Terjerat Pesona Tuan Muda

Terjerat Pesona Tuan Muda

Ch-1 The Rich Brian

Malam semakin pekat. Namun tidak dengan gemerlap kota London malam itu. Hingar bingar dunia malam justru baru saja di mulai. Gemerlap lampu warna-warni layaknya pelangi menyorot setiap sudut ruangan yang temaram disalah satu klub terkenal di London. Dentuman musik DJ menggema ke setiap sudut ruangan. Semua orang asyik menari mengikuti iringan musik DJ di lantai dansa. Klub itu mempunyai lima lantai. Lantai 1 dan 2 untuk bar, lantai 3 dan 4 untuk lantai dansa dan lantai 5 paling atas adalah ruangan VIP.

Seorang pria dengan rambut gondrong dengan cepolan di atas, alis tebal, kulit putih, mata sedikit sipit, bibirnya merah sensual dengan hidung yang mancung, mendeskripsikan bahwa pria itu memiliki paras yang begitu sempurna. Brian Arga Putra Dirgantara, 22 tahun, putra seorang konglomerat dari Indonesia yang lahir dan terbiasa hidup di luar negeri. Kehidupannya begitu sempurna. Terlahir dengan wajah tampan dan dengan kekayaan yang luar biasa tanpa harus bekerja keras, sebuah keberuntungan yang luar biasa. Apapun yang ia inginkan pasti akan diwujudkan oleh orang tuanya. Apalagi ia adalah putra terakhir dari keluarga Dirgantara, yang namanya sudah sangat tidak asing ditelinga kalangan para pebisnis dan jajaran konglomerat di Indonesia.

“Ladies! Its show time!” seru Brian sambil mengangkat gelas yang berisi wine. Brian selalu menghabiskan malamnya bersama dengan para gadis. Sesekali Brian bergantian mencium para gadis yang menemaninya malam itu. Wajah tampan Brian juga menjadi santapan untuk bibir merah para gadis. Ia merasa menjadi seorang raja yang mempunyai kuasa, kekayaan dan daya pikat yang luar biasa. Bahkan dengan bebas meniduri gadis manapun yang ia inginkan.

Brian selalu memesan ruang VIP di sana. Ruang VIP yang khusus dan hanya untuk Brian. Ia bahkan rela membayar lebih demi satu ruangan favoritnya di sana. Tidak ada yang berani menyentuh atau bahkan menyewa ruangan itu. Meskipun masih muda, Brian sudah memiliki kekuasaan yang tidak dapat diganggu gugat oleh siapapun. Tampan, kaya dan banyak wanita. Hidupnya selalu dikelilingi oleh banyak wanita. Brian tidak akan pulang sebelum ia mabuk berat sampai tidak sadarkan diri.

“Tuan muda, mari kita pulang.” Salah satu pengawalnya berusaha membangunkan Brian yang sudah terkapar tak berdaya diatas sofa.

“Ahhh… untuk apa pulang. Belum pagi juga, untuk apa pulang.” Ucapnya dengan suaranya yang benar-benar sudah mabuk berat.

“Hei kalian ladies, temani aku malam ini.” Ucapnya lagi sambil menunjuk para gadis bule yang terdiri dari enam orang itu.

“Tidak bisa Tuan muda. Nyonya besar sedang dalam perjalanan kemari.” Ucap si pengawal.

“Masih di udara juga kan? Sudahlah, biarkan aku bersenang-senang. Jangan banyak bicara atau aku pecat!” Brian mengancam sambil menunjuk wajah pengawalnya itu. Si pengawal hanya bisa diam dan menuruti perintah Tuan muda. Akhirnya dengan dibopong pengawalnya, Brian memasuki mobil bersama dengan para gadis yang menemaninya. Tentu saja mereka tidak menolak karena Brian sudah menjadi tamu VIP yang terkenal  sangat royal. Apalagi paras tampannya tentu saja dengan mudah memikat hati para wanita. Apapun yang Brian minta pasti mereka lakukan. Brian bahkan mendapat julukan The Rich Brian.

Akhirnya Brian sampai juga di apartemen. Para gadis itu mengekor masuk ke dalam apartemen. Keenam gadis itu membopong tubuh Brian lalu merebahkannya diatas tempat tidur.

“Ayo kita bermain!” ajak Brian dengan kesadaran yang hanya tinggal beberapa persen saja.

“Apa yang harus kami lakukan Tuan muda?” tanya salah satu dari mereka.

“Kalian berenam, pijit aku! Sampai aku tertidur. Dan ambil uang di laci sesuka hati kalian. Aku hari ini lelah dan sedang tidak ingin bercinta dengan kalian.”

