"Sekarang kita memang sudah menikah, tapi bukan berarti kamu berhak atas diriku! Semua ini aku lakukan atas kemauan kakek dan Putri ku. Karena bagiku kau tetaplah baby sitter putri ku! Camkan itu!" ucap Revan dingin.
Deg
Sakit itulah yang di rasakan oleh Anin, mendengar ucapan mantan majikannya barusan yang sekarang sudah menjadi suaminya itu. Kalau memang tidak suka dengan perjodohan ini kenapa lelaki itu harus menerimanya.
"Saya tahu tuan, saya sadar diri siapa saya." balas Anin.
Bagaimana dengan kisah mereka berdua? jangan lupa mampir ya ke novel baru Author.. hanya di Novel Toon 🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy Ziah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 13
"Princess buka dong pintunya.. Ini papa bawain kamu mainan baru loh." ucap Revan yang baru saja sampai rumah setelah satu Minggu berada di luar kota. Saat ia Samapi rumah Revan tidak menemukan keberadaan putrinya. Dan disini lah dia saat ini mengetuk pintu kamar putrinya.
"Sayang please buka pintunya.. Papa tahu kamu ada di dalam. Kok kamu tega sama papa.. papa kangen banget sama princess." ucap Revan membujuk putri nya.
"Yuna gak mau ketemu papa kalau papa tidak menuruti ke ingin Yuna. Papa bohong sama Yuna, katanya mau nurutin semua keinginan Yuna.. Tapi gak ada tuh!" sahut Yuna akhirnya bersuara. "Yuna benci papa!" ucap Yuna lagi.
"Sayang.. iya maaf, bukan maksud papa mau bohongi kamu papa akan nurutin keinginan kamu apa pun itu. Asal jangan yang kamu minta kemarin.. Papa tidak bisa sayang.." balas Revan.
"Oke. Kalau gitu Yuna gak mau ketemu sama papa!" sahut Yuna lagi dari dalam kamar.
"Sayang jangan gitu dong sama papa.. Kamu gak kangen apa sama papa..!" ucap Revan yang belum menyerah membujuk putrinya. "Oke. Papa akan pikirkan tentang permintaan kamu itu, tapi kasih papa waktu untuk berpikir ya sayang..." lanjut Revan lagi pada akhirnya. Tapi tidak mendapat balasan dari Yuna.
"Revan..!" panggil kakek Ray. Revan pun menolah ke belakang tubuhnya dimana kakek nya berada.
"Yuna sudah mau bicara sama kamu?!" tanya Kakek Ray.
"Belum kek." jawab Revan.
"Ayo ikut kakek ketaman belakang, kakek mau bicara sama kamu." ucap kakek Ray yang langsung menjalankan kursi rodanya menuju taman belakang dan meninggalkan Revan yang masih berdiri di depan pintu kamar Yuna. Beberapa menit kemudian baru dia berjalan menyusul kakek Ray ke taman belakang rumah mereka.
"Ada apa kek?! Apa yang mau kakek bicarakan pada Revan." tanya Revan yang sudah berdiri di samping kursi roda kakeknya, mereka sembari menatap kolam ikan yang ada di taman itu.
"Bagaimana Van? Apa kamu sudah mengambil keputusan tentang permintaan Yuna dan kakek?!" tanya Kakek Ray.
Revan pun langsung menghela nafasnya mendengar pertanyaan kakeknya. Dia bingung dan frustasi tetang masalah ini. Apa yang mau ia jawab karena dia sendiri tidak tahu apa yang harus dia lakukan.
"Ingat Van, kalau kamu masih tetap ingin menikahi Gladies kakek akan pergi dari rumah ini membawa Yuna, karena sampai kapan pun kakek tidak akan pernah merestui hubungan kalian." ucap Kakek Ray mengingatkan Revan kembali.
"jangan seperti itu kek.. Revan hanya punya kalian. Jangan pernah pergi meninggalkan rumah ini." jawab Revan.
