Ini kisah tentang istri yang tidak dianggap oleh suaminya. Namanya Nadia. Ia bisa menikah dengan suaminya karena paksaan dari Nadia sendiri, dan Nufus menerimanya karena terpaksa.
Ada suatu hari dimana Nadia berubah tak lagi mencintai suaminya. Dia ingin bercerai, tetapi malah sulit karena Nufus, sang suami, malah berbalik penasaran kepada Nadia.
Dan saat cinta itu hilang sepenuhnya untuk Nufus karena Nadia yang sekarang bukanlah Nadia sesungguhnya, justru ia bertemu dengan cinta sejatinya. Cinta yang diawali dengan seringnya Nadia cari gara-gara dengan pria tersebut yang bernama Xadewa.
Lucunya, Xadewa adalah orang yang ditakuti Nufus.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zenun smith, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kalah
Saat Xadewa dan Nufus bertemu di dalam tahanan, Xadewa memanfaatkan sedikit waktu yang mereka miliki untuk menginterogasi Nufus tentang apa yang sebenarnya terjadi, dan juga menanyakan keadaan orang tuanya.
Nufus lebih banyak diam, hanya menjawab "tidak tahu" untuk pertanyaan tentang orang tuanya. Justru Nufus balik bertanya, "Kenapa Kakak ada di sini juga?"
"Ya memang seharusnya saya ada di sini," jawab Xadewa.
"Jangan berbuat macam-macam, Kak. Kak Dewa hanya perlu menata kebahagiaan dengan memulai hidup baru. Menikah dengan gadis yang dicintai, memulai bisnis yang bersih agar tidak hidup dalam bayang-bayang ketakutan, lalu memiliki anak-anak yang limpah kasih sayang dari kedua orang tuanya. Jangan buat aku gagal membalas segala kebaikan Kak Dewa selama ini padaku."
"Kebaikan apa yang gua perbuat, Fus, sampai-sampai lu bertindak bodoh seperti ini?"
"Hanya Kak Dewa yang memperlakukan aku sebagaimana manusia. Kak Dewa yang memakaikan aku pakaian ketika mereka menelanjangiku. Kak Dewa juga yang memberi aku makan ketika aku lapar. Aku sadar mencuri itu tidak baik walaupun hanya sebatas buah di kebun. Tapi pada saat itu..." Nufus menunduk, suaranya bergetar, "aku benar-benar lapar."
Xadewa terdiam. Hatinya terenyuh mendengar alasan sebenarnya sang adik melindunginya sampai sejauh ini. Namun, Xadewa tidak suka hidup bahagia di atas pengorbanan orang lain. Biarkan dirinya juga menanggung konsekuensi dari apa yang telah ia perbuat, seperti hukuman karena berani mendirikan bisnis judi.
Dan dalam kekacauan alarm kebakaran ini pula, Nadia akhirnya berhasil menerobos masuk setelah sebelumnya telah bersusah payah menemui Xadewa, tetapi selalu gagal karena selama masa penyidikan, Xadewa tidak diperbolehkan dijenguk. Berdebat di depan pun Nadia kalah juga, sebab itu sudah menjadi ketentuan. Padahal, ia tadinya ingin memberitahu bahwa dialah pemilik akun anonim yang telah membantu memberikan informasi tentang bisnis gelap Angin. Namun rasanya itu tidak mungkin, karena buntutnya akan lebih panjang dan rumit.
Nadia yang tidak sabar ingin bertemu Xadewa, sempat terpikirkan juga cara ilegal untuk menerobos masuk. Ia bahkan sempat kepikiran untuk membuat kegaduhan atau kejahatan agar bisa ikut masuk tahanan. Ide yang konyol, karena sekalipun ia berhasil ditahan, tempatnya pasti tidak akan sama dengan Xadewa karena perbedaan gender. Tidak akan ada seorang wanita ditahan satu sel dengan suaminya.
Belum sempat merealisasikan niat gila itu, alarm kebakaran lebih dulu berbunyi karena adanya asap. Nadia pun tidak menyia-nyiakan kesempatan ini dan langsung menerobos masuk.
"Bang Dewa," panggil Nadia. Xadewa dan Nufus yang sedang berbicara serius, menoleh kaget. Xadewa segera menghampiri Nadia.
"Nad, kenapa lu ke sini? Bahaya!"
Nadia meraih tangan Xadewa dan mengarahkannya ke perutnya yang masih rata. Xadewa terdiam, menunggu Nadia berbicara. Sementara Nufus mengamati mereka dari jarak dua meter.
"Aku hamil, Bang."
"Hamil?" ulang Xadewa. Nadia mengangguk kecil.