“Tumben sekali Tuan muda tidak ingin bercinta?” mereka saling berbisik.

“Iya ya. Apa kita kurang menarik?”

“Atau mungkin Tuan muda saat datang ke klub sudah menghabiskan waktunya dengan wanita lain ya?”

“Sepertinya begitu. Aku mau uangnya tapi juga ingin merasakan sentuhan Tuan muda.”

“Kita pijit saja dulu dan nanti kita goda. Aku dengar, permainannya sangat gila.”

“Baiklah, kita pijit saja.” Setelah mereka berenam saling berbisik, mereka memutuskan untuk menuruti perintah Brian. Brian sungguh menikmati pijatan mereka. Ada salah satu dari mereka yang dengan sengaja ingin menyentuh bagian sensitifnya namun Brian dengan cekatan mencengkeram tangan salah satu dari mereka.

“GET OUT!” Bentak Brian sambil menepis kasar tangan salah satu gadis itu.

“Bu-bukannya Tuan sangat menyukainya.” Ucapnya dengan tergagap.

“Sudah aku bilang kalau aku tidak ingin bercinta. Keluar sana! Bahkan tanpa uang sepeser pun.”

Gadis itu dengan raut wajah kesal akhirnya keluar dari apartemen Brian.

“Kalian sudah lihat kan? Aku memang pemain tapi aku saat ini sedang tidak ingin bermain. Jadi, kerjakan saja apa yang aku perintahkan. MENGERTI!”

“Mengerti Tuan muda.” Jawab mereka dengan kompak.

“Lanjutkan!” perintah Brian. Dan akhirnya Brian benar-benar tertidur dengan pulas. Para gadis itu pergi setelah mengambil uang yang di tunjukkan oleh Brian.

Keesokan harinya, Brian terbangun dari tidur panjangnya. Kepalanya masih terasa berat. Ia duduk dan mengingat kejadian semalam. Mengingat hal menyebalkan semalam.

“Menyebalkan sekali mereka.” Ucapnya sambil memijat kepalanya. Brian kemudian beranjak dari tempat tidur dan berjalan menuju dapur. Namun, alangkah terkejutnya Brian saat melihat sang Ibu sudah duduk diruang tengah.

“Mam-Mama!”

“Sudah puas tidurnya? Bermain-mainnya juga sudah puas?” ucap Nyonya Dira sembari menyesap secangkir teh ditangannya. Brian tersenyum lebar lalu memberikan pelukan dan kecupan pada sang Mama.

“Morning, Mom. I miss you. Ada apa Mama mendadak kemari? Apakah Mama merindukanku? Merindukan putra Mama yang tampan ini?”

Nyonya Dira menghela nafas kasar. “Entah kenapa semua anak-anakku menjadi narsis seperti Papanya.”

“Gen Papa terlalu kuat, Mah. Oh ya, Papa mana?”

“Itu yang ingin Mama katakan padamu.” Nyonya Dira mulai memasang raut wajah serius.

“Ada apa Mah? Wajah Mama mendadak berubah.” Brian membenarkan posisi duduknya. Menatap serius wajah Mamanya. Nyonya Dira terdiam sejenak. Tiba-tiba matanya berkaca-kaca. Dan akhirnya bulir air mata lolos begitu saja.

“Mah, kenapa menangis?” Brian menyeka lembut bulir air mata yang membasahi wajah cantik Nyonya Dira.

“Brian, kita harus menerima kenyataan.”

“Kenyataan apa Mah? Mama ihh, jangan buat aku penasaran begini.”

“Kamu tentu saja tidak akan tahu dan mengerti semua ini. Kamu tidak tahu keadaan bisnis keluarga kita. Karena kamu fokus untuk kuliah dan tentunya bermain-main disini.”

“Mah, aku kuliah beneran kok. Ya, main-main biar nggak boring aja, Mah.” Jawab Brian dengan entengnya.

“Kamu ini masih saja bisa menjawab. Mama serius, Brian.” Kesal Nyonya Dira.

“Aku juga serius, Mah.”

“Brian, kita kembali ke Indonesia sekarang.”

“WHAT? NO! Aku senang di London, Mah.” Brian pun memberikan reaksi penolakan yang cukup keras.

“Tinggal satu semester lagi, Mah. Pokoknya aku tidak mau!” tolak Brian dengan keras.

“BRIAN!” Bentak Nyonya Dira.

“Kita bangkrut! Papa dan Mama tidak bisa melanjutkan kuliahmu disini.”

“Apa? Bangkrut?” Brian benar-benar syok mendengar apa yang dikatakan oleh sang Mama.

“Tidak mungkin, Mah. Masa iya kita bisa bangkrut. Perusahaan raksasa masa iya bangkrut begitu saja.” Brian masih menolak untuk percaya. Baginya mustahil keluarga mereka bangkrut.

“Papa kamu jatuh sakit. Papa ditipu milyaran rupiah, pabrik terbakar dan pinjaman sudah sangat menumpuk. Semua aset sudah menjadi jaminan. Semua hal bisa terjadi, Brian. Papa bahkan syok dan sekarang dirumah sakit. Papa mu ceroboh, Brian.” Jelas Nyonya Dira dengan deraian air matanya. Brian terduduk lemas. Ia menyugar rambut gondrongnya, berusaha untuk tidak percaya dengan ucapan Mamanya.

“Mah tapi aku pintar, aku masih bisa pakai jalur beasiswa. Aku masih tetap ingin di London.” Brian masih ngotot.

“Kamu bisa masuk dengan beasiswa tapi untuk menghidupi mu disini, siapa yang yang akan menanggung biayanya? Papa dan Mama sudah tidak sanggup.”

“Ini tidak masuk akal, Mah. Hyung dan Noona, mereka bisa mengurusnya kan? Kenapa sampai bangkrut? Kak Raja juga punya bisnis, apa tidak bisa membantu? Ini aneh. Masa iya aku mendadak miskin , Mah. Tidak mau, ah.” Bukannya berempati, Brian justru merengek dan menolak nasibnya sebagai pria tampan yang miskin.

“Mom, predikat rich brian ku akan hilang.” Sambungnya lagi yang mulai merasa frustasi. BUG! Nyonya Dira melayangkan tinju ke perut Brian.

“Awww! Sakit, Mom.”

“Apa kamu tidak sedih, hah? Papa dan saudara-saudara kamu sedang berjuang disana. Kamu pikir masalahnya disana saja. Berita kita sudah masuk media.” Ucap Nyonya Dira dengan suara meninggi.

“Sekarang berkemas! Mama tunggu.”

“Aku tidak mau miskin, Mah. Mah, bagaimana reputasiku? Pasti mereka tidak ada yang mau mendekati aku. Belum lagi nanti kalau aku kembali ke Indo. Mereka pasti membullyku.”

“Brian, tidak akan ada yang mengenalmu. Papa sangat menjaga privasi anak-anaknya. Apalagi kamu lebih senang tinggal di luar negeri jadi kamu tidak akan tersekspose. Justru yang pusing Hyung mu. Karena Hyung mu yang menggantikan Papa untuk menghadapi media dan amukan investor.” Nyonya Dira mulai kehabisan kesabaran dengan sikap putra bungsunya. Brian dengan langkah gontai masuk ke dalam kamarnya. Benar-benar bagai mimpi buruk untuk Brian. Semalam, ia masih bisa bersenang-senang dengan para gadis. Tapi saat bangun tidur, semuanya sudah berubah.

“Ini pasti mimpi?” Brian menampar sendiri wajahnya. Dan ia merasakan sakit. Lalu ia mencubit sendiri tangannya dan masih terasa sakit.

“Ya Tuhan, ini mimpi kan? Aku tidak mau miskin. The rich Brian tidak mungkin berubah menjadi the poor Brian. No, no, no! Wajah tampan ku tidak sesuai dengan kemiskinanku.” Brian bermonolg sendiri sambil merengek seperti seorang bocah yang tidak dibelikan mainan oleh orang tuanya. Ia kemudian membuka lacinya dan laci yang berisi uang benar-benar kosong.

“Wah, mereka benar-benar mengambil semuanya. Sialan! Eh tapi aku juga yang bilang untuk mengambil sesuka hati mereka. Tapi semalam aku masih kaya jadi tidak masalah. Tapi sekarang aku sudah miskin. Aduh, bagaimana ini? Hua… hua… hua… Aku miskin!” Isak tangisnya meratapi nasib dari the rich Brian menjadi the poor Brian.

#Bersambung... Hai-hai sobat readerku. Akhirnya cerita Brian keluar juga. Tetap pantengin terus ya. Dijamin seru banget....

#NOTE : Ceritanya tentu beda dari sebelumnya ya. Karena sengaja dibuat lebih fresh dan lebih seru. Happy Reading....

Terpopuler

Comments

Khanza Safira

Khanza Safira

ngakak , mungkin mmah nya pura pura bangkrut agar Briaan belajar hidup sederhana

2023-02-26

0

Rini Musrini

Rini Musrini

biasa tinggal menikmati hidup dengan ber foya² skrng hidup dengan kekurangan

2023-02-18

0

Penghayal Senja

Penghayal Senja

kasihan si brian tapi ngakak juga 🤣

2023-02-03

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!