Rahim Milik CEO Tampan

“Buk!” Junho melempar tubuh Kai dengan kencang.

“Arrrggghhh!” Kai memberontak. Ia melawan balik serangan Junho.

Kai memukul Junnho berkali-kali. Akhirnya Junho pun menyerah.

“Dengar baik-baik! Jauhi Lily dan ibunya! Jangan pernah sekalipun kau mencoba untuk menipu mereka atau menyakiti mereka, karena aku tidak akan tinggal diam!” Ucap Kai.

Junho tak menjawab, ia malah langsung melarikan diri.

“Dasar pengecut!” Ucap Kai pada Junho.

Keesokan paginya Kai tengah bersiap-siap untuk bekerja. Hingga sebuah panggilan masuk menghentikannya dari kegiatan mengenakan dasinya.

“Sekertaris Ji-ah? Ada apa dia memanggilku sepagi ini?” gumam Kai.

“Hallo Pak.”

“Ya, ada apa?”

“Pak, maaf, mulai hari ini aku tidak bisa bekerja lagi dengan bapak. Perusahaan telah memberhentikanku.”

“Apa? Mengapa semendadak ini? perusahaan dibawah kendaliku, bagaimana bisa mereka memberhentikanku tanpa persetujuan dariku.”

“Perihal itu saya tidak bisa menjelaskannya. Lebih baik bapak ke kantor sekarang dan lihat apa yang terjadi.”

“Baiklah.”

Telpon berhenti. Kai langsung buru-buru berangkat ke kantornya.

Sesampainya di sana, ia melihat orang-orang memperhatikannya. Aneh sekali, padahal setiap hari Kai ke sini, tapi hari ini orang-orang bersikap seolah melihat Kai untuk yang pertama kalinya.

Kai bergegas masuk ke ruang kantornya, sesampainya di sana ia tak kalah terkejutnya dengan tadi. Bagaimana tidak, semua barang-barang Kai sudah dikemasi, bahkan papan jabatannya sudah dicopot. Kai mulai heran dan bertanya-tanya.

“Ada apa ini?” Tanya Kai pada pegawainya.

“Maaf Pak, anda sudah bukan lagi CEO, menurut surat wasiat dari Nyonya Kim Tuan Kim Jung Hwan lah yang menjadi CEO. Dalam surat wasiat itu dijelaskan jika terjadi sesuatu pada Nyonya Kim atau Nyonya Kim telah tiada maka kepemilikan perusahaan beralih kepada tangan Tuan Jung Hwan, begitu pun dengan semua aset yang dimiliki oleh Nyonya Kim.” Jelas pegawainya.

“Tidak mungkin.” Kai benar-benar dibuat kaget setelah mendengar kabar ini.

“Hallo keponakan! Sudah lama kita tidak berjumpa.” Tiba-tiba, dari arah pintu datang seseorang.

“Paman Jung Hwan?” Kai kaget saat melihat kemunculan paman tirinya itu.

“Ya, aku kembali.” Ucap Jung Hwan dengan senyum aneh.

“Kapan paman ke sini? bukankah paman dipenjara?” Tanya Kai dengan bingung.

“Ah, lupakan soal masa lalu itu. Aku tak ingin mengingatnya lagi. Lagi pula sekarang aku sudah keluar, haha.” Ucap Jung Hwan.

“Apa surat wasiat itu benar? Apa paman benar-benar menjadi ahli waris?” Kai masih tak percaya.

“Tentu, meski nama margaku Kim, tapi akulah yang menjadi penerus harta keluarga Park. Tentu karena ibuku yang memeberikannya. Bukankah ayah dan ibumu terlalu bodoh sehingga memberikan hartanya pada ibuku? Oh, mungkin orang tuamu berharap ibuku akan menajgakannya untukmu. Tapi tentu saja tidak, ibuku akan memberikannya pada anak kandungnya, yaitu aku haha.” Ucap Jung Hwan dengan sombong.

“Tidak mungkin! Ini semua tidak mungkin!” Kai tak terima.

“Sudah, terima saja nasibmu sekarang Kai. Kau hiduplah dengan sisa-sisa harta dari orang tuamu, sementara harta kekayaan Keluarga Park, biar aku yang menikmatinya. Haha.” Jung Hwan tertawa puas.

“Tidak, akulah yang berhak dengan warisan itu. Aku satu-satunya darah daging kakek, aku anak kandung ayahku, kakek mewariskan hartanya pada ayah. Bukan pada paman.”

“tapi kenyataanya begitu. Ayahmu malah menitipkan harta itu pada ibuku, tentu saja aku yang akan mengambilnya. Bukankah saudara tiriku begitu bodoh sehingga menitipkan harta warisannya pada ibuku? Haha”

“Tidaak! Tidak bisa, kau tidak bisa berbuat begitu!”