Xadewa langsung berlutut, kepalanya hampir sejajar dengan perut Nadia. Ia mengusap perut istrinya dengan tatapan campur aduk antara bahagia dan sedih.
"Sesuai ucapanku. Kalau aku hamil, aku akan melahirkan anak ini, Bang."
"Iya, Nad. Terima kasih, ya," lirih Xadewa, matanya berkaca-kaca sambil terus mengusap perut Nadia.
Nufus yang mendengar kabar itu juga ikut senang. Ia berharap kabar kehamilan ini membuat Xadewa memikirkan kembali keputusannya untuk terus memperjuangkan hal yang sia-sia. Ada hal yang lebih penting yang membutuhkan kehadiran seorang ayah, yaitu calon bayinya bersama Nadia. Nufus tidak ingin keponakannya bernasib sama seperti dirinya.
Aku harus cepat bergerak mengeluarkan Kak Dewa dari sini. Aku tidak mau nasib keponakanku sama dengan pamannya ini. Pikir Nufus dalam hati.
Seolah semesta tidak mau pertemuan ini terjadi lebih lama, kegaduhan yang terjadi berhasil di redakan. Pelakunya sudah tertangkap. Tapi itu bukan ulah Nufus, Xadewa, atau bahkan Nadia. Ternyata itu kerjaan Angin yang sudah kita ketahui sebelumnya memiliki rencana.
Namun, rencana itu tidak berjalan seperti yang diharapkan Angin. Bukannya membuat Xadewa keluar dari tempat itu, situasi justru dimanfaatkan Xadewa untuk berbicara lebih lanjut dengan Nufus dan Nadia. Bahkan orang suruhan Angin yang ditugaskan untuk membuat kekacauan, lebih dulu ditangkap sebelum sempat menyeret Xadewa keluar dari sana.
...***...
Sementara itu, di tempat lain.
Umpan yang dilempar Angin justru dimakan oleh aparat penegak hukum. Dengan persiapan setelah mempertimbangkan kekuasaan dan kelicinan sosok Angin, mereka menyergap dengan penuh persiapan matang. Gerak cepat namun tepat sasaran, artinya mereka sebisa mungkin meminimalisir resiko yang terjadi.
Penangkapan Angin menjadi peristiwa kelam dalam sejarah. Beberapa perwira gugur akibat perlawanan brutal dari pihak Angin. Sejumlah bom yang telah dipasang di berbagai tempat sempat meledak dan menimbulkan kehancuran. Untungnya, sebagian berhasil dijinakkan sebelum meledak. Meski demikian, tetap saja korban berjatuhan dan kerusakan terjadi di mana-mana.
Tetapi bisa dibayangkan betapa jauh lebih parah dampaknya jika aparat tidak melakukan persiapan matang. Bisa saja operasi itu gagal total. Angin dan Licy mungkin lolos, dan kehancuran yang terjadi lebih besar.
Kini, keduanya telah berhasil diamankan. Dosa-dosa mereka yang sempat mau ditanggung anak-anak nya malah di tambahin lagi dengan kejadian ini.
Angin dan Licy ditempatkan di ruang tahanan yang terpisah, keduanya diisolasi dengan ketat. Saat pertama kali ditangkap, Licy sempat membuat keributan. Ia tidak terima dengan kejatuhannya. Semua ini terasa seperti mimpi buruk baginya.
Licy terus menyalahkan Nufus. Baginya, semua yang terjadi adalah gara-gara anak itu yang telah membawa sial. Ia masih belum bisa menerima kenyataan bahwa dirinya kalah.
Sementara itu Angin terlihat jauh lebih tenang dibandingkan istrinya. Sejak ditangkap dan semua aset kebanggaannya disita, dia lebih banyak diam dan melamun. Dalam keheningan itulah, satu nama sempat keluar lirih dari bibirnya.
"Nufus..."
Entah kenapa, di masa kejayaan mereka sebelum kejadian ini, Angin dan Licy selalu menyebut-nyebut Xadewa dan juga mencemaskannya. Anak itu bagi keduanya adalah poros hidup mereka. Namun kini saat mereka di posisi paling lemah, justru nama Nufus yang terus muncul dalam ingatan.
.
.
Bersambung.
"Kamu salah orang... salah orang.. kamu salah orang...
lah gw jadi nyanyi /Facepalm/
tpi ini beda,,,
Kekurangan seseorang dijadikan bahan ledekan
kalo aku ngrasa plotnya ngebut sih di cerita ini
namanya Xander bukan
Jika Xadewa jadi seorang ayah, Nufus malah diakui oleh sang ayah
Tapi, Nufus pantas dihargai