"Anda benar-benar membawa bencana dalam hidup saya Dok!" Sungut Mitha saat berdebat hebat dengan Prasetya didalam mobil SUV Sport hitam milik Pras.
Pras yang diliputi rasa penyesalan mendalam tidak bisa lagi menjawab hanya tertunduk mengeratkan genggamannya pada stir mobil.
Andai siang itu mereka tidak bertemu, mungkin tragedi itu tidak akan terjadi,padahal dalam dua bulan kedepan Mitha sudah berencana untuk melangsungkan pernikahan dengan seorang Pria yang selama tiga tahun ini menjadi kekasihnya.
Prasetya Daniel Wijaya, seorang duda muda berusia 35 tahun dengan profesi dokter sekaligus anak tunggal dari pemilik Rumah Sakit swasta ternama di negaranya. Namun Prasetya memilih untuk mengabdikan diri di sebuah kota kecil yang membuatnya bertemu dengan Paramitha Aloysa seorang gadis biasa yang bekerja sebagai konsultan medis produk susu di divisi sales marketing. Hubungan yang awalnya sebatas bisnis, berubah setelah Pras meminta Mitha datang ke kediamannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Black moonlight, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perdebatan
Mitha menarik pisau dari tangan Pras lalu menghunuskannya tepat di leher Pras dan menahannya disana, membuat sedikit penekanan sehingga pisau bedah yang tajam itu menggores tipis kulit Pras membuat darah segar mengalir di antara leher dan pisau. Saat melihat darah seketika akal sehat Mitha kembali. Mitha menarik tangannya lalu menjatuhkan pisau itu ke bawah.
" Anda benar - benar membawa bencana dalam hidup saya Dok. " Sungut Mitha saat berdebat hebat dengan Prasetya di dalam mobil SUV hitam milik Pras.
Pras yang merasakan penyesalan mendalam tidak bisa lagi menjawab Pras hanya tertunduk lalu mengeratkan genggamannya pada stir mobil. Pras memukul-mukul kemudi mobilnya tak kalah frustasinya seperti Mitha.
" Dengarkan saya Mitha, dalam keadaan hamil seperti ini kamu masih mau melanjutkan pernikahan mu ? Lalu bagaimana calon suami mu ? Apa dia akan menerima bayi ini ?"
" Sudah saya katakan SAYA TIDAK AKAN PERNAH MELAHIRKANNYA ! "
" Ok lalu apa yang akan kamu katakan ketika suami mu nanti mengetahui kamu sudah tidak suci lagi ? Saya tau saya yang pertama kali menyentuhmu ! " Satu pertanyaan menohok dari Pras mampu membungkam Mitha.
Seketika Mitha terdiam, hanya air mata yang kini mampu menjelaskan keadaannya. Ya Mitha tak pernah berfikir sejauh itu, Mitha hanya berfikir tak akan merubah rencana apapun dalam hidup nya sekalipun kehamilan ini terjadi Mitha sudah bertekad untuk melakukan aborsi. Namun bagaimana dengan status kesuciannya Mitha tak memikirkan itu sebelumnya.
" Mitha saya mohon berikan saya kesempatan untuk bertanggung jawab. Jika kamu tidak menginginkan pernikahan ini saya berjanji akan melepaskanmu setelah bayi ini lahir dan saya yang akan merawatnya agar kamu bebas menjalani kehidupan mu kembali. "
" Sa.. saya tidak sanggup mengungkapkan kebenaran ini pada mereka. " Mitha menangis sesenggukan bertumpu pada dashboard.
" Biar saya Mitha, saya yang akan menemui dan menjelaskan pada tunangan mu dan keluargamu. Saya akan pastikan kamu tidak menanggung ini sendirian. " Pras mencoba menenangkan Mitha lalu mengusap punggung Mitha lembut. Mitha rasanya sudah tak punya lagi tenaga untuk melawan Pras hingga akhirnya Mitha membiarkan Pras begitu saja.
Drrtt .. Drrtt
Ponsel Mitha berdering, panggilan masuk datang dari Pak Adi.
" Halo, iya pak ? " Jawab Mitha lirih.
" Dimana nak ? Kok kedengerannya kaya yang abis nangis. "
" Enggak pak ini Mitha di toilet tadi abis muntah jadi suaranya gini. "
" Oh gitu, ini Bapak udah dapet kamar kalau udah baikan kesini ya. "
" Iya Pak .. " Pak Adi pun menutup panggilannya.
" Saya tidak akan bicara apapun untuk saat ini. Saya akan menunggu sampai Bapakmu selesai menjalani perawatan. Dan ingat Mitha jangan pernah berfikir untuk menggugurkan kandunganmu, mulai sekarang kamu tidak akan lepas dari pengawasan saya sedetikpun. " Nada suara Pras begitu lembut namun begitu menusuk.
" Belum apa-apa Anda sudah mengancam saya ! " Mitha memperbaiki penampilannya yang kacau.
