NovelToon NovelToon
Cinta Monyet Belum Usai

Cinta Monyet Belum Usai

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / CEO / Teman lama bertemu kembali / Office Romance / Ayah Darurat / Ibu susu
Popularitas:5k
Nilai: 5
Nama Author: Ly_Nand

Sequel "Dipaksa Menikahi Tuan Duda"
Cerita anak-anak Rini dan Dean.

"Papa..."
Seorang bocah kecil tiba-tiba datang memeluk kaki Damar. Ia tidak mengenal siapa bocah itu.
"Dimana orangtuamu, Boy?"
"Aku Ares, papa. Kenapa Papa Damar tidak mengenaliku?"
Damar semakin kaget, bagaimana bisa bocah ini tahu namanya?

"Ares..."
Dari jauh suara seorang wanita membuat bocah itu berbinar.
"Mama..." Teriak Ares.
Lain halnya dengan Damar, mata pria itu melebar. Wanita itu...

Wanita masa lalunya.
Sosok yang selalu berisik.
Tidak bisa diam.
Selalu penuh kekonyolan.
Namun dalam sekejab menghilang tanpa kabar. Meninggalkan tanya dan hati yang sulit melupakan.

Kini sosok itu ada di depannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ly_Nand, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

12. Jangan Kemakan Gengsi

Rini melangkah mendekat ke arah Stasia, lalu menggenggam tangannya erat.

“Tante…” suara Stasia bergetar, ia berdiri menatap penuh haru pada sosok yang selalu memberinya kehangatan seorang ibu.

“Bagaimana kabarmu, Nak? Kenapa tidak pernah menghubungi Tante?”

“Maaf, Tante… banyak yang terjadi di hidupku. Kadang aku ragu… takut merepotkan Tante.”

“Padahal Tante sangat berharap kamu menghubungi Tante.”

“Maaf…”

Rini langsung memeluk Stasia. Pelukan itu… hangat, persis seperti dulu. Membuat dada Stasia sesak oleh rindu.

“Terima kasih sudah kembali,” lirih Rini.

Stasia menahan napas. Ia tidak pernah menyangka, Tante Rini masih mengharapkannya. Ia yang bukan siapa-siapa, hanya teman sekelas putri keluarga itu… dan dulu sering membuat kesal putranya. Tapi justru dari keluarga inilah ia pernah merasakan kasih sayang orang tua.

“Sekarang kamu tinggal di mana?” tanya Rini setelah melepaskan pelukan.

“Di apartemen dekat kantor, Tante.”

“Kenapa bukan di rumahmu yang dulu? Tante lihat rumah itu masih bagus meski lama ditinggal. Masih milik keluargamu kan?”

Stasia mengangguk cepat. Ia tak mungkin bilang kalau ia takut bertemu Damar, apalagi kalau tahu Damar sudah bersama orang lain. Membayangkan saja rasanya sakit. Apalagi kalau itu terlihat di depan mata.

“Rumah itu terlalu jauh, Tante. Apartemen keluarga lebih dekat ke kantor.”

Rini tersenyum tipis. “Kamu tahu? Setiap tente lewat depan rumahmu. Tante tuh refleks noleh dan selalu berharap kamu keluar dari sana dan kita bertemu. Sepertinya tante terlalu kangen kamu. Kangen banget.” Ia melirik sekilas ke arah putranya. “Kayak seseorang yang katanya nggak suka diganggu, tapi pas ditinggal malah nyariin karena kangen.”

“Ma…” Damar berdehem, tak nyaman. “Tumben Mama ke kantor. Ada apa?”

“Memangnya Mama nggak boleh ke sini?” sahut Rini dengan nada sedikit kesal.

“Bukan begitu. Tumben saja.”

Rini meletakkan paper bag di meja. “Ini Mama bawain makan. Kamu kemarin bilang pengin ayam mentega. Sudah capek-capek mama siapin malah pergi begitu saja tanpa sarapan. Kebiasaan kamu!”

“Terima kasih, Ma.”

Rini melirik Stasia, matanya berbinar. “Eh, ini jam makan siang kan? Boleh Mama ajak Stacy makan bareng? Di bawah juga ada Wulan. Mungkin Stacy kangen dan mau reuni sama Wulan.”

Wajah Stasia ikut berbinar. Kesempatan untuk menghindar dari Damar sekaligus bisa bertemu Wulan terasa seperti jalan keluar. Jantungnya harus segera diamankan. Berdekatan dengan Damar membuatnya sport jantung.

Namun, suara Damar cepat memotong, “Tidak bisa, Ma. Stacy harus tetap di sini.”

Stasia yang baru saja senang, kini berubah kecewa.

Tampak Mama Rini juga merasakan hal yang sama dengan Stasia. “Kenapa? Cuma makan siang kok. Selesai makan bisa balik kerja lagi. Jangan jadi bos otoriter lah, Dam.”

“Gak bisa, Ma. Ada hal yang ingin aku bahas dengan Stacy. Lain kali saja.”

Rini menghela napas panjang. “Yah, padahal Mama masih kangen sama menantu Mama…”

“Siapa menantu Mama?”

