alhamdulillah, operasinya lancar. Pasien akan di pindahkan ke ruang rawat inap."
"Alhamdulillah ...," seru Aletta dan Vano bersamaan. Tergurat jelas rona bahagia dan lega di raut wajah keduanya.
Di ujung sana, Sky juga ikut bernafas lega. pria berwajah datar itu memutuskan untuk menghampiri Aletta yang tampak sudah tenang.
Kedatangan Sky menimbulkan tanda tanya di benak Aletta. Pasalnya pria itu tak di kabari, tak di undang tiba-tiba sudah ada di depan mata. Tangan besarnya membawa paperbag yang berlogo toko roti terkenal.
Sekilas mereka saling beradu pandang, keduanya seolah berbicara lewat tatapan itu. Kemudian Sky membuka suara menyapa Vano.
"Kamu sudah makan?" tanya Sky pada laki-laki di hadapannya.
Vano menggelengkan kepalanya. Sejak tadi, dia dan sang kakak berusaha makan tapi terasa sulit untuk sekedar menelan makanan. Hal itu tak lepas dari banyaknya pikiran menjelang detik-detik operasi Mama mereka, membuat mereka tidak nafsu makan.
"Lebih baik isi dulu perut kalian, jangan sampai sakit. Operasinya lancar kan?" tebak Sky, pria itu seolah tahu penyebab Vano belum makan.
Lantas Sky menyodorkan paperbag itu pada Vano, lalu dia pamit ke kantin rumah sakit untuk membeli minum.
Aletta hanya bisa memandang punggung tegap Sky yang kian menjauh dari pandangannya. Pria sebaik itu bagaimana bisa berpikir untuk mempermainkan pernikahan?
Sontak Aletta menggeleng pelan, berusaha menepis segala pikiran yang memaksa masuk.
Apapun alasan Sky untuk mengajaknya nikah kontrak, Aletta tidak akan mempermasalahkannya karena pada faktanya Aletta pun juga membutuhkan uang Sky agar bisa menyelamatkan nyawa Mamanya.
🌷🌷🌷
Beberapa saat kemudian, Aletta keluar dari ruang rawat Mamanya setelah memastikan keadaan sang Mama baik-baik saja meski belum sadarkan diri.
Di luar ruangan tampak Sky yang sedang duduk di kursi panjang seorang diri. Sorot mata nya menatap Aletta yang kian mendekat dan duduk di sampingnya.
"Terimakasih banyak Tuan Sky. Sebenarnya saya tidak masalah kalau Mama di tempatkan di kamar biasa," kata Aletta atas kebaikan Sky yang telah menempatkan sang Mama di kamar VIP dan itu tentunya atas campur tangan Mommy Denada bukan sepenuhnya keinginan Sky. Aletta saja yang tidak tahu akan hal itu, dia kira pria dingin itu ternyata tebakannya salah.
Sky tersenyum miring, "Saya disuruh Mommy. Jadi simpan saja ucapan terimakasihnya buat beliau," jawabnya datar.
"Ya, saya juga akan berterimakasih kepada beliau." Aletta mengulas senyum tipis namun tetap masih terlihat manis.
"Saya pulang dulu." Sky lantas berdiri dari duduknya, kemudian di ikuti oleh Aletta yang berdiri dan membungkuk sopan.
"Sekali lagi terimakasih Tuan Sky," ucap Aletta tulus.
"Hem." Benar-benar manusia es yang sangat irit bicara. Deheman Sky seperti angin lalu, bersamaan dengan raganya yang kian semakin menjauh dari hadapan Aletta.
Ya begitulah sikap Sky pada Aletta yang begitu datar dan dingin. Sekali itu reaksi Sky dengan Aletta. Keduanya terlihat sangat asing, sama sekali tidak ada chemistry secuil pun padahal akan menikah dalam waktu dekat.
🌷🌷🌷
Pagi ini tampak cerah, secerah raut wajah Aletta dan juga Vano kala menatap wanita tangguh di hadapannya yang sedang berbaring di ranjang pasien. Rasanya alam ikut mengiringi kebahagiaan keluarga kecil di dalam ruangan VIP rawat inap rumah sakit. Doa dua anak itu terkabul, Allah telah menjawab semua doa dan harapan mereka. Harapan untuk bisa melihat Mamanya sehat kembali sudah terwujud.
Rasa syukur tak henti-hentinya Aletta panjatkan di dalam hati.
Dan setelah ini Aletta akan mengucapkan terimakasih pada Sky. Sebab berkat dari uang Sky lah, operasi bisa di lakukan.
Aletta tidak bisa membayangkan jika tidak ada bantuan dari Sky. Uang 500 juta itu tidak mungkin bisa ada di tangannya dalam waktu singkat. Dan mungkin dia akan menjual diri untuk mendapatkan uang itu.
Tapi dengan menyetujui kontrak pernikahan bersama Sky, Aletta bisa mendapatkan uang yang lebih dari yang dia butuhkan, tanpa harus menjual kesuciannya.
Di tengah lamunannya seketika terdengar suara yang begitu familiar di indra pendengar Aletta.
"Biaya operasi nya pasti mahal ya Nak?" lirih Mama Rina di tengah-tengah kebahagian dan haru yang menyelimuti kedua anaknya.
Tampak jelas ada beban berat dari sorot mata Mama Rina yang faktanya Aletta lah menjadi tulang punggung keluarga. Mengingat biaya operasi tidaklah murah, dan mungkin telah menguras seluruh tabungan Aletta.
Mendengar itu Aletta menggeleng cepat, berusaha mematahkan anggapan Mamanya. Sebab Aletta tidak ingin membebani Mamanya dengan biaya operasi itu.
"Setengahnya di cover asuransi Ma," kilah Aletta.
"Mama nggak perlu pikirin biaya operasi. Yang penting sekarang Mama bisa kembali sehat dan berkumpul lagi di rumah."
Senyum merekah di wajah Mama Rina, sebelum akhirnya sang Mama percaya akan ucapan Aletta yang barusan. Mama Rina merasa lega jika memang benar biaya operasinya bisa di cover oleh asuransi walau separuhnya.
.
.
.
🌷Bersambung🌷
rasakan sidingin kutub es mulai kepanasan
eh, tapi bisa gak sih nyairin es dari kutub utara kaya si sky? /Facepalm/