NovelToon NovelToon
RAHASIA DI BALIK PENGKHIANATANMU

RAHASIA DI BALIK PENGKHIANATANMU

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Berbaikan / Selingkuh / Pelakor / Penyesalan Suami / Pelakor jahat
Popularitas:1.8k
Nilai: 5
Nama Author: Desy Far

Rumah tangga Luna yang sangat hangat secara tiba-tiba hancur tanpa aba-aba. Luna mendapati suaminya, Ares, berkhianat dengan sahabatnya sendiri, Celine. Luka yang sangat menyakitkan itu membuat Luna mencari penyebab suaminya berselingkuh. Namun semakin Luna mencari kebenaran, semakin banyak tanda tanya menghantuinya hingga akhirnya Luna memutuskan mengakhiri pernikahan mereka.
Benarkah Ares sudah tidak lagi mencintai Luna?
Ataukah ada suatu kenyataan yang lebih menyakitkan menunggu untuk terungkap?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desy Far, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

MATA YANG MENGINTAI

Suasana kantor semakin membuat hari-hari Luna terasa lebih berat dari biasanya. Tatapan yang mengarah pada Luna semakin membuatnya di perhatikan tidak baik. Ia berjalan menuju ruangannya, membawa tumpukan berkas, membuat langkahnya terasa lebih berat.

Kalimat demi kalimat tak pernah selesai ia dengar setiap kali ia lewat. Mungkin karena sikap Luna yang tegas pada mereka membuat dendam yang mereka pendam akhirnya dengan mudah di keluarkan.

Luna menarik napas dalam. Ia mencoba menampilkan raut wajah setenang mungkin. Luna duduk di meja kerjanya, menghidupkan komputer, dan mulai mengetik seperti biasanya.

Dari jauh, Noval memperhatikan. Ia bisa merasakan bagaimana Luna yang ia kenal tegar dan kuat itu sudah ada di ambang batas. Namun luar biasanya, Luna tetap tidak goyah di hadapan siapapun.

Beberapa jam kemudian, saat Luna hendak mengambil berkas dengan menunduk, menandak kepalanya terasa berputar. Pandangannya kabur. Sebelum ia sempat berpegangan pada meja, tubuhnya sudah jatuh ke lantai dengan bunyi yang membuat semua orang menoleh.

“Luna!”

Beberapa rekan kerja berteriak panik sehingga membuat ruangan ricuh, namun sebagian lagi hanya berdiri menatap bingung.

Noval adalah orang pertama yang menghampiri Luna. Ia memeriksa keadaan Luna, memastikan keadaannya baik-baik saja.

“Luna kamu kenapa?” serunya, meski jelas Luna tidak akan menjawab pertanyaannya.

Beberapa orang menyarankan Noval untuk membawa Luna ke rumah sakit. Noval yang panik, hampir saja mengangkat tubuh Luna, namun tangannya terhenti. Ada satu hal yang membuatnya mengurungkan niat. Ini bukan sekedar teman kerja yang pingsan. Ini Luna. Wanita bersuami yang tidak sembarangan ia pegang.

Dengan tangan gemetar, Noval mengeluarkan ponsel dari saku celananya, lalu menghubungi Ares. “Ares, Luna pingsan. Bisakah kamu datang sekarang?”

Tanpa menunggu waktu lama, Ares tiba. Tubuhnya memecah kerumunan karyawan yang berbisik-bisik. Wajahnya dingin, namun tetap tidak bisa menyembunyikan kegelisahannya.

Tanpa berkata apapun, ia langsung menunduk, mengangkat tubuh Luna ke pelukannya. Gerakannya cepat, seolah tidak peduli dengan tatapan mata yang tertuju pada mereka.

Ares memandang Noval sebentar, dari raut wajahnya Noval paham bahwa Ares mengucapkan terima kasih kepadanya. Noval melemparkan senyuman agar Ares cepat membawa Luna ke rumah sakit.

Ares membawa Luna melewati lorong, keluar gedung, lalu memasukannya kedalam mobil. Noval berdiri didepan pintu dan memandangi mereka hingga pergi meninggalkan halaman kantor.

Namun Ares tidak membawa Luna kerumah sakit, melainkan mengantar Luna ke rumah mereka.

Sesampainya dirumah, Ares menidurkan Luna di kamar dengan waktu singkat. Ia hanya memastikan tubuh Luna terbalut dengan selimut tebal. Tidak ada belaian, atau sekedar kata lembut, hanya ada tatapan dingin.

Beberapa detik kemudian, ia berbalik badan dan keluar meninggalkan Luna seorang diri dirumah.

Luna yang sempat terbangun melihat dengan samar punggung Ares kemudian menghilang. Luna merasa Ares tidak berniat untuk merawatnya, ia hanya memastikan Luna baik-baik saja.

***

Malam itu, rumah terasa sangat sepi. Luna bangkit perlahan. Ia berjalan lemah menuju meja kecil disamping ranjang untuk mengambil segelas air. Namun pandangannya tertuju pada ponsel Ares yang sepertinya tertinggal saat mengantarnya pulang. Layarnya menyala terang.

Luna tidak dapat menyembunyikan rasa penasarannya. Ia tahu tidak seharusnya ia melihat ponsel Ares, namun ada dorongan kuat yang tidak bisa ia cegah. Ia meraih ponsel tersebut bersamaan dengan notifikasi yang baru saja masuk.

Di sana terpampang sebuah foto yang menampilkan dirinya digendong Ares siang tadi. Foto itu sangat jelas. Terlihat diambil dengan jarak yang dekat.

Di bawah foto tersebut, ada pesan baru yang menyusul masuk:

“Apa maksudnya ini? Kamu mau dia hancur? Berhenti peduli dengan dia.”

Luna terpaku. Pandangannya berkunang-kunang bukan karena sakit, melainkan karena rasa terkejut yang baru saja ia rasakan.

Belum sempat Luna berpikir jauh, suara keras membuyarkan lamunan Luna.

“Luna!”

Ares tiba-tiba sudah berada di ambang pintu. Wajahnya memerah, tatapannya tajam. Dalam hitungan detik ia melangkah cepat menghampiri Luna, dan merampas ponselnya dari tangan mungil Luna.

“Ares, maaf. Aku tidak…”

Ares tidak memberi Luna ruang untuk menjelaskan. Ia menatap layar ponselnya, dan membaca sendiri pesan tersebut.

Hening beberapa detik. Lalu tiba-tiba ia menoleh ke arah Luna, sorot matanya penuh amarah.

“Luna! Kamu…” suaranya rendah, dan bergetar. “Sampai sejauh ini kamu mencampuri urusanku, Luna.”

Luna terbelalak. “Ares, aku…”

“Cukup!” potong Ares, suaranya meninggi. “Jika kamu mencari-cari alasan, kalau kamu ingin ikut campur lebih jauh, akan aku permudah jalanmu untuk berpisah denganku.”

Ares berhenti sejenak, menarik napas dalam, kemudian mengucapkan dengan tegas.

“Aku akan menceraikanmu.”

Luna membeku. Jantungnya berhenti sejenak. Bibirnya terbuka, tapi tidak bersuara.

Luna yang memang ingin pisah, seketika merasakan kesedihan juga. Akhirnya hari itu tiba juga. Perpisahan itu akhirnya terjadi. Air matanya menetes tanpa bisa ia cegah, bukan karena sedih akan perpisahan, melainkan secara tiba-tiba memori kebersamaan mereka merasuki pikirannya.

“Baik Ares, akhirnya hari ini tiba juga.” Luna hanya bisa berbisik pelan, nyaris tak terdengar.

Ares tidak menjawab ucapan Luna. Ia membalikan badannya, meninggalkan kamar Luna dengan langkah berat, ia berjalan lurus ke depan tanpa menoleh Luna.

Sesampainya di ruang TV, Ares menjatuhkan tubuhnya ke sofa. Tangannya menutupi wajah, napasnya terengah, seakan menahan sesuatu yang tidak bisa ia ucapkan.

Beberapa menit kemudian, suara pintu kamar Luna terdengar terbuka. Ares menoleh sekilas, dan matanya terbelalak. Luna keluar dengan menarik dua koper di tangannya.

Luna bejalan kearah Ares. Kemudian berdiri tegak di hadapannya. “Ares, rumah ini adalah hasil kerja kerasmu. Ini bukan milikku. Jadi aku rasa, akulah yang pantas pergi.”

Ares terdiam, tak sanggup berkata-kata.

Luna berjalan menuju pintu rumahnya dengan langkah yang berat. Sesampainya di ruang tamu, Luna meletakkan koper sejenak, lalu menatap Ares dengan senyum di bibirnya yang terpaksa.

“Barang-barangku yang lain akan aku ambil secepatnya. Setelah itu, aku tidak akan mengganggumu lagi.”

Kata-katanya terdengar tegas, walaupun suaranya bergetar. Ia menyeret kembali kopernya, dan melangkah keluar rumah tanpa menoleh.

Luna mengemudikan mobilnya menembus gelapnya malam. Tangannya gemetar memegang kemudi, namun Luna terus melaju.

Tak lama, ia tiba di sebuah hotel mewah di pusat kota. Ia turun, menyeret kopernya masuk bersamanya. Resepsionis menyambutnya dengan sopan, tidak tahu bahwa hati wanita di hadapannya sedang runtuh berkeping-keping.

Sesampainya dikamar, Luna langsung meletakan koper ke dalam lemari. Ia duduk di tepi ranjang, menatap kosong ke arah jendela besar yang memperlihatkan jalan kota dengan lampu-lampu kendaraan yang berkilau.

Luna berbisik lirih, “Andai mama dan papa masih ada, aku tidak akan merasa sebatang kara seperti ini.”

Tangisnya pecah, ia menutup wajahnya dengan telapak tangan.

Luna meninggalkan rumah Ares. Luna merasakan kesendirian. Ia kehilangan pegangan, dan kini ia benar-benar merasa sendirian di dunia ini.

1
LinJibongs
Thor, jangan biarin kami kelaparan. Update secepatnya 🥺
Desy Far: Kak. Sudah diupload ya bab selanjutnya. Selamat membaca 🫶🏻
total 1 replies
Gbi Clavijo🌙
Thor, jangan bikin pembaca gatal gatel nunggu update ya!
Desy Far: Tenang aja kak. Aku bakal ajak kakak greget sama kisah Luna ini 🤭
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!