NovelToon NovelToon
Misteri 7 Sumur

Misteri 7 Sumur

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Misteri / Rumahhantu / Mata Batin / Hantu
Popularitas:595
Nilai: 5
Nama Author: Artisapic

Setelah mendapatkan air sumur pertama, kedua, ketiga, keempat , kelima, dan keenam, tinggal ketujuh....konon di sumur inilah telah banyak yang hanya tinggal nama.....mengerikan !

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Artisapic, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB XI KOLAM BERACUN

     Raksasa itu muncul kembali dengan suara meraung-meraung membuat suasana di hutan menjadi sangat mengerikan. Sabdo dan Kundil dari balik pohon sudah mempersiapkan penyerangan mendadak dengan sebuah batu besar yang akan ia lemparkan dengan tenaga dalamnya. Raksasa itu mencari dimana sosok manusia. Dengan merangkat, raksasa itu muncul juga di hadapan Kundil, maka dengan tangkas, Kundil melempar batu besar itu. Menghadapi serangan yang mendadak, raksasa itu tidak bisa mengelak, tubuhnya tumbang laksana pohon, sambil meraung, raksasa itu menggelepar lalu diam. Sabdo dan Kundil saling pandang, keduanya bangkit dan menuju raksasa itu, namun mereka berhenti manakala tubuh raksasa itu berubah menjadi tubuh manusia, wujudnya kini sebagai manusia, badannya penuh luka dan wajahnya mengerikan, mata kirinya terkelupas, sedang satunya lagi bengkak bernanah, hidungnya mengucurkan darah, serta mulutnya sobek akibat sayatan.

    Sabdo dan Kundil, akhirnya penasaran juga, mereka semakin dekat dan semakin jelas, lalu sosok itu menoleh dan....ha...ha...ha..ha... Sosok itu tertawa membuat kedua sahabat itu terperanjat, hampir saja keduanya saling bertabrakan. Di depan sana sosok wajah menyeramkan itu tangan kanannya membawa parang panjang sedangkan tangan kiri membawa gancu. Sabdo dan Kundil waspada akan adanya sesuatu yang tak diduga, dengan posisi dan persiapan yang matang , mereka akhirnya mampu untuk menghindar dari serangan sosok itu, Sabdo melompat ke kiri, sedangkan Kundil hanya mundur ke belakang.

    Sementara itu, sosok wajah menyeramkan tadi mengayunkan kembali parangnya, dengan gerakan ke kanan, ke kiri , ke atas juga kadang lurus ia menggerakkan tangan yang membawa parang dengan suara mendesir, namun Sabdo dan Kundil masih juga bisa untuk menghindar, dan tidak hanya menghindar, kedua sahabat itu mampu menyerang balik, membuat sosok itu terdesak dan tepat di bawah pohon besar, sosok itu terhempas akibat tendangan Kundil yang tepat di dadanya, sosok itu menggeliat lalu roboh, sedangkan dari mulutnya keluar darah bercampur keluarnya kalajengking.

    Jumlah hewan itu ratusan, semua kalajengking tadi warnanya merah darah, hewan-hewan itu menyerbu Sabdo dan Kundil. Dengan senjata antup di ekornya, kalajengking - kalajengking itu sangat liar, Sabdo berhasil membunuh beberapa kalajengking, begitu pun Kundil, mereka semakin terdesak, lalu dari balik baju Sabdo, ia mengeluarkan bara dan menyalakan dengan dedaunan yang kering, sehingga tercipta api membakar dedaunan itu. Banyak kalajengking yang lari berhamburan, namun besarnya angin membuat hewan-hewan itu kalang kabut dan banyak yang mati terbakar, sementara Kundil membawa daun yang menyala dan membakar semua daun kering di situ. Kalajengking-kalajengking itu akhirnya musnah.

    Setelah mencari sisa-sisa kalajengking dan tidak menemukan satupun yang masih hidup, akhirnya mereka melanjutkan perjalanan menuju arah utara. Di sana ada sebuah dusun yang konon pernah menjadi sumber air, namun akhir-akhir ini katanya menjadi dusun yang kering, padahal semua terjadi hanya dalam satu minggu setelah terjadinya penyerangan oleh suku pedalaman yang suka menyantap daging manusia, terutama anak-anak.

Akhirnya kedua sahabat itu sudah berada di ujung jalan.

" Sebaiknya kita cari warung makan dulu ki sanak, mungkin di jalan dusun ada warung," kata Sabdo.

