Kisah ini menceritakan tentang seorang anak yang bernama Darman dan lebih di kenal dengan nama si rawing, dia adalah anak dari seorang jawara silat, tapi sayang bapaknya meninggal akibat serangan kelompok perampok yang datang ke desanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Panel Bola, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Singgah
Abun terkejut saat melihat ke arah tangan Si rawing yang hitam seperti habis di bakar api. nyali Abun menciut, dia tidak berani lagi mengambil tindakan.
Saat melihat Si rawing menjatuhkan golok yang ada di tangan Abun, Ki Odang terkejut, dia tidak menyangka kalau Si rawing mempunyai ilmu silat yang hebat.
Si rawing berdiri tegak sambil menatap ke arah Abun, "Hehehe, berat kang Abun, kamu baru memilki kemampuan seperti ini ingin menghadapi kelompok Macan Liar, kamu hanya akan mengantar nyawa kamu, jadi kamu jangan menyalahkan lagi Ki Odang, yang harus kamu salahkan itu pihaknya perampok, dan kamu juga harus melatih diri kamu lagi. Benar begitu Ki Odang." ucap Si rawing sambil melirik ke arah Ki Odang.
Ki Odang datang menghampiri Si rawing, lalu berkata, "tidak salah, apa yang kamu katakan itu jang rawing. Mau bagaimana lagi, saat istri jang Abun di bawa pergi oleh kelompok Macan Liar, tidak ada yang bisa membantu sebab para warga di kampung ini tidak ada yang bisa melawan kelompok Macan Liar yang di pimpin oleh si Bewok."
Abun hanya menatap ke arah Ki Odang dan Si rawing, dia sudah tidak berani lagi membantah, dia sadar kalau pemuda yang bernama Si rawing itu memiliki kekuatan yang sulit untuk di ukur oleh dirinya.
Mendengar nama si Bewok di sebut, raut wajah Si rawing berubah, dia teringat kembali dengan kejadian di mana bapaknya menjadi korban kekejaman si Bewok.
"Benar-benar, semakin merajalela. Sebenarnya kalau di ceritakan, orang tua aku juga sama, mereka telah menjadi korban kekejaman kelompok Macan Liar, bahkan bapak aku mati di tangan Si Bewok. Jadi akang tidak perlu menyalakan Ki Odang, tapi akang harus berpikir bagaimana caranya agar kita bisa membasmi kelompok Macan Liar."
"Mohon maaf Ki Odang, aku minta maaf." ucap Abun sambil menundukkan kepalanya, dia sepertinya masih mempunyai rasa malu.
"Aku juga minta maaf jang Abun, sebab aku tidak bisa menjaga amanat yang kamu berikan. Sekarang lebih baik kita mengobrol di dalam rumah saja."
Ki Odang mengajak Si rawing dan Abun pergi ke rumahnya, mereka bertiga akhirnya pergi meninggalkan lapangan.
Kejadian yang berlangsung tidak luput dari pandangan beberapa warga yang ada di sana, mereka tidak melarikan diri saat Abun mengamuk, mereka penasaran apa yang akan di lakukan oleh Abun terhadap Ki Odang.
Mereka tidak menyangka akan ada pemuda yang bernama Si rawing, datang membantu Ki Odang. dan Si rawing mampu melawan abun hanya dengan sekali gerakan.
*****
Si rawing dan Abun duduk di ruang tamu rumah Ki Odang, mereka telah di jamu sebagai mana mestinya.
Ki Odang telah menjelaskan semua yang telah terjadi tadi, kepada istrinya setelah itu mereka semua mengobrol.
Tidak berselang lama, ada seorang gadis datang, lalu di kenal oleh Ki Odang kalau itu adalah cucunya yang bernama Narsiyah.
Sekarang mereka berkumpul menjadi lima orang.
"Jadi, kelompok Macan Liar yang di pimpin oleh Si Bewok, sekarang sudah bertambah kuat jang rawing, sebab banyak perguruan-perguruan silat yang menjadi penaklukan. Mereka harus membayar upeti kepada mereka dengan cara mengambil dari penduduk kampung. keadaan ini membuat para warga kampung menjadi semakin susah. Perguruan yang bertugas ke kampung ini di sebut perguruan Banteng kenanga, hal ini membuat aki menjadi bingung, bagaimana caranya nanti aki menghadapi mereka.?" ucap Ki Odang panjang lebar.
