Perselingkuhan istri dan sahabatnya, membuat Vicky Zean trauma untuk menjalin hubungan dengan seorang wanita. Selama lima tahun, ia memilih menjadi Single Daddy untuk putra kesayangannya.
Namun, kini, ia justru tertarik dengan seorang gadis belia yang baru akan lulus jenjang SMA, Rhea Athalia hanya karena pertemuan singkat yang mengesankan baginya.
Meski perbedaan usia yang terpaut sangat jauh, Vicky tetap menjadikan Rhea sebagai target cintanya dan membuat beberapa jebakan agar Rhea bisa jatuh ke dalam pelukannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AdindaRa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bekerja Sama
“Hazel, aku pergi dulu yaa!” ucap Rhea yang cepat-cepat meninggalkan Hazel. Namun, dengan sigap Hazel menahan Rhea pergi dengan menarik tangannya.
“Tunggu sebentar, Rhea! Aku baru saja datang dan aku hanya ingin mendengar apa yang menjadi masalahmu saat ini!” ucap Hazel yang datang karena informasi dari Naya yang mengatakan Rhea sedang sedih dan mengajaknya bertemu di taman.
Dan Ketika Hazel tadi datang ke taman, Naya pura-pura pergi dengan alasan harus mengantar mamanya belanja untuk memberi waktu Rhea berduaan dengan Hazel.
“Aku akan cerita nanti! Kali ini aku harus buru-buru pergi. Aku duluan, ya! Ba bay!” Rhea langsung melambaikan tangannya ke arah Hazel dan berlari kecil menuju ke tempat dimana motornya terparkir.
Sedangkan di sisi lain, Vicky kini sudah duduk berhadapan dengan Pak Vano, papa Rhea di tempat yang kemarin.
“Selamat pagi, Pak Vano!” sapa Vicky yang langsung menyalami Papanya Rhea.
“Selamat pagi, Pak Vicky! Maaf sudah mengganggu waktu anda sepagi ini!” tutur Pak Vano.
“Tidak masalah, pak! Apa Rhea menolak untuk menikah dengan saya?” tanya Vicky to the point yang langsung dijawab Pak Vanno dengan anggukan kepalanya.
“Benar, Pak! Dia langsung menolak sebelum mendengar siapa pria yang akan menikah dengannya. Bahkan pagi ini, Rhea juga masih marah dan memutuskan untuk tidak sarapan terlebih di rumah!” jelas Pak Vano.
Vicky pun mengusap dagunya pelan. Ia sudah menduga sebelumnya jika Rhea pasti akan menolaknya. Tapi ia tidak gusar karena ia masih memiliki banyak perencanaan untuk mendapatkan targetnya.
“Ini bukan masalah yang pelik, Pak Vano. Lagi pula Rhea juga masih belum mengetahui siapa laki-laki yang akan menikah dengannya!” tutur Vicky dengan santai.
“Benar, Pak Vicky. Namun, saya juga tidak ingin terus memaksa Rhea karena takut akan berakibat fatal nantinya!”
Ucapan Pak Vano kali ini terdengar seperti hendak menyerah dan tidak berada dalam pihak Vicky.
“Tapi anda tidak melarang kan, jika saya melakukan pendekatan khusus dengan Rhea?”
“Tentu saja tidak Pak Vicky! Saya dan istri saya justru sangat setuju jika memang seperti itu. Orang dulu kata, cinta akan datang jika sering bersama!” tukas Pak Vano yang mengukir senyuman indah di wajah Vicky.
“Okey, kalau memang seperti itu, berarti kali ini kita harus menjalankan plan B!” tukas Vicky yang tentunya langsung didukung penuh oleh Pak Vano.
“Oh iya, apa Pak Vano tahu dimana putri anda sekarang?” tanya Vicky menelisik untuk memastikan kegiatan Rhea yang bekerja di kantornya itu diketahui oleh kedua orang tuanya atau tidak.
“Emm, mungkin pergi ke rumah sahabatnya yang bernama Naya. Biasanya Rhea pergi menginap di sana jika sedang suntuk ataupun marah!” jawab Pak Vano.
Kali ini Vicky mulai paham jika Rhea masih merahasiakan hal ini dari kedua orang tuanya. Akhirnya Vicky memberitahukan kepada Pak Vano jika saat ini Rhea sedang membantunya di kantor.
Tidak hanya itu, ia juga menceritakan awal bertemu dengan Rhea dan mulai merasa jatuh cinta dengan Rhea. Sejak itu, pikirannya selalu dipenuhi tentang Rhea dan Rhea.
Cerita Vicky kali ini membuat Pak Vano sangat tidak menyangka. Ada perasaan bersalah menjalari hatinya mengingat putri semata wayangnya yang baru selesai ujian sekolah sudah bekerja.
“Anda jangan khawatir, Pak Vano! Saya mengajak Rhea bekerja bukan bermaksud untuk mempekerjakan anak di bawah umur. Melainkan, saya hanya ingin dekat dengannya!” jelas Vicky membuat Pak Vano mulai bisa bernafas lega.
“Baiklah, Pak Vicky! Kira-kira apa yang kini harus saya lakukan bersama dengan istri saya?” tanya Pak Vano.
“Cukup fokus pada usaha anda dan pura-pura tidak tahu jika Rhea sudah bekerja bersama saya. Saya juga tetap akan membantu restoran anda dengan menanam saham sebesar 50 persen! Bagaimana?” tanya Vicky yang langsung disetujui oleh Pak Vano.
“Terima kasih banyak Pak Vicky. Saya benar-benar berhutang budi dengan anda, Pak!” ucap Pak Vano yang merasa sangat senang mendengarnya.
“Sssttt! Jangan seperti itu pak! Anda menganggap saya sebagai calon menantu saja sudah lebih dari cukup!” ucap Vicky.
“Terima kasih banyak, Nak Vicky. Kau bebas untuk menganggapku sebagai papa mertua!”
Kedua pria beda generasi itu pun sepakat untuk menjalin kerja sama bisnis dan pencapaian target cinta. Meski Vicky terlihat begitu memaksakan kehendaknya untuk mendapatkan Rhea, Pak Vano tidak merasa keberatan sama sekali.
Setelah mengatur beberapa strategi, Vicky pun undur diri dan bergegas untuk kembali ke kantor. Tak lupa sebelumnya, Vicky memesankan sarapan untuk Rhea.
“Pagi, Rhea!” sapa Vicky sambil meletakkan satu kotak makanan di samping computer Rhea.
“Pagi, Pak Vicky! Ini apaan?” tanya Rhea sambil membuka bungkus makanan yang ada di depannya.
Seketika matanya berbinar melihat kotak makan dengan nasi ayam teriyaki dan juga salad di dalamnya.
“Waaah! Bapak tau aja menu kesukaan saya. Kebetulan banget nih saya belum sarapan, Pak!” gumam Rhea.
“Ya udah, kamu nikmati dulu aja sarapannya! Selepas itu bisa kembali bekerja!” timpal Vicky sambil melangkahkan kakinya menuju ke meja kerjanya.
“Serius, Pak Vicky?” tanya Rhea setengah berteriak.
“Iya Rhea Athalia!” balas Vicky menekan kalimatnya.
“Terima kasih banyak, Pak Bos!” ucap Rhea yang langsung menyendokkan nasi ke dalam mulutnya.
Vicky terus saja memperhatikan Rhea yang menikmati sarapannya sambil memainkan ponselnya. Gaya anggun Rhea saat makan membuat Vicky semakin jatuh hati dengannya. Setelah menghabiskan sarapannya, Rhea pun kembali berkutat mengecek pekerjaan yang ada di komputer yang ada di hadapannya.
Tiba-tiba saja tanpa Rhea ketahui, Vicky sudah berdiri di belakangnya untuk mengecek hasil kerjanya.
“Ini laporan yang mana, Rhea?” tanya Pak Vicky sambil mendekatkan tubuhnya dengan Rhea.
“Laporan dari Divisi Manajer Keuangan Restoran, Pak!” jawab Rhea.
“Wah, cepat juga ya kinerja kamu!” puji Pak Vicky.
“Terima kasih, Pak. Ini juga sedang saya koreksi ulang. Oh iya, pak! Siang ini saya mau izin pergi ke sekolah untuk mempersiapkan acara perpisahan sekolah!” ucap Rhea sambil mengalihkan pandangannya ke arah Pak Vicky.
“Nanti siang saya antar, sekalian menjemput Dean pulang sekolah!” balas Vicky.
“Loh, tapi kan saya bawa motor, Pak!”
“Nanti Ken akan mengantarkan motor kamu ke rumah. Ada hal yang ingin saya bicarakan dengan kamu dan juga Dean!”
“Masalah apa, pak?” tanya Rhea penasaran.
“Kita bicarakan nanti ya! Sekarang kembalilah bekerja!” titah Vicky dan Rhea pun kembali meneruskan pekerjaannya yang sempat tertunda.
Sedangkan Vicky sengaja tidak beranjak dari dekat Rhea dan justru menarik kursi agar lebih dekat dengan Rhea. Kedekatan Vicky kali ini sama sekali tidak membuat bergeming dan tetap fokus pada pekerjaannya.