Hidup di zaman modern yang serba maju terkadang membuat Xuan Xing'er 25 thn kerap menggerutu kesal, karena jaman sudah banyak berkembang tetapi pemikiran kedua orang tuanya masih saja mengikuti jaman dahulu. Dimana mereka selalu mendesak Xing'er untuk segera menikah, tak hanya kedua orang tuanya tetapi teman-teman satu kantornya pun selalu mencibirnya karena statusnya yang sudah lama menjomblo.
Merasa kesal akibat tidak ada pria yang mau dengannya, Xing'er pun mampir ke sebuah kedai untuk mabuk disaat dirinya setengah sadar tiba-tiba seorang pria tua dengan pakaian compang camping memberinya sebuah benang merah yang telah di ikat simpul.
"Pergilah ke hutan besok, maka kau akan menemukan cintamu."
Akankah Xing'er menurutinya? Atau malah mengabaikannya karena merasa itu semua hanya ilusinya ketika mabuk? Ikuti terus kisahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zia Lin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 13
"Suan Ni gege, itu sangat keren," puji Xing'er terkagum-kagum.
Suan Ni hanya tersenyum dan mengatakan jika itu hanyalah hal biasa, ia pun memberikan contoh pada Xing'er bagaimana caranya menimba air dari dalam sumur.
"Nona kau harus memegang talinya dengan kuat dan jangan melepaskannya setelah embernya terisi oleh air, baru kau angkat lagi ke atas," papar Suan Ni memberi contoh.
Kepala Xing'er mengangguk-angguk pelan, dalam kepalanya tiba-tiba terlintas sebuah ide yang membuatnya tersenyum.
"Suan Ni gege, bisakah gege memberiku contoh lagi otakku sedikit lambat jadi tidak bisa menangkap apa yang gege katakan barusan," ujar Xing'er mulai memainkan triknya.
"Baiklah." Suan Ni mengulang ucapan serta tindakannya lagi, tanpa merasa curiga jika dirinya sedang dimanfaatkan oleh Xing'er agar mengisi beberapa ember kosong dengan air.
"Bagaimana, kau sudah mengerti?" tanya Suan Ni yang telah berhasil mengisi banyak ember untuk Xing'er guna
"Emp, aku sangat mengerti … Xiexie Suan gege," ucap Xing'er tersenyum senang.
Pria itu mengusap tengkuk lehernya sambil tersenyum. "Nona, kenapa kau memanggilku gege kau bisa memanggilku dengan sebutan nama saja."
"Tidak bisa, jika menghitung tahun kau jauh lebih tua dari ku jadi aku harus menghormati mu dan memanggilmu gege," jelas Xing'er sambil mengucek cuciannya.
"Baiklah, aku akan menerima panggilan itu."
Xing'er pun kembali mengangguk sambil tersenyum dan fokus pada pakaian kotornya.
"Nona Xing'er, kau tidak bisa mengambil air dari dalam sumur lalu bagaimana caranya kamu bisa menggunakan air untuk kebutuhan mu disana?" tanya Suan Ni penasaran.
Gadis itu kembali tersenyum dan memikirkan triknya lagi. " Apa gege ingin tahu?"
Suan Ni mengangguk dengan wajah serius.
"Aku akan menjawabnya, asal gege mau menolongku menjemur semua pakaian ini."
"Itu mudah," jawab Suan Ni. Tanpa merasa beban, pria itu kembali melompat-lompat dan dalam hitungan menit baju-baju kotor yang telah bersih sudah tergantung dengan rapi di atas jemuran.
Lagi-lagi Xing'er berdecak kagum dengan kemampuan yang dimiliki oleh Suan Ni, ia kembali bertepuk tangan dan memuji kehebatannya.
"Begini … di kotaku sudah tidak ada sumur yang seperti ini lagi, kami biasanya membeli air dari pemerintah yang bisa langsung mengalir ke rumah tanpa harus lelah menimba, dan juga cara mencuci kami menggunakan mesin untuk membersihkannya sehingga kita tidak perlu merasakan capek dan merusak kulit tangan seperti ini," ujar Xing'er menjelaskan.
"Wah hebat sekali, eh nona Xing'er apa kelak kau bisa membawaku dan Yu Mu ke tempat asalmu?"
"Tentu saja, aku akan membawa kalian ke rumahku dan mengajak kalian untuk melihat-lihat betapa luar biasanya dunia di masa modern."
"Terimakasih atas kebaikan nona," ucap Suan Ni memberi hormat.
"Tidak perlu sungkan, justru aku yang harus berterimakasih karena Suan gege sudah membantuku hari ini," ungkap Xing'er tersenyum.
"Itu hanya hal kecil, tapi nona jangan beri tahu tahu Taizi jika aku membantumu," bisik Suan Ni.
Xing'er kembali mengangguk dan meminta Suan Ni agar tidak khawatir, ia akan merahasiakan bantuannya dari Han Wang Yue.
"Wah, aku tidak mengira jika nona Xing'er bisa mengerjakan semuanya dalam waktu singkat." Suara Han Wang Yue mengejutkan Xing'er serta Suan Ni yang sedang berbincang sambil duduk.
Karena merasa takut akan dihukum, Suan Ni memberi hormat pada Han Wang Yue kemudian buru-buru pergi meninggalkan Xing'er serta putra mahkota.
"Tentu saja, aku sudah mengatakan jika aku calon istri yang baik dan layak untukmu," papar Xing'er terlampau percaya diri.
"Benarkah? Tapi aku dengar barusan kalian sedang merahasiakan sesuatu dariku," sindir Han Wang Yue mengedarkan pandangannya ke area sekitar berpura-pura tidak tahu apa yang dibicarakan oleh Xing'er dan Suan Ni.
Gadis itu terkekeh untuk menutupi rahasianya, ia menarik tangan Han Wang Yue dan membawanya kembali ke dalam pondok agar tidak curiga dengan pekerjaannya yang telah dibantu oleh Suan Ni.
Sesampainya di dalam pondok, ia mendudukkan Han Wang Yue dan mengisikan air teh kedalam gelas kecil untuk diberikan kepada Han Wang Yue yang sedang curiga padanya.
Pria dengan pakaian sederhananya itu menatap Xing'er sesaat dan mengambil gelas dari tangannya, ia meminum teh tersebut dan diam tanpa mengeluarkan kata apapun.
"Oh ya sejak tadi aku tidak melihat Yu mu, kemana dia?" tanya Xing'er mengedarkan pandangannya.
"Dia sedang pergi ke luar, karena biasanya Yu Mu yang memasak sedang pergi sekarang kau yang harus menggantikannya."
"Aku?" tunjuk Xing'er pada dirinya sendiri dengan raut wajah kaget.
Kepala Han Wang Yue mengangguk, dia memberikan sebatang kayu yang bisa dibilang korek gasnya jaman dulu pada Xing'er, dia berpesan agar Xing'er memasak dengan cepat karena perutnya yang sudah lapar kemudian pergi entah kemana.
"Tunggu, tapi aku tidak bisa memasak," ujar Xing'er terus terang.
"Kalau begitu, silahkan pergi dari sini," kata Han Wang Yue tanpa menoleh, hatinya berharap jika Xing'er akan menyerah dan pergi dari tempat tinggalnya.
"Tidak akan, aku akan belajar memasak untukmu," jawab Xing'er buru-buru pergi menuju dapur, sementara Han Wang Yue yang sebelumnya berharap Xing'er pergi malah merasa tertegun. Ia menoleh ke belakang dimana disana sudah tidak ada Xing'er lagi.
Putra mahkota itu berdecak, padahal bayangannya setelah membuat Xing'er sedikit menderita wanita itu akan marah kemudian membawa barang-barangnya pergi dari tempat tinggalnya, tapi siapa sangka Xing'er malah kembali bersemangat dan mau belajar.
Keadaan Han Wang Yue masih berdiri sambil berkacak pinggang dan memikirkan kembali cara untuk mengusir Xing'er, tetapi tiba-tiba saja suara ledakan dari arah dapur terdengar sehingga Yu Mu dan Suan Ni buru-buru mengeceknya.
Disusul oleh Han Wang Yue yang ikut penasaran, ia bergegas pergi ke area dapur dan terkejut saat menjumpai dapurnya sudah dipenuhi oleh asap tebal dan ia melihat Xing'er berjalan keluar dengan wajah kotor sambil terbatuk-batuk.
Han Wang Yue menghampiri Xing'er dengan raut wajah yang begitu cemas.
"Yue Daren, kau tidak perlu khawatir aku tidak apa-apa," kata Xing'er terbatuk-batuk.
Kedua alis Han Wang Yue saling beradu, dadanya naik turun akibat menahan amarah. "Apa yang sudah kau lakukan?"
"Aku—,"
"Apa yang sudah kau lakukan, kau merusak dapurku! Oh ya ampun, sudah bertahun-tahun dapurku berdiri dengan kokoh dan sekarang kau hampir merobohkannya," omel Han Wang Yue khawatir jika dapurnya akan mengalami kerusakan yang parah.
"Hah, j-jadi kau bukan mencemaskan ku," seloroh Xing'er yang sebelumnya sangat percaya diri jika Han Wang Yue mencemaskan keadaannya tetapi ternyata pria itu malah mengkhawatirkan dapurnya.
"Kau—." Han Wang Yue menahan rasa marahnya dan menatap kesal Xing'er yang sedang berdiri di sampingnya.
Xing'er memelototkan matanya dan berkacak pinggang. "Aku? Kenapa denganku, aku sudah mengatakan jika aku tidak bisa memasak tapi kau malah mau mengusirku, jika kau mau menyalahkanku kau salah besar seharusnya kau menyalahkan dirimu sendiri karena memaksa aku untuk memasak." Xing'er terus berbicara tanpa henti.
Padahal yang seharusnya marah adalah Han Wang Yue, tapi keadaannya malah terbalik dan sejak kapan Wang Yue memaksa Xing'er untuk memasak? Karena seingatnya tadi, dia hanya menyuruhnya satu kali dan menawarkannya untuk pergi jika Xing'er tidak sanggup.
Telapak tangan Wang Yue menepuk jidat Xing'er. "Dasar dungu."
"Kau yang dungu!" dengus Xing'er balik menghardik.
"Kau," kedua mata Han Wang Yue dan Xing'er saling bertatap tajam seakan mengeluarkan cahaya kilat dari dalam mata mereka.
Keduanya berputar saling memunggungi layaknya anak kecil yang sedang bertengkar.
Melihat kedua orang yang sedang bersitegang, Yu Mu dan Suan Ni hanya saling melirik. Keduanya menggelengkan kepala sembari mengalihkan wajahnya ke arah lain.
.
.
.
\*
"Kalian lihat, baru satu hari dia disini tapi sudah hampir membuat tempat tinggalku roboh," omel Wang Yue pada kedua bawahannya.
"Ais, bixia nona Xing'er tidak sengaja melakukannya wajar saja jika dia tidak bisa menyalakan tungku bukankah dia berasal dari masa depan, pasti disana tidak ada tungku seperti disini," ujar Yu Mu mencoba menenangkan Wang Yue yang sedang kesal.
Han Wang Yue menatap sinis Yu Mu. "Yu Mu sebenarnya kau ini berpihak pada siapa, aku atau dia?"
"T-tentu saja anda, Huang taizi bixia," kata Yu Mu menunduk.
"Heuh, lain di mulut lain di hati … pokoknya aku tidak mau tahu, bagaimana pun caranya wanita itu harus pergi dari sini," ucap Wang Yue, ia mengibaskan pakaiannya dan kembali duduk sambil minum secangkir teh agar amarahnya segera meredam.
Yu Mu memberi hormat dan pamit undur dari hadapan Wang Yue, sementara yang tinggal di ruangan sang putra mahkota hanya Suan Ni yang ingin melaporkan tentang gerak gerik musuh.
"Bixia akhir-akhir ini, perbatasan dajing tidak menunjukan pergerakannya."
Mata Wang Yue kembali menunjukan sorot matanya yang tajam, merasa aneh dengan musuhnya yang tiba-tiba senyap. Padahal beberapa waktu yang lalu perbatasan dajing begitu menggebu-gebu ingin menyerang perbatasan barat laut milik Chang'an, tetapi sekarang malah seperti hewan tonggeret yang terinjak.
"Awasi terus, aku khawatir mereka memiliki rencana besar yang tak terduga untuk merebut perbatasan barat laut dan untuk meminimalisir adanya penyusup ke barak militer, suruh jendral Lu Boyang untuk memeriksa identitas seluruh prajurit."
"Baik bixia." Suan Ni memberi hormat dan bergegas pergi untuk menyampaikan perintah dari putra mahkota.
"Zhu Wu Chen, apa yang sedang kau rencanakan sekarang," geram Han Wang Yue sambil menggenggam cangkir tehnya erat.
.
.
.
.
Bersambung.
Oh ya aku mohon izin untuk promosi, mampir yuk ke cerita ku judulnya
- Healer Of My Heart
-Nadira
Kutunggu ya kedatangan kalian/Heart//Smile/