NovelToon NovelToon
Belenggu Madu Pilihan Istri Ku

Belenggu Madu Pilihan Istri Ku

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikah Kontrak / Penyesalan Suami / Dokter / Menikah Karena Anak
Popularitas:6k
Nilai: 5
Nama Author: Nuna Nellys

"Aku hanya minta satu tahun, Jingga. Setelah melahirkan anak Langit, kau bebas pergi. Tapi jangan pernah berharap cinta darinya, karena hatinya hanya milikku.” – Nesya.

_______

Di balik senyumnya yang manis, tersimpan rahasia dan ambisi yang tak pernah ku duga. Suamiku terikat janji, dan aku hanyalah madu pilihan istrinya—bukan untuk dicinta, tapi untuk memenuhi kehendak dan keturunan.

Setiap hari adalah permainan hati, setiap kata adalah ujian kesetiaan. Aku belajar bahwa cinta tidak selalu adil, dan kebahagiaan bisa datang dari pilihan yang salah.

Apakah aku akan tetap menanggung belenggu ini… atau memberontak demi kebebasan hati?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nuna Nellys, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

12. Nasehat Ummi Aisyah

...0o0__0o0...

...Jingga duduk di tepi ranjang kosan kecilnya, masih gemetar setelah mimpi buruk tadi. Dadanya terasa sesak, pikirannya kalut....

...“Ya Allah… aku tidak pamit pada suamiku. Ini tidak pantas. Apapun yang terjadi, aku tetap istrinya…” bisiknya lirih, wajahnya tertutup kedua telapak tangan....

...Dengan cepat, ia menghapus air matanya, lalu meraih tas kecil. Ponsel yang tadi di-silent kembali ia genggam. Puluhan panggilan tak terjawab dari Langit terpampang jelas di layar, membuat hatinya semakin perih....

...Tanpa berpikir panjang, ia keluar dari kosan. Udara malam yang dingin menyambut, membuat tubuhnya sedikit menggigil. Ia memberhentikan ojek online, dan dalam diam meminta di antar pulang ke rumah besar keluarga Langit....

...Sepanjang perjalanan, Jingga hanya menunduk. Bayangan mimpinya terus menghantui—jurang yang memisahkan, genggaman tangan Langit untuk orang lain, dan dirinya yang selalu tertinggal....

...Sekitar tengah malam, motor berhenti di depan gerbang rumah. Lampu teras masih menyala, menandakan beberapa orang di dalam belum tidur. Jingga menghela napas panjang, lalu melangkah masuk dengan hati-hati....

...Ketukan pelannya di pintu membuat suara langkah terdengar dari dalam. Tak lama, Ummi muncul dengan wajah cemas....

...“Jingga…?” suara Ummi tercekat, antara lega dan khawatir. “Nak, dari mana saja kamu malam-malam begini ?”...

..."Assalamualaikum, ummi." Jingga mencium punggung tangan mertuanya....

...Ummi mengusap kepala Jingga lembut, "Walaikumsalam, Nak."...

...Jingga menunduk dalam, air matanya kembali jatuh. “Maafkan Jingga, Mi… Jingga salah. Seharusnya tidak pergi begitu saja tanpa pamit pada Kak Langit.”...

...Ummi memeluk bahunya lembut. “Ya sudah, yang penting kamu sudah pulang dengan selamat. Nanti pagi baru bicarakan baik-baik dengan Langit, Nak.”...

...Langkah berat terdengar dari arah koridor. Langit keluar dari kamarnya, wajahnya kusut dan penuh penat. Tatapan matanya langsung tertuju pada Jingga yang masih menunduk....

...“Dek…” suaranya parau, menahan gejolak yang bercampur antara lega, marah, dan sesal....

...Jingga menggenggam erat ujung tasnya, berani menatap sejenak sebelum kembali menunduk. “Maafkan aku, Kak…”...

...Setelah suasana sedikit mereda, Ummi menggandeng tangan Jingga masuk ke ruang tengah. Langit masih berdiri di koridor, menatap keduanya dengan perasaan campur aduk....

...Namun Ummi memberi isyarat agar Langit kembali ke kamar dulu....

...“Besok pagi kamu bicarakan dengan tenang,” ucap Ummi singkat pada putranya. Langit mengangguk pasrah, lalu masuk ke kamarnya....

...Kini hanya tinggal Ummi dan Jingga....

...Ummi duduk di sofa, sementara Jingga duduk di sampingnya dengan wajah tertunduk. Jemari mungilnya saling meremas, menahan rasa bersalah....

...“Jingga, Nak…” suara Ummi lembut namun penuh wibawa. “Pernikahan itu bukan sekadar status. Suami adalah imam, istri adalah makmumnya. Kalau ada masalah, jangan buru-buru pergi atau lari. Seorang istri tidak boleh meninggalkan rumah suaminya tanpa izin, apalagi di malam hari.”...

...Air mata Jingga jatuh deras. “Jingga hanya… merasa sesak, Mi. Seolah tidak ada tempat di hati Kak Langit. Jingga lelah menahan semuanya sendiri…”...

...Ummi meraih tangan Jingga, menggenggamnya erat. “Ummi tahu ini berat. Ummi juga paham kalau hatimu sering terluka. Tapi ingat, Nak… sabar itu kunci. Kalau setiap kali ada masalah kamu memilih lari, rumah tangga tidak akan pernah utuh.”...

...Jingga terisak, bahunya bergetar. “Tapi Mi… bagaimana kalau cinta itu memang tidak ada ? Bagaimana kalau aku hanya bayangan di sisinya ?”...

...Ummi menatap Jingga dalam-dalam, matanya berkilat namun penuh kasih. “Cinta bisa tumbuh dengan kebersamaan dan doa, Nak. Tugas mu adalah taat, menjaga kehormatan mu, menjaga nama baik suami. Biarkan Allah yang melembutkan hati Langit. Jangan berhenti berdoa, jangan berhenti berusaha.”...

...Suasana hening sejenak....

...Ummi mengusap lembut kepala Jingga. “Jangan bandingkan dirimu dengan Nesya. Allah memberi jalan masing-masing. Yang penting, kamu tetap menjalankan kewajiban mu sebagai istri. Kalau kamu sabar, percayalah, Allah akan angkat derajat mu.”...

...Jingga menutup wajahnya dengan kedua tangan. “Jingga akan berusaha, Mi… tapi hati ini masih sakit.”...

...Ummi tersenyum tipis, menepuk bahunya. “Sakit itu wajar, Nak. Tapi jangan biarkan rasa sakit membuat mu salah melangkah. Mulailah dari hal kecil—taat, sabar, dan jaga kehormatan rumah tangga mu. Itu bekal utama seorang istri.”...

...Jingga mengangguk dalam tangis, mencoba menenangkan diri. Malam itu, ia merasa di sentuh oleh kasih seorang ibu, sesuatu yang tidak bisa ia dapatkan dari ibunya sendiri....

...Jingga terdiam lama setelah mendengar nasihat panjang Ummi. Air matanya masih menetes, tapi kini lebih tenang. Ia mengusap wajahnya dengan kedua tangan, berusaha mengumpulkan kekuatan....

...“Terima kasih, Mi…” suaranya lirih, serak karena tangis. “Jingga memang masih banyak kurangnya. Jingga sering terbawa perasaan, mudah goyah… sampai lupa kewajiban sebagai seorang istri. Maafkan Jingga, Mi.”...

...Ummi menepuk tangannya pelan, tersenyum lembut. “Tidak ada manusia yang sempurna, Nak. Yang penting kamu mau belajar dan berusaha. Itu sudah cukup bagi Ummi.”...

...Jingga menunduk, lalu menarik napas dalam. “Mulai malam ini, Jingga akan berusaha lebih sabar, Mi. Akan mencoba kuat meskipun hati ini terluka. Jingga ingin jadi istri yang lebih baik, meski mungkin… cinta itu belum ada.”...

...Ummi mengangguk, matanya berkaca-kaca mendengar tekad itu. “Itu baru anak yang kuat. Jangan lupa, semua ada waktunya. Yang penting, kamu tetap berada di jalan yang benar.”...

...Jingga tersenyum tipis di balik lelahnya. Ia kemudian berdiri pelan, merapikan kerudungnya yang sedikit berantakan. “Kalau begitu, Jingga pamit ke kamar dulu ya, Mi. Maaf sudah merepotkan malam-malam begini.”...

...Ummi ikut berdiri, meraih bahu Jingga dan mengusapnya lembut. “Tidurlah, Nak. Besok bicaralah baik-baik dengan Langit. Jangan biarkan masalah ini semakin besar.”...

...“Baik, Mi… Assalamualaikum.” jawab Jingga pelan, lalu berjalan menuju kamarnya dengan langkah hati-hati....

..."Walaikumsalam..!"...

...Di punggungnya, Ummi menatap penuh doa, berharap menantunya itu benar-benar menemukan kekuatan baru dalam rumah tangganya....

...0o0__0o0...

...Pintu kamar terbuka perlahan. Jingga masuk dengan langkah pelan, matanya masih sembab. Ia sempat kaget ketika melihat Langit duduk di tepi ranjang, masih terjaga dengan wajah muram....

...Langit menoleh, tatapannya penuh rasa bersalah bercampur lega. “Dek…” suaranya serak....

...Jingga berhenti di dekat pintu, menunduk, lalu menutupnya perlahan. Hening beberapa detik, hanya suara detak jam dinding yang terdengar....

...“Aku sudah dengar nasihat Ummi,” ucap Jingga lirih, suaranya bergetar. “Dan aku akan berusaha jadi istri yang lebih baik, Kak. Tapi tolong… jangan buat aku merasa sendirian lagi.”...

...Langit berdiri perlahan, melangkah mendekat. Wajahnya tegang, seakan mencari kata yang tepat. “Aku yang salah, Dek. Aku terlalu gegabah, tidak menjaga hatimu. Aku janji… aku akan belajar lebih bijak.”...