Damar dan Stasia bersamaan menoleh, sama-sama mengernyit.

“Stacy, lah. Siapa lagi? Eh, ralat… calon menantu. Stacy masih single kan? Belum menikah kan?”

Stasia salah tingkah, pipinya memerah. Ia mengangguk pelan.

“Sudah ada pacar? Kalau belum… selama janur kuning belum melengkung, gas aja.”

Stasia terkekeh malu. Sementara Damar tersenyum sangat tipis hingga tidak ada yang tahu.

Rini menambahkan dengan nada menggoda, “Tapi kalau kamu nggak tahan sama sifat dinginnya Damar, bilang aja kepada Tante. Nanti Tante pasangkan kamu sama kakaknya Damar. Jauh lebih hangat lho dibanding adiknya ini.”

Stasia tertawa kecil, sementara Damar menahan kesal.

“Ma… ngomong apa sih?” suaranya menegang.

“Mama cuma mau pastikan nggak kehilangan calon menantu potensial.”

Damar mendengus dan masih berusaha mengalihkan pembicaraan. “Mama bilang Wulan di bawah, kan? Kenapa nggak sekalian diajak ke atas?”

“Aduh, Mama lupa. Dilan tadi rewel, jadi Wulan menenangkan dia di bawah. Ya sudah, Mama pulang dulu. Kasihan kalau Dilan capek.”

Rini berbalik, namun masih sempat menggenggam tangan Stasia lagi. “Stacy, mainlah ke rumah. Tante masih kangen berat sama kamu. Nanti tante kenalin dengan anak tante. Biar kamu kenal dan bisa lihat, dia Pria hangat dan pastinya high quality”

“Aku usahakan, Tante,” jawab Stasia dengan terkekeh karena merasa Tante Rini yang lucu. Sementara Damar justru kesal melihat bagaimana Stasia yang menanggapi omongan Mama Rini.

“Dan ingat,” Rini melirik Damar sekilas, “Jangan khawatir kalau Damar tetap dingin, Tante masih punya anak laki-laki yang lebih hangat untuk kamu pilih.”

“Ma…” Damar mendengus geram.

“Iya, iya… Mama pulang.”

Damar mengantar Rini sampai pintu. Damar memeluk mamanya sebentar, lalu Mama Rini berbisik di telinganya,

“Jangan kemakan gengsi. Kalau sampai dia pergi lagi, kamu bisa menyesal seumur hidup.”

Damar kembali ke mejanya, namun bukannya langsung duduk. Melihat senyum Stasia yang masih terukir sejak Mama Rini belum pulang, membuat Damar justru melangkah ke arah Stasia yang mulai sadar mereka tinggal berdua dan berahir berdiri canggung di sana. Jarak mereka begitu dekat hingga membuat Stasia menelan ludah gugup.

Tangan Damar terulur ke samping tubuhnya, membuat Stasia refleks menahan napas, jantungnya berdentum tak karuan. Untuk sekejap ia merasa Damar hendak merengkuhnya.

Tapi ternyata pria itu hanya meraih paper bag yang ada di belakangnya. Tubuh Stasia menegang, lalu sedikit lega ketika Damar berbalik begitu saja. Ia mengembuskan napas pelan, mencoba menenangkan diri.

Damar berjalan santai ke arah meja tamu, membuka paper bag berisi makanan kiriman Mama Rini. Aroma ayam mentega menyeruak ke udara, menggoda indera penciuman. Menyadari Stasia masih berdiri kaku di tempat semula, Damar menoleh. Tanpa banyak kata, ia bangkit dan menjemputnya. Tangan besarnya meraih pergelangan tangan Stasia, menariknya ringan namun tegas menuju sofa.

“Kita makan bersama,” ucapnya datar.

“Tapi, Pak—”

“Kenapa? Mau menolak karena ditawari traktiran makan siang sama pacar kamu?”

Stasia langsung mengerutkan dahi, bingung. “Maksud Bapak?”

“Daripada ditraktir di kantin… makanan ini lebih enak. Mama yang masak langsung.”

Setelah berfikir sejanak, Stasia mulai menangkap arah ucapan Damar. “Max bukan pacar saya, Pak. Bahkan… kami baru ketemu hari ini. Kami hanya berteman.”

Damar tersenyum tipis—hampir tak terlihat. “Makanlah. Mama membawa banyak porsi. Mama akan lebih senang kalau tahu kamu ikut makan.”

“Seb… sebaiknya saya makan diruangan saya saja, Pak. Tidak enak sama karyawan lain. Bisa-bisa ada gosip yang tidak-tidak. Saya tidak mau reputasi anda yang menjadi taruhannya.”

Damar menatapnya lekat, matanya dalam dan tegas. “Di sini saya bosnya. Semua terserah saya. Siapa yang makan dengan saya dan dimana kami makan, itu semua bukan urusan mereka.”

Tak ada ruang untuk bantahan. Stasia menghela napas, akhirnya mengangguk pasrah.

“Baiklah…”

1
Erna Fadhilah
sangat sangat sangat banyak kan malah
Erna Fