🏆 Novel Lomba Anak Genius 2023 🏆
Kisah seorang anak genius bernama Aaron Lee yang piatu sejak bayinya.
Dia dibesarkan dalam keluarga kaya yang memiliki tambang minyak, ayahnya yang bernama Lee Ryder adalah pria tertampan yang termasuk dari sembilan pria terkaya didunia.
Aaron Lee besar bersama seorang pengasuh yang masih muda bernama Margot Evans, gadis yatim-piatu yang diambil oleh keluarga Lee Ryder dari panti asuhan saat dia masih anak-anak.
Margot Evans menjadi bagian keluarga Lee Ryder yang diberi tugas kepercayaan untuk menemani Aaron Lee.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reny Rizky Aryati, SE., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13
Margot Evans dan Lee Ryder saling mengeluarkan keluh kesah mereka tanpa mereka berdua sadari.
Terutama Lee Ryder yang tiba-tiba mengungkapkan isi hatinya selama ini yang terpendam.
Kesedihannya akan pernikahannya yang kandas di tengah jalan, hanya karena istrinya memilih mempertahankan prinsipnya.
Lee Ryder menjadikan Margot Evans sebagai curahan hatinya.
Entah karena pengaruh Gangjeong atau tidak tapi yang jelas keduanya tiba-tiba menjadi dekat.
Tidak ada sikap jahil yang biasa dilakukan oleh Lee Ryder terhadap Margot Evans.
Justru sebaliknya, keduanya saling berpandangan satu dengan lainnya penuh perhatian.
"Apa kamu sedih karena pernikahanmu dengan istrimu gagal ?", tanya Margot.
"Sejujurnya aku sangat kecewa karena kepercayaanku pada perempuan itu telah dia khianati", sahut Lee Ryder.
"Apa dia mengkhianati kepercayaanmu ?", tanya Margot Evans.
''Tidak hanya mengkhianati kepercayaanku tapi dia meninggalkan aku dan Aaron Lee karena prinsip kami yang berbeda", kata Lee Ryder.
"Karena kalian berbeda prinsip ? Dan membuat pernikahan kalian kandas...", ucap Margot.
"Ditambah ayah yang tidak merestui hubungan cinta kami semakin memaksa kami berpisah", kata Lee Ryder.
"Kenapa ayah Won Shik Lee tidak merestui pernikahan kalian ?", tanya Margot Evans.
"Entah...", sahut Lee Ryder.
Lee Ryder memutar cangkir ukuran kecil di tangannya.
Dia menuangkan kembali seteko teh Daechu ke dalam cangkir kecil ditangannya.
"Ayah adalah orang bertipikal kuat dan keras dalam memutuskan sebuah urusan bahkan cara dia melihat orang juga sangat berbeda", kata Lee Ryder.
"Tapi setidaknya pandangan ayah Won Shik Lee itu benar bukan karena ayah berpengalaman tapi seperti itulah saya seorang ayah", ucap Margot Evans.
"Dia tidak hanya sekedar ayah bagiku tapi dia juga sosok pemimpin untukku baik di kehidupan sehari-hari maupun di dalam kehidupan kerjaku", lanjut Lee Ryder.
"Kau menyayangi ayah Won Shik Lee, bukan ?", kata Margot Evans.
"Iya, aku sangat menyayanginya meski hubungan kami tidak terjalin baik seperti masa kami bersama dulu", sahut Lee Ryder.
Lee Ryder menenggak minuman ditangannya lalu bersendawa puas.
"Ayah membuatku sebuah pilihan yang sulit setelah pernikahanku dengan ibu Aaron Lee", kata Lee Ryder.
Pria berambut perak itu menuangkan kembali teko berisi teh Daechu ke dalam cangkir kecil ditangannya serta ke dalam cangkir kecil di dekat tangan Margot Evans.
"Minumlah teh Daechu ini ! Teh ini sangat enak sekali...", ucap Lee Ryder.
"Terimakasih...", jawab Margot.
"Memilih tetap menjadi bagian keluarga Lee atau hengkang dari kehidupan ayah", kata Lee Ryder.
"Bagaimana itu bisa terjadi ? Dan kenapa aku tidak tahu akan hal itu ?", tanya Margot Evans.
"Kau masih kecil waktu pernikahanku dengan ibu Aaron Lee dan saat itu kamu tidak tahu kedatangan kami malam itu", sahut Lee Ryder.
"Aku kemana ?", kata Margot Evans.
"Kamu tidur, nona besar...", sahut Lee Ryder.
Lee Ryder tertawa pelan seraya menghabiskan minuman teh Daechu tanpa tersisa.
"Ya ampun..., aku tidak tahu itu..., maafkan, aku yang bodoh ini...", kata Margot Evans kaget.
Margot Evans tampak terkejut serta bercampur malu ketika mengetahui bahwa dirinya tidur saat Lee Ryder menghadapi masalah besar dengan ayah Won Shik Lee.
"Maaf...", ucap Margot Evans lirih.
"Tidak apa-apa...", sahut Lee Ryder.
"Setelah pernikahanku berakhir, aku memutuskan untuk pulang ke rumah besar tapi ayah masih bersikap dingin padaku", kata Lee Ryder.
Tatapan mata Lee Ryder mengandung kesedihan kala dia bercerita tentang ayahnya yang tidak menyukai dirinya karena pernikahannya.
Won Shik Lee memang bersikap bermusuhan dengan Lee Ryder yang menentangnya.
"Apa aku bisa membantumu ?", kata Margot iba.
"Membantu ? Membantu apa, nona besar ?", sahut Lee Ryder.
Lee Ryder mencubit hidung mancung gadis cantik itu sambil tersenyum simpul.
"Setidaknya aku dapat membuat kalian menjadi akrab lagi", kata Margot Evans.
Margot memegangi hidungnya yang memerah karena cubitan kecil tangan Lee Ryder.
"Kebaikanmu sungguh berarti tapi tidaklah mudah membuat ayah Won Shik Lee mu itu kembali dekat denganku", sahut Lee Ryder.
"Kenapa ? Bukankah dia, ayah kandungmu ?", kata Margot Evans.
"Meski dia ayah kandungku tetapi dia menaruh ku di luar rumah besar sejauh-jauhnya agar aku tidak pernah kembali lagi", jawab Lee Ryder.
"Bagaimana kamu bisa berkata seperti itu terhadap ayahmu, Lee Ryder ?", kata Margot Evans.
"Memang pada kenyataannya demikian dan biarkan aku saja yang memperbaiki hubungan diantara kami berdua jika itu memungkinkan...", sahut Lee Ryder.
"Apa kamu tidak berniat menikah lagi ? Daripada kamu menjadikanku pengasuh untuk Aaron Lee !?", kata Margot Evans.
"Jangan bodoh !", ucap Lee Ryder.
Lee Ryder memandang Margot Evans dengan serius.
"Urusanku menikah lagi atau tidak, itu masalah nanti dan bukan prioritas utama sekarang", kata Lee Ryder.
"Sebaiknya kamu memikirkannya lagi agar Aaron Lee memiliki seorang ibu karena dia membutuhkan sosok ibu yang menyayanginya", ucap Margot Evans.
"Bukannya cukup kamu saja yang menyayangi Aaron Lee !?", sahut Lee Ryder.
"Tapi aku lain, bukan sosok seorang ibu bagi Aaron Lee", kata Margot Evans.
"Tapi aku cukup puas menganggap bahwa dirimu adalah ibu pengganti untuknya", sahut Lee Ryder.
Margot Evans tersentak kaget lalu duduk tegap dengan sikap yang cukup panik.
"Kamu tidak berniat menjadikan aku, ibu untuk Aaron Lee, bukan !?", kata Margot Evans.
"Kalau bisa... Kenapa tidak ???", sahut Lee Ryder.
Pria tampan itu mengangkat kedua alisnya ke atas sembari memutar cangkir kecil ditangannya.
"Aku menganggap bahwa dirimu lebih pantas menggantikan posisi sebagai ibu untuk Aaron Lee ketimbang menjadi pengasuh bocah lima tahun itu", kata Lee Ryder.
Lee Ryder menatap tajam ke arah Margot Evans.
"Ha... Ha... Ha... !? Kau bercanda, bukan !?", sahut Margot Evans.
"Tidak..., aku tidak sedang bercanda sekarang...", kata Lee Ryder.
Tatapan mata pria tampan itu sangatlah serius ketika menatap lurus ke arah Margot Evans yang duduk termangu.
Dia tidak sedikitpun mengalihkan pandangannya dari gadis cantik itu yang terlihat salah tingkah dibuatnya.
"Jika kemungkinan kamu suka menjadi ibu pengganti bagi puteraku daripada menjadi seorang pengasuh maka aku akan senang hati menerimamu", kata Lee Ryder.
"A--a--apa maksudmu ???", sahut Margot Evans.
"Yah..., kau akan tahu sendiri setelah kita kembali dari sini, nona besar...", ucap Lee Ryder.
"Dan aku berharap jauh akan hal yang ada diisi kepalamu itu, tuan besar", sahut Margot Evans.
"Tidak akan, kamu akan mengetahuinya seserius apakah seorang Lee Ryder pada wanita yang dia inginkan", kata Lee Ryder.
Margot Evans terpana mendengar perkataan dari Lee Ryder yang dengan gamblangnya mengungkapkan isi hatinya.
Mereka baru beberapa hitungan menit, detik menjadi dekat dan akrab.
Tanpa ragu pria tampan itu langsung mengungkapkan isi hatinya terhadap Margot Evans.
"Jangan membuat suatu alasan untuk menolaknya karena aku tidak akan pernah melepaskan kesempatan ini, nona besar", kata Lee Ryder.
"Ta--tapi..., aku tidak bermaksud demikian !? Aku tidak memberikan alasan apapun untuk itu bahakan membuka peluang diantara kita, Lee Ryder...", jawab Margot Evans.
"Bukan kamu yang membuka peluang serta kesempatan itu tapi akulah yang menginginkannya, kamu mengerti !?", sambung Lee Ryder.
"Aku tidak berjanji untuk itu...", sahut Margot Evans.
Margot Evans memalingkan mukanya ke arah lain meski dia sadar bahwa pria tampan itu sedang memandanginya tanpa henti.
Lee Ryder tersenyum tipis lalu menundukkan pandangannya.
Suasana di dalam toko Gangjeong kembali sunyi sepi, masih tidak ada tegur sapa diantara keduanya.
Masing-masing larut dalam pikiran mereka setelah pembicaraan yang terjadi barusan.