Terjerat Pesona Tuan Muda

Akhirnya Brian dan Fiona sampai juga di restoran bintang lima. Brian memesan steak dengan kualitas daging terbaik dan juga dengan wine kualitas terbaik.

"Selera Brian sangat luar biasa. Pasti dia lebih kaya daripada Reymond. Dia benar-benar pria berkelas. Bertengkar dengan Reymond membuatku menemukan pengganti yang luar biasa." Ucap Fiona dalam hati sambil menikmati hidangan yang telah Brian pesan untuknya.

"Kita seperti sedang candle light dinner. Padahal baru kenal." Ucap Fiona.

"Kenapa? Apa ini hal yang masih tabu di Indonesia?"

"Tentu saja. Candle light dinner hanya untuk mereka yang sudah berpacaran. Sedangkan kita baru kenal beberapa jam yang lalu."

"Ya sudah, kalau begitu anggap saja kita sedang pacaran." Ucap Brian tanpa banyak basa-basi seperti biasanya. Bukan hal sulit bagi Brian untuk meluluhkan hari seorang wanita apalagi seorang Fiona.

"Brian, kamu mengejutkanku," ucap Fiona dengan senyum menggodanya.

"Kenapa? Apa karena kamu sudah punya pacar?'

"Mmmmm... bagaimana ya aku bilangnya?"

"Kamu tidak bahagia dengannya?" Brian asal menebak.

"Ya, begitulah. Dia tidak mau diajak putus."

"Pasti dia sangat posesif dan mengekangmu."

"Dia memang seperti itu dan aku merasa tertekan."

"Ya sudah, kalau begitu kita backstreet saja. Aku akan membuatmu bahagia." Ucap Brian tanpa banyak basa-basi.

"Rasanya terlalu cepat dan aku terkesan murahan sekali."

"No, Fiona! Aku tidak berpikiran buruk kepadamu. Bagiku, kamu luar biasa. Aku sepertinya juga jatuh cinta pada pandangan pertama denganmu."

"Kamu membuat pipiku memerah, Brian."

Brian tersenyum. Ia lalu meraih tangan Fiona dan mengecup punggung tangan Fiona dengan sangat manis. Fiona dibuat terbang melayang dengan perlakukan Brian yang memang sangat lembut dan manis.

"Jadi, bagaimana kalau kita pacaran?" Brian bertanya kembali untuk memastikan perasaan Fiona.

"Baiklah, aku mau." Jawab Fiona tanpa rasa ragu sedikitpun.

"The Rich Brian, pesonaku memang luar biasa. Aku sangat mudah menarik hati para wanita. Fiona, wanita pertama yang mendekatiku. Dan tentu saja untuk sementara dia tidak aku lepaskan. Aku juga berharap suatu saat nanti dia mau menerima kemiskinanku juga, hehehehe. Mmmm... tapi dia belum bisa membuat hatiku bergetar. Hanya kecantikannya yang membuatku terpesona," gumam Brian dalam hati.

"Brian, kamu sudah masuk merangkapku. Ternyata sangat mudah untuk merayumu. Tampan dan kaya, selalu menjadi idamanku. Aku bisa memanfaatkannya untuk menguras kantongnya sampai aku puas. Reymond tetap yang utama, sedangkan Brian adalah mainanku," ucap Fiona dalam hati.

Setelah selesai makan malam, Brian dan Fiona kemudian menuju club. Disana Siska dan Salsa sudah menunggu. Fiona lalu menyapa kedua sahabatnya dan saling beradu pipi ritual biasa para wanita saat saling bertemu.

"Hai Brian!" sapa Siska dan Salsa dengan kompak.

"Hai..." Brian membalas sapaan keduanya dengan senyumnya.

"Gimana makan malamnya? Pasti romantis banget nih," goda Siska.

"Tanyakan saja pada Brian," ucap Fiona malu-malu.

"Dari raut wajah kalian, sepertinya kalian sangat bahagia. Jadi, boleh dong malam ini Brian mentraktir kita," sahut Salsa.

"Tentu saja boleh. Kalian pesan saja yang kalian mau. Aku yang akan membayarnya."

"Thank you, Brian." Jawab Siska dan Salsa dengan kompak.

"Jangan sampai aku mabuk malam ini. Sebaiknya aku pesan mocktail saja," batin Brian. Fiona kemudian menarik Brian menuju lantai dansa. Brian dengan hati menerima ajakan Fiona. Salsa dan Siska kemudian ikut bergabung bersama mereka. Mereka semua larut dalam dentuman musik DJ. Fiona dengan agresif mengalungkan kedua tangannya pada leher Brian. Brian merespon dengan melingkarkan kedua tangannya pada pinggang ramping Fiona. Keduanya saling melempar senyum sambil menikmati irama musik.

Saat keduanya larut dalam suasana, tiba-tiba seseorang menarik Fiona dan mengajak Fiona keluar dari lantai dansa. Mata Brian mengikuti kearah mana Fiona dibawa. Siska dan Salsa pun lalu menyusul Fiona.

"Ray, lepasin!" Fiona berusaha melepaskan cengkraman tangan Raymond.

"Sorry, jangan kasar sama cewek," sahut Brian sambil mencengkeram pergelangan tangan Raymond, pacar Fiona. Raymond dan Fiona, mereka sepasang mahasiswa populer di kampus. Keduanya bahkan suka menindas orang yang lemah secara diam-diam, supaya tetap bisa eksis dengan image yang sempurna. Karena mereka selalu mengancam orang yang pernah mereka tindas, supaya tidak mengadu pada siapapun.

"Lo siapa?" tanya Raymond dengan sorot mata menantang.

"Aku, Brian."

"Brian? Anak mana, lo? Sampai lo berani deketin Fiona. Gue pacarnya, Raymond Antonio."

"Oh, jadi ini yang namanya, Raymond. Terlihat bodoh." Ucapnya dalam hati.

"Oh, aku temannya. Silahkan selesaikan masalah kalian," ucap Brian dengan santainya. Brian memilih untuk duduk kembali. Pantang bagi Brian untuk memperebutkan wanita. Ia memang mengajak Fiona berpacaran, hanya karena ingin menguji pesonanya pada wanita yang paling populer di kampus. Sejauh ini belum ada wanita yang membuat Brian tergila-gila sampai mengejarnya. Karena bagi Brian, semua itu hanya untuk kepuasaan sesaat serta rasa penasaran saja. Sekaligus untuk menguji pesonanya sebagai seorang The Rich Brian.

#Bersambung... Yukkk budayakan selesai baca like, komen, vote dan giftnya ya, biar makin semangat nih, heheheh... Makasih ya :-*