“Penjaga!”

“Ya tuan.”

“Usir Tuan Kai dari sini!”

“Baik Tuan.”

“Tidak! Lepaskan aku! Lepaskan!”

Kai akhirnya diusir keluar dari kantornya sendiri.

Kai kembali ke rumahnya. Hanya itu yang ia miliki saat ini, karena rumah itu, adalah satu-satunya harta benda yang ia punya dan atas namanya.

Kai kini bingung, harus bagaimana ia sekarang? Lily masih di rumah sakit, ia juga harus menafkahi Lily, walau biaya rumah sakit sudah ia bayar lunas tetapi Lily masih jadi istrinya, ia harus menafkahi Lily dan Ibunya Lily, di samping itu Kai juga harus menafkahi dirinya sendiri.

Di tengah kepusingan itu, Kai dikagetkan dengan suara ketukan pintu. Kai pun membuka pintu.

“Pengacara Jo?” Ucap Kai.

“Tuan Kai, tadi saya mendengar berita bahwa kepemilikan saham Casablanka Grup telah berpindah tangan? Apa itu benar?” Pengacara Jo langsung bertanya.

“Ya itu benar, tapi lebih baik kita bicarakan itu di dalam.” Ucap Kai.

“Baik Tuan.”

“Kau tidak usah panggil aku Tuan mulai sekarang, lagi pula usia kita juga tidak beda jauh. Panggil aku Kai saja.”

“Baik, Kai.”Ucap Pengacara Jo dengan canggung.

Mereka pun duduk di ruang tamu.

“Ya, kau benar Pengacara Jo, Nenek telah memberikan perusahaan itu pada paman Jung Hwan.” Ucap Kai sembari menuang air pada gelas untuk pengacara Jo.

“Paman Jung Hwan? Siapa dia? Bukankah kau pewaris tunggal dari keluarga Park? Berarti seharusnya Tuan Park Alexius tidak memiliki adik atau Kakak.” Ucap Pengacara Jo bingung.

“Iya, dia memang anak tunggalnya Kakek. Tetapi kakek menikahi seorang janda satu anak, yaitu nenekku. Tapi kakekku juga seorang duda, kakek dan nenek menikah sama-sama membawa seorang anak. Nenek kandungku meninggal saat ayah masih berusia belasan tahun, penyebab kematiannya masih jadi misteri, ada yang bilang keracunan, ada yang bilang juga karena Nenek mengalami depresi berat sehingga mencelakai dirinya sendiri. Aku juga tak tahu mana yang benar.”

“Lalu beberapa bulan setelah nenek meninggal kakek kembali menikah dengan nenek tiriku yang sekarang. Tentu saja, kakek waktu itu seorang pembisnis kaya raya, Casablanka waktu itu benar-benar dalam masa kejayaannya, ya sekarang juga masih sih. Tapi intinya Kakek langsung menikahi nenek. Nenek waktu itu baru memiliki anak dan ditinggal mati suaminya, ya pendeknya mereka saling jatuh cinta kemudian menikah.”

“Tetapi anak nenek, Paman Jung Hwan tidak pernah akur dengan Ayah. Awalnya mereka membiarkannya, hingga ketika kakek meninggal Paman Jung Hwan semakin menjadi. Ia kerap menyiksa Ayah. Meski ayah sudah menikah dengan ibuku dan memiliki aku. Paman Jung Hwan selalu menyakiti ayah. Hingga malam itu, saat kami sedang pergi berlibur, ayah mengendarai mobil dan aku duduk di kursi belakang, ibu di samping ayah.”

“Paman Jung Hwan ikut, entah bagaimana mobil paman Jung Hwan tiba-tiba menyenggol mobil Ayah, hingga Ayah kehilangan kendali dan menabrak mobil yang ada di depannya. Ayah dan ibu sekarat sementara aku hanya luka-luka, aku dengan mata kepalaku sendiri menyaksikan ayah dan ibuku menghembuskan nafas terakhirnya. Saat itu usiaku masih sebelas tahun.” Kai mengambil jeda yang panjang setelah menceritakan hal itu.

“Maka dari itu Paman dipenjara karena keterlibatannya dalam kasus kecelakaan yang menewaskan ayah dan ibuku. Tapi, entah bagaimana ia sekarang bisa bebas dan mengambil alih seluruh harta kekayaan kami.” Ucap Kai.

“Tuan Kai, maksud saya, Kai... seharusnya anda curiga. Setelah mendengar semua penjelasan terkait latar belakang keluarga anda, saya sekarang paham. Antara kasus kematian nenek anda, orang tua anda, dan kembalinya Paman Jung Hwan sebagai pewaris, semuanya saling keterkaitan.” Ucap Pengacara Jo.

“Maksud anda?” Kai bertanya-tanya.