NovelToon NovelToon
Bangkitnya Permaisuri Yang Terlupakan

Bangkitnya Permaisuri Yang Terlupakan

Status: sedang berlangsung
Genre:Transmigrasi ke Dalam Novel / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Romansa / Reinkarnasi / Harem / Mengubah Takdir
Popularitas:10.3k
Nilai: 5
Nama Author: inda

Setelah terpeleset di kamar mandi, Han Sia, gadis modern abad 25, terbangun di tubuh Permaisuri Han Sunyi tokoh tragis dari novel yang dulu ia ejek sebagai “permaisuri paling bodoh”.

Kini terjebak di dunia kerajaan kuno, Han Sia harus berpura-pura sebagai permaisuri yang baru sadar dari koma, sambil mencari cara untuk bertahan hidup di istana penuh intrik dan penghianatan. Namun alih-alih pasrah pada nasib, ia justru bertekad mengubah sejarah. Dengan kecerdasan modern dan lidah tajamnya, Han Sia siap membalikkan kisah lama dari permaisuri lemah menjadi wanita paling berkuasa dan akan membuat mereka semua menyesal

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon inda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 12

Pagi itu, lembah Phoenix diselimuti kabut tipis yang perlahan menipis bersama cahaya mentari. Embun masih menempel di ujung daun, memantulkan sinar keemasan yang menari di udara. Udara segar memenuhi paru-paru, dan dari dapur sederhana di sisi timur paviliun terdengar suara gaduh.

“Yuyu! Jangan aduk seperti itu, nanti buburnya gosong lagi!” teriak Yuyi panik.

“Tapi kalau nggak diaduk nanti menggumpal, Nona Sok Pintar!” balas Yuyu sambil menatap panci dengan ekspresi serius—padahal api di bawahnya sudah terlalu besar.

Dari luar dapur, Jin Yue yang baru saja mengambil air tertawa pelan. “Dua bocah ini setiap pagi bikin aku lebih segar dari jamu pahit.”

“Kalau begitu, kau minum saja bubur gosongnya, Jin Yue,” celetuk Bai Ren yang lewat sambil memanggul kayu. “Mungkin rasanya lebih menyegarkan dari jamu buat racunmu itu.”

“Dasar pemburu yang tak tahu rasa,” dengus Jin Yue, menatapnya tajam tapi tanpa marah. “Bubur gosong sekalipun masih lebih bergizi daripada daging bakar setengah matangmu.”

“Hey!” Bai Ren menoleh dengan ekspresi tersinggung pura-pura. “Itu seni kuliner, bukan gagal masak!”

-----

Di bawah paviliun utama, Han Sunyi duduk di kursi bambu, mengenakan pakaian putih longgar, rambut hitamnya dibiarkan terurai sebagian. Ia menatap mereka dengan senyum samar, secangkir teh di tangannya mengepul lembut.

“Kadang aku berpikir,” katanya pelan pada Zhi Dao yang berdiri di sampingnya, “kalau aku tinggal sendirian di lembah ini, mungkin aku sudah gila karena kesunyian. Tapi sekarang… rasanya sulit tidur kalau tak mendengar mereka berisik.”

Zhi Dao mengangguk setuju. “Suara gaduh mereka memang… menenangkan, dalam cara yang aneh.”

Han Sunyi melirik sekilas. “Kau juga, Zhi Dao. Sudah dua hari ini aku lihat kau membangun tanpa istirahat. Jangan sampai kau yang roboh duluan sebelum pondasi selesai.”

“Tenang saja, Nona Sunyi,” jawabnya tegak. “Tubuhku kuat.”

“Tubuh boleh kuat,” Han Sunyi mengangkat alis, “tapi aku lihat wajahmu pucat. Mungkin karena makanannya kebanyakan gosong.”

Zhi Dao terdiam. Ia tahu Han Sunyi sedang menggoda, tapi wajah seriusnya malah membuat semua orang di sekitar menahan tawa. Bahkan Feng Yu yang biasanya tenang pun nyaris tersedak tehnya.

“Wajah pucatmu bukan tanda kekuatan, tapi tanda lapar,” lanjut Han Sunyi, tersenyum kecil. “Pergilah bantu di dapur, sekalian curi semangkuk bubur sebelum Yuyu menaburkan garamnya dua kali.”

Tawa pun pecah. Zhi Dao yang biasanya kalem hanya menghela napas panjang dan berjalan ke arah dapur dengan ekspresi pasrah. “Kalau buburnya aneh rasanya, aku salahkan kalian semua.”