Si Rawing terdiam mendengar ceritanya Ki Odang, "kalau seperti ini, aku harus menetap dulu di kampung ini, tindakan yang sewenang-wenang dari perguruan Banteng kenanga yang telah menjadi antek-anteknya kelompok Macan Liar, jelas tidak bisa di biarkan, aku harus membela orang yang lemah." batin Si Rawing.
Istrinya Ki Odang menambahkan, "Ambu juga sama ujang, bingung dan gelisah kalau sudah berhadapan dengan orang-orang dari perguruan Banteng kenanga, mereka suka bertindak seenaknya saat datang ke kampung
Si Rawing membagi tatapannya ke arah Ki Odang dan istrinya, "terus terang, Awing jadi penasaran Ambu, Awing mempunyai pikiran untuk tinggal di kampung ini untuk sementara waktu, sampai orang-orang dadi perguruan Banteng kenanga datang ke sini. Mudah-mudahan Awing bisa mendapatkan informasi tentang keberadaannya si Bewok dari mereka."
Mendengar perkataan Si Rawing, Ki Odang tersenyum, "kalau memang jang Rawing memiliki pemikiran seperti itu aki jadi senang. kalau masalah tempat tinggal jang Rawing tidak perlu bingung, jang Rawing tinggal saja disini di rumah aki. Rumah aki lumayan besar, jang Rawing tidak usah sungkan. Bukan begitu Ambu." Ki Odang melihat ke arah istrinya.
"Ambu setuju, malahan Ambu berharap jang Rawing bisa tinggal di rumah ini untuk selamanya. Kalau pendapat nyai bagaimana.? Apa nyai setuju kalau jang Rawing tinggal di rumah ini.?"
Sebelum menjawab Narsiyah melirik ke arah Si Rawing, kebetulan Si Rawing juga sedang melihatnya. kedua tatapan itu akhirnya saling bertemu.
Hati keduanya bergetar.
Narsiyah terus menjawab dengan suara yang lembut namun bisa di dengar oleh semua orang, "nyai ikut dengan keputusan Ambu sama Abah."
Ki Odang terus berbicara lagi, di tunjukkan kepada Abun, "menurut jang Abun bagaimana.?"
Abun yang dari tadi tidak banyak berbicara terus menjawab, "aku ikut senang Ki, sebab kalau ada Rawing di kampung ini, kita mempunyai tambahan kekuatan untuk menghadapi orang-orang dari perguruan Banteng kenanga."
Ki Odang mengangguk-nganggukkan kepalanya, lalu menatap ke arah Si Rawing, "nah, jadi seperti itu jang Rawing, jadi jang Rawing tidak perlu sungkan lagi, malahan aki bakalan menganggap jang Rawing seperti keluarga sendiri."
"iya betul seperti itu, tapi Ambu nitip ke si nyai, kalau orang-orang dari perguruan Banteng kenanga datang, nyai diam saja di dalam rumah jangan sampai nyai di lihat oleh mereka, nyai jangan mencari masalah."ucap istrinya Ki Odang.
"kenapa seperti itu Ambu? Kan orang-orang dari perguruan Banteng kenanga bukan kelompok perampok Ambu."
Ki Odang yang menjawab pertanyaan Narsiyah, "Ari si nyai, sama saja nyai, mereka itu adalah antek-anteknya kelompok Macan Liar yang di pimpin oleh Si Bewok, mereka sudah termasuk orang-orang yang jahat."
"hehehe, kalau menurut Awing, Narsiyah harus memperlihatkan dirinya di hadapan orang-orang dari perguruan Banteng kenanga, Awing ingin melihat ekspresi orang-orang itu saat melihat gadis secantik Narsiyah, kalau sampai terjadi sesuatu, Awing juga tidak akan tinggal diam." ucap Si Rawing.
Ki Odang dan istrinya hanya bisa tersenyum saat mendengar perkataan Si Rawing.
Meskipun mereka baru pertama kali bertemu, sikap dan tingkah laku Si rawing terbilang bebas, menjadikan orang yang bertemu dengannya cepat akrab. Itu semua pengaruh Ki Debleng yang menjadi gurunya, sedikit maupun besar mempengaruhi jiwa Si Rawing, selama bertahun-tahun bergaul dengannya.