...Air mata Jingga menetes lagi, namun kali ini ia tersenyum tipis. “Semoga itu bukan hanya janji, Kak.”...

...Langit mengangguk cepat. “Insya Allah.”...

...Keduanya saling terdiam, lalu Langit mempersilakan Jingga beristirahat. Tanpa banyak kata, Jingga naik ke ranjang dan merebahkan tubuhnya, membelakangi Langit....

...Langit hanya menatap punggung istrinya itu lama sekali, lalu perlahan ikut berbaring. Ia ingin menggenggam tangan Jingga, tapi urung....

...Ada jarak yang masih harus mereka jembatani, dengan waktu dan kesabaran....

...Malam itu berakhir dengan keheningan—namun juga harapan kecil yang baru tumbuh....

...Kamar sudah temaram. Lampu tidur redup menyinari wajah Jingga yang berbaring membelakangi Langit. Suasana hening, hanya suara detak jam dan desah napas mereka berdua....

...Langit menatap punggung istrinya lama sekali. Ia ragu, tapi akhirnya memberanikan diri bicara....

...“Dek…” suaranya pelan....

...Jingga tidak menoleh. “Hmm?” jawabnya singkat, matanya tetap terpejam....

...“Aku minta maaf… untuk semuanya. Untuk tadi, untuk sikapku yang sering menyakiti mu… Aku terlalu bodoh sampai tidak bisa peka pada hatimu.”...

...Jingga menarik napas panjang, menahan gejolak dalam dada. “Aku lelah, Kak. Aku tidak butuh banyak kata, aku hanya ingin… sedikit saja merasa di cintai. Itu cukup.”...

...Langit menelan ludah, hatinya perih mendengar-nya. Ia mendekat sedikit, namun tetap menjaga jarak. “Kalau aku butuh waktu untuk belajar mencintai mu dengan benar… apa kamu sanggup menunggu ?”...

...Air mata Jingga menetes diam-diam, membasahi bantal. “Selama aku masih kuat, aku akan menunggu. Tapi kalau suatu hari aku menyerah, jangan salahkan aku, Kak.”...

...Langit memejamkan mata, menahan sesak di dadanya. Ia ingin meraih, ingin memeluk, tapi takut menambah luka....

...“Terima kasih masih bertahan sampai hari ini, Dek. Semoga besok aku bisa jadi suami yang lebih baik.”...

...Jingga hanya bergumam lirih, “Semoga…” lalu benar-benar terlelap dalam lelah dan tangis yang belum kering....

...Langit menatapnya sekali lagi, sebelum akhirnya ikut memejamkan mata, membawa doa yang sama—agar esok mereka punya kesempatan baru untuk memperbaiki segalanya....

...0o0__0o0...

1
Baskom Majikom
jingga yang di puji, gue yang salting. /Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Baskom Majikom
doa ummi pasti menembus langit 7. 🙏🙏🙏
Baskom Majikom
tunggu saja, jingga menjanda, bal /Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Ita rahmawati
bener tuh nti jd masalh lg gegara istribpertama gk di ajak 🤦‍♀️
baca cerita poli²an tuh suka bikin gemes tp mau gk dibaca penasaran bgt 😂
Baskom Majikom
ya, gue setuju dengan kata-kata itu. pada dasarnya manusia tidak luput dari rasa, kewewa, sakit hati, iri dll
Baskom Majikom
jangan cuma bisa sembunyi di balik kata khilaf, langit. /Shy//Shy//Shy//Shy/
Baskom Majikom
pada dasarnya semua cowok sama saja. mereka tidak akan tahan lama memendam hasrat /Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Baskom Majikom
hah.. gue hanya bisa menghembus kan nafas greget. /Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Baskom Majikom
pada akhirnya nesya di sikat juga sama langit. /Sob//Sob//Sob//Sob//Sob/
Baskom Majikom
apa sih... nesya. GJ banget lo. main tarik kerudung jingga /Awkward//Awkward/
Jolins Noeos
adem lihat langit dan jingga mode rukun, di bumbui cemburu pis tipis /Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Baskom Majikom
Langit...uwuh banget.. /Kiss//Kiss//Kiss//Kiss/
Baskom Majikom
sumpah part ini bikin gue ngakak /Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Baskom Majikom
jingga yang polos, langit yang frustrasi /Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Baskom Majikom
Langit... masih memikirkan perasaan nesya, bahkan saat berdua dengan jingga /Sweat//Sweat//Sweat/
Baskom Majikom
duuuu ngiri banget sma jingga yang punya mertua bijak/Sob//Sob//Sob/
Baskom Majikom
setuju banget sama ucapan ummi aisyah. punya dua istri bukan pekara yang gampang /Cry//Cry//Cry//Cry/
Baskom Majikom
biar gak puyeng, mending kamu pilih salah satu aja, ngit /Sob//Sob//Sob//Sob//Sob/
Baskom Majikom
jadi bingung mau komen apa? jadi langit gak mudah, jadi jingga serba salah /Scowl//Scowl//Scowl//Scowl/
Baskom Majikom
berada di posisi sulit 🤣🤣🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!