----

Menjelang siang, suara ketukan palu bergema lembut di udara. Feng Yu dan Bai Ren bekerja di atap paviliun, memperkuat tiang dan menggantungkan lentera batu giok berbentuk burung phoenix. Sementara itu, Jin Yue sedang menanam herbal di taman kecil yang terletak di belakang paviliun.

“Aku tak menyangka lembah ini tanahnya subur sekali,” kata Jin Yue sambil menimbun akar ginseng muda. “Kalau begini, aku bisa menanam lebih banyak tanaman penyembuh.”

Yuyi yang sedang membantu menata pot bunga di dekatnya tersenyum lebar. “Kau menanam banyak sekali, Tuan Jin Yue. Apa nanti semua orang harus makan daun-daunan?”

“Kalau kau rajin makan daun, wajahmu akan secantik dewi,” sahut Jin Yue enteng.

Yuyi menatapnya curiga. “Kau bilang wajahku belum cantik?”

Jin Yue menyeringai. “Masih perlu pupuk sedikit.”

“APA KAU BILANG?!” seru Yuyi sambil mengejar Jin Yue dengan sekop kecil. Suara langkah mereka berlarian membuat burung-burung di sekitar pohon beterbangan.

Han Sunyi yang baru keluar dari ruang meditasi hanya bisa menggeleng sambil menahan tawa. “Sepertinya aku tidak butuh hiburan lain di dunia ini.”

---

Menjelang sore, Paviliun Cahaya Phoenix semakin tampak indah. Dindingnya sudah selesai, atap kayu berlapis batu giok tampak berkilau diterpa sinar matahari. Di depan paviliun, Yuyu dan Nuan menata taman kecil dengan bunga liar yang dipetik dari tepi sungai.

“Nona Sunyi pasti suka kalau bunga ini mekar,” kata Nuan lembut sambil menanam satu rumpun bunga biru. “Warnanya seperti langit di pagi hari.”

Yuyu tersenyum. “Dan wangi sekali. Aku tak sabar melihat semua ini tumbuh.”

Mereka tak sadar Han Sunyi berdiri tak jauh, memperhatikan dari kejauhan. “Kalian berdua sudah bekerja keras,” katanya pelan. “Setelah ini, kita makan bersama. Aku ingin memasak sendiri malam ini.”

Serempak semua orang berhenti bekerja.

“APA?! Nona Sunyi mau masak sendiri?” teriak Bai Ren setengah tak percaya.

“Kenapa? Kalian pikir aku tak bisa masak?” tanya Sunyi dengan senyum licik di bibirnya.

Bai Ren cepat-cepat menunduk menahan tawa. “Bukan begitu, Nona. Hanya saja... tangan yang bisa memanggil tenda ajaib biasanya tidak bisa menggoreng telur tanpa membuatnya hilang.”

Han Sunyi menatap tajam, pura-pura marah. “Baiklah. Kalau begitu, malam ini kau jadi bahan percobaan pertama.”

Tawa pun pecah lagi di seluruh lembah.

Menjelang malam, aroma lezat memenuhi udara.

Han Sunyi benar-benar menepati janjinya dengan bantuan kecil dari Nuan dan Yuyu, ia berhasil membuat sup hangat, nasi herbal, dan daging panggang madu yang aromanya membuat semua orang menelan ludah.

“Lihat!” seru Zhi Dao sambil menatap meja makan yang disusun di bawah pohon besar. “Seumur hidupku, aku belum pernah lihat Nona Sunyi memegang sendok.”

Sunyi meletakkan panci terakhir di atas meja. “Hari ini kau melihatnya. Dan semoga kau masih bisa bicara setelah mencicipinya.”

Mereka semua duduk melingkar. Angin lembut berembus, lentera giok di atas mereka menyala lembut, menciptakan suasana hangat dan damai.

Zhi Dao mencicipi terlebih dahulu. “Enak… lembut, tapi kuat di rasa rempahnya. Tidak terlalu asin, tidak terlalu manis.”

Han Sunyi tersenyum puas. “Tentu saja"

Feng Yu mengangguk. “Kalau makanan ini yang setiap hari kita makan, aku rela membangun tiga paviliun lagi.”

Yuyu tertawa. “Asal bukan aku yang masak, ya?”

“Tentu saja bukan,” sahut Yuyi cepat. “Kalau kau yang masak, semua orang bisa keracunan aroma gosong.”

Semua tertawa keras, bahkan Han Sunyi sampai menutup mulutnya agar tak tersedak teh.

Malam semakin larut, namun tak ada yang ingin segera tidur. Di depan api unggun, Bai Ren memainkan seruling bambu dengan nada lembut. Jin Yue ikut bersenandung kecil, sementara Yuyu dan Yuyi saling menyindir lewat pantun lucu yang membuat semua terpingkal.