" Saya tidak mengancam tapi meyakinkan agar kamu tidak pernah melakukan itu. "
Mitha tak lagi menjawab dan hanya pergi begitu saja.
Setibanya di kamar perawatan Pak Adi, dengan senyum kepalsuan Mitha menghampiri kedua orangtuanya yang nampak cemas.
" Udah enakan ? Mau Ibu beliin obat nak ? "
" Udah bu tadi dokter Prasetya kasih Mitha obat. "
" Owalah syukurlah kalau begitu, perhatian sekali dokter Pras itu ya ? "
" Iya benar Bu, dari semenjak kecelakaan dokter Pras yang merawat Bapak dengan baik padahal dengar-dengar dokter Pras banyak pasien dan jadwal operasinya juga padat. "
" Alhamdulillah keluarga kita selalu di dekatkan dengan orang-orang baik Pak .. "
Mendengar ucapan Ibu Mitha hanya bisa menyeringai masam teringat bahwa dokter kebanggaan kedua orangtuanya itu tidak sebaik yang mereka pikirkan.
Hari itu Mitha lalui di RS menemani Bapaknya sedang Ibu pulang ketika malam hari karena tidak tega meninggalkan putra bungsunya seorang diri. Mitha berjalan keluar ruangan berniat mencari makanan namun perutnya kembali bergejolak. Mitha mengeratkan pegangan pada kursi di koridor. Pras yang baru saja keluar dari ruang bedah karena ada bedah darurat melihat Mitha dan segera menghampiri.
" Mual ? Pusing ? " Tanya Pras yang duduk di samping Mitha.
" Jangan dekati saya. Saya semakin pusing melihat Anda ! "
" Ini, jangan lagi di tolak ! Saya tau kamu tersiksa. " Pras kembali menyerahkan obat pada Mitha.
Mitha tak lagi membantah, Mitha hanya mengambil air dari tas nya kemudian segera menelan obat itu dengan susah payah karena nyaris terdorong keluar lagi oleh rasa mual.
Begitu perutnya terasa baikan, Mitha bangkit berjalan begitu saja meninggalkan Pras. Pras hanya termenung lalu tersenyum melihat tingkah Mitha yang seringkali menyebalkan itu.
Siang harinya Ibu datang menggantikan Mitha, ketika hendak pulang Pras datang ke ruang perawatan Pak Adi untuk melakukan kontrol dan mengintruksikan Pak Adi untuk mulai berpuasa.
" Siang pak, bagaimana hari ini ? "
" Saya tegang dok jadi bolak balik toilet ini. "
" Hehe tenang saja pak, sudah mulai berpuasa kan ? " Tanya Pras.
" Iya sudah dok .. "
" Besok bapak masuk ke ruang bedah jam 07.30 nanti pembedahan akan di mulai sekitar pukul 08.00 dan jika tidak ada hambatan sekitar pukul 10.00 Bapak sudah keluar ruangan bedah. " Jelas Pras
" Baik dok terimakasih. "
" Mitha mau pulang ? " Tanya Pras.
" Iya, kenapa ? " Mitha menjawab dengan sinis.
" Ih Mitha jangan gitu, gak sopan ! " Tegur Ibu
" Gak papa Bu mungkin Mitha cape, mau saya antar ? Saya juga mau break dulu. "
" Gak usah makasih. Radit mau jemput Bu. " Jelas Mitha ketika Ibu nya memelototi Mitha.
Pras mengpalkan tangannya tidak terima Mitha diantar pulang oleh Radit. Namun Pras tak berdaya, saat ini Mitha masih bukan miliknya. Pras hanya sedikit khawatir jika mereka merencanakan hal yang tidak-tidak pada kandungan Mitha.
Pras pun berpamitan pada orangtua Mitha lalu pergi menuju ruangannya.
" Jonathan, awasi Mitha dia lagi bareng tunanganya. Jangan sampe mereka ngelakuin hal buruk sama anak gue. "
" Iya gue tau, ini gue di parkiran. Mitha lagi hamil muda masih aja naik motor. Gak sayang apa sama bayinya. " Gerutu Jonathan.
" Entahlah, dia malah berkeras buat gugurin. "
" Gila dingin banget hatinya sama anak sendiri juga. "
" Dia panik dia marah, makannya awasin dia jangan sampe ngelakuin tindakan bodoh. "
" Siap Pras ! "
Jonathan mulai mengikuti mereka dari area parkir sampai ke depan rumah Mitha, tak ada gelagat mencurigakan begitupun Mitha terkesan tak begitu hangat pada Radit. Bahkan Mitha hanya berpamitan lalu langsung masuk, tak meminta Radit untuk mampir meski hanya basa-basi semata.
" Bagus, mungkin lo udah sadar posisi sekarang ! " Gumam Jonathan dari kejauhan.
Sedang Radit hanya merasa aneh, Mitha tiba-tiba menjaga jarak. Tidak lagi menghubunginya secara intens bahkan bersikap dingin. Radit hanya berfikir mungkin Mitha lelah setelah hampir 2 hari menjaga Ayahnya di Rumah Sakit.