"Apa salahnya Van, permintaan Yuna maupun kakek tidak lah buruk. Sebenarnya kakek sudah lama ingin menjodohkan kamu dengan Anin. Tapi kamu malah tiba-tiba datang kerumah memperkenalkan Gladies pada kami. Kenapa kakek lebih memilih Anin, karena kakek tahu dia yang terbaik untuk kamu. Dia wanita yang sangat baik dan tulus. Dia juga begitu sayang pada Yuna apalagi selama beberapa tahun ini dia yang mengurus Yuna. Putrimu juga sudah begitu nyaman pada gadis itu." ujar kakek Ray. "Van sudah seharusnya kamu lebih mementingkan kebahagiaan Yuna terlepas dari perasaan yang kamu miliki ke Gladies, ini demi putri mu. Kamu memang mencintai wanita itu, tapi Yuna tidak nak. Kakek tahu ini berat buat kamu. Tetapi apa salahnya kamu mengalah demi putri mu sendiri dan apa salahnya kamu mengesampingkan perasaan cintamu pada Gladies demi perasaan putrimu sendiri." tambah Kakek Ray lagi.
"Tapi kek, bagaimana dengan perasaan Gladies.. Pasti dia bakalan sakit hati jika Revan beneran menikah dengan Anin." ucap Revan frustasi.
"Mungkin dia akan sakit hati. Tetapi inilah hidup, terkadang apa yang kita inginkan tidak sesuai apa yang kita harapkan. Anggap saja kamu memang tidak berjodoh dengannya." jawab Kakek Ray. "Van percayalah omongan kakek kali ini. Suatu hari nanti kamu akan mengetahui seperti apa Gladies yang sebenarnya. Dan pada saat itu kamu akan mengucapkan terima kasih pada kakek dan Yuna yang sudah memaksa kamu menikah dengan Anin. Kalau bisa putuskan secepatnya Revan, jika kamu mau putrimu kembali bertemu dan bicara padamu." tambah Kakek Ray lagi yang langsung menjalankan kursi rodanya masuk kedalam rumah dan meninggalkan Revan di taman.
Revan mengusap wajahnya dengan kasar, dia bingung. Haruskah ia menerima semua ini? Menikahi wanita yang tidak dia cintai demi putrinya? kenapa nasibnya jadi seperti ini. Revan menghela nafasnya, dia pusing memikirkan nya. Ini pilihan yang sangat sulit buatnya tapi dia harus tetap mengambil keputusan ini secepatnya.
***
Pagi harinya ketika Revan akan masuk ke ruangan meja makan, ia berpapasan dengan Anin. Revan menatap Anini datar, sedangkan Anin menyapa Revan sembari menundukkan kepalanya.
"Selamat pagi tuan..!" sapa Anin.
Tidak ada jawaban dari Revan, lelaki itu hanya diam saja. Saat Anin akan melangkahkan kakinya, Revan menghentikan Anin karena ia melihat Anin membawa sebuah nampan yang berisi dua piring nasi goreng dan dua gelas air putih.
"Itu mau di bawa' kemana?!" tanya Revan datar.
"Oh ini tuan, Yuna meminta saya membawakan sarapannya ke kamar kakek. Yuna ingin sarapan bareng dengan kakek di kamar." jawab Anin.
"Jadi mereka tidak sarapan di meja makan?!" tanya Revan lagi.
"Tidak tuan." jawab Anin. "Kalau tuan mau sarapan, semua sudah disiapkan di meja makan tuan." lanjut Anin lagi.
Revan menghela nafasnya. Lagi-lagi dia harus sarapan sendiri, tanpa ada putrinya dan kakeknya. Ini sangat menyebalkan buatnya.
"Saya tidak sarapan, saya langsung pergi ke kantor." ucap Revan yang langsung pergi gitu saja. Sementara Anin hanya bisa menatap punggung Revan saja. Setelah Revan hilang dari pandangannya, Anin pun melanjutkan langkahnya menuju kamar kakek Ray untuk mengantarkan sarapan Yuna dan kakek Ray.