“Jika phoenix menari di langit biru,” ucap Yuyi dengan gaya dramatis,

“Jangan lupa, Yuyu, kau masih utang kayu!”

Yuyu menjawab cepat, “Kalau phoenix terbang membawa madu,

Utang kayu ku bayar asal kau berhenti cemberut!”

Tawa pun pecah lagi. Han Sunyi memejamkan mata, menikmati suara mereka.

Zhi Dao duduk di sebelahnya, diam tapi tenang. “Tempat ini… akhirnya hidup, Nona Sunyi.”

Sunyi membuka mata, menatap bintang-bintang yang berkelip di atas langit lembah. “Iya. Inilah yang aku impikan tempat di mana tawa lebih kuat dari amarah, dan kerja keras lebih berharga dari darah bangsawan.”

Ia menoleh, menatap Zhi Dao. “Kau tahu, Zhi Dao… aku dulu berpikir kekuatan sejati adalah menaklukkan musuh. Tapi ternyata, kekuatan yang paling sulit adalah membuat hati manusia mau hidup damai lagi.”

Zhi Dao menunduk hormat. “Dan kau sudah melakukannya.”

Han Sunyi tersenyum. “Belum. Ini baru awal.”

----

Menjelang tengah malam, ketika semua orang mulai beristirahat, Han Sunyi berjalan ke tengah paviliun. Di depan patung kecil burung phoenix dari giok, ia menyalakan dupa dan berdoa pelan.

“Phoenix yang bangkit dari abu… berikan kami kekuatan untuk tetap rendah hati, dan tawa untuk mengisi hari-hari kami. Dunia boleh keras, tapi di lembah ini, biarlah hanya kedamaian yang tumbuh.”

Cahaya lembut dari dupa itu berputar, seolah merespons doanya.

Dari kejauhan, suara tawa terakhir dari Yuyi dan Yuyu masih terdengar samar, diikuti suara angin yang lembut seperti lagu nina bobo dari alam.

Han Sunyi menatap langit dan untuk pertama kalinya dalam waktu yang lama, ia merasa benar-benar tenang.

Paviliun Cahaya Phoenix kini berdiri megah dan hangat, bukan karena kekuatannya, melainkan karena hati-hati yang mau tertawa bersama di dalamnya.

Dan malam itu, di bawah sinar bulan yang lembut, delapan jiwa yang dulu terluka mulai benar-benar hidup kembali.

Bersambung…

1
Cindy
lanjut kak
kaylla salsabella
lanjut thor
Wahyuningsih
d tnggu upnya kmbli thor yg buanyk hrs tiap hri sehat sellu thor n jga keshtn tetp 💪💪💪💪💪 dlm upnya😁😁😁😁
Cindy
lanjut kak
inda Permatasari
sebenarnya baik ingin mencari Han Sunyi untuk balas Budi dan juga merasakan cinta padanya tapi Han Sunyi tidak mau bertemu
kaylla salsabella
aku kok masih bingung ya ini li feng itu baik apa gak sama han sunyi
Cindy
lanjut
Cindy
lanjut kak
Wahyuningsih 🇮🇩🇵🇸
li feng bukannya kabur jadi buronan?? kok uda di istana lg thor??
Wahyuningsih
wahhhh mkin sru thor d tnggu upnya kmbli yg buanyk n hrs tiap hri sehat sellu thor n jga keshtn tetp 💪💪💪💪💪
Vivi❄️❄️
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣 kirain si bawah panah cinta ala cupid 🤣🤣🤣
sahabat pena
Luar biasa
Cindy
lanjut
Cindy
lanjut kak
Fransiska Husun
keren banget
🌸 Maya Debar 🌸
Semangat terus Thor 😘😘😘😘😘😘😘😘😘😘❤️🥰🥰🥰🥰🥰🥰❤️❤️❤️❤️❤️🤩🤩
Tiara Bella
semangat 😍
🌸 Maya Debar 🌸
Tak tunggu selalu upnya Thor, Keren buanget ❤️❤️❤️❤️❤️🥰🥰🥰😍😍😍🤩🤩🤩😍😍😍😍🤩🤩🤩❤️❤️❤️🥰🥰🥰🥰
Wahyuningsih
q penasaran lanjutannya thor d tnggu upnya kmbli yg buanyk n hrs tiap hri jgn lma2 upnya thor ntar lumutan loh 😁😁😁 sehat sellu thor jga keshtn n tetp 💪💪💪 dlm upnya 😄😄😄
Wahyuningsih
q mampir thor mga2 critanya seeeeruuuu
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!