" Iya ki sanak, baik kita akan mampir di warung itu," jawab Kundil.

Keduanya memasuki warung, tampak seorang ibu sedang menggoreng sesuatu yang begitu harum. Sabdo akhirnya memesan makanan.

" Maaf bu, apakah ada nasi di sini ? Tanya Sabdo.

" Oooh...ada ki sanak, silahkan duduk nanti saya ambilkan," kata ibu pedagang itu.

" Nanti lauknya saya saja yang memilih ya bu, boleh kan," kata Kundil sambil memakan gorengan bakwan.

" Boleh ki sanak, nggak apa kalau suka," jawab ibu warung.

Kemudian setelah disajikan nasi lalu keduanya makan sambil menikmati pemandangan indah dari warung itu. Dalam hati Sabdo, masa sesejuk ini air sampai tidak keluar, pasti ada yang tidak beres, pikirnya. Setelah keduanya selesai makan lalu Sabdo bertanya sama ibu warung.

" Maaf bu, di sini namanya dusun apa, dan dimana rumah kepala dusunnya ? Tanya Sabdo.

" Waduuuh gimana ya, saya takut ki sanak, nanti saya kena teguran keras, bisa-bisa saya diusir nantinya," jawab ibu warung.

" Kenapa bu, apa salah kalau mau memberitahu bu," kata Kundil.

" Bukan begitu ki sanak, nanti saya diusir," jawab ibu warung memberi alasan.

Sedang menanyakan hal itu tiba-tiba terdengar suara kuda mendatangi warung itu, tampak beberapa orang dengan badan tegap, dan bersenjata sebuah golok besar di samping kiri dan di sebelah kanan ada tombak kecil dan beberapa pisau menempel di sabuk besar. Setelah mereka menambatkan kudanya lalu salah satu dari ketiga orang itu langsung menggebrak meja.

" Hai....mana bayar iuran kamu bulan ini," kata orang itu.

" Maaf tuan, belum cukup, nanti sore saja ke sini lagi ya tuan," kata ibu.

" Tidak bisa Tum, kamu sudah melebihi batas waktu, jadi harus sekarang," kata orang itu lagi sambil memukul meja.

Sabdo dan Kundil sempat kaget juga dengan suara gebrakan meja itu. Kundil sempat bangkit untuk sedikit berdiri, hal itu spontan saja. Membuat pria itu mendekati Kundil sambil memegang kerah bajunya. Kundil langsung menepis tangan itu, dan terasa kuat dan kekar. Orang itu lalu memegang tangan Kundil, namun Kundil sempat menghindar membuat orang itu memegang tangan hampa, Ia semakin marah dan ia lakukan sebuah pukulan lurus, dan hanya mengenai tempat kosong.

Sabdo hanya tersenyum kecil saja, namun orang itu mendekati Sabdo dan terdengar suara tamparan keras, Sabdo terhuyung sedikit, dari mulutnya terlihat setetes darah, pertanda ada yang luka, namun Sabdo tetap diam. Sementara Kundil tidak terima atas tamparan kepada Sabdo, ia sudah menyimpan tenaga dalamnya, membuat tangan Kundil berubah menjadi warna perak. Melihat tangan itu berubah, ketiga orang itu keluar dari warung, dan Kundil pun mengejarnya, hingga di luar warung tangan Kundil memukul ke arah depan dengan beberapa gelombang tenaga dalam, dan terdengar suara jeritan dari salah seorang tamu tadi. Melihat teman mereka tumbang, kedua orang itu mengeluarkan senjata mereka, kini golok besar itu sudah siap untuk menyerang Kundil, maka perkelahian itu berlansung dengan saling menyerang.

Di gerakan jurus keempat, salah satu orang itu tersungkur dengan golok menancap di lehernya, senjata makan tuan. Orang yang menggebrak meja tadi akhirnya lari ke arah ujung jalan dan dia menuju ke hutan.

" Waduh ki sanak, ini bahaya , nanti pemimpin mereka akan ke sini, bagaimana ini ki sanak," kata ibu warung mulai kawatir.

" Tenang saja bu , nanti kami atasi mereka bu, jangan kawatir," sahut Sabdo.

Sementara Kundil dibantu oleh orang dari dusun itu segera mengubur mereka yang tewas, dan dua kuda yang mereka bawa tadi dilepaskan. Semua warga yang menyaksikan kejadian itu seperti bersemangat, mereka di di dusun itu ditindas dengan keji dan kejam. Dari arah atas bukit itu terdengar gemuruh suara kaki - kaki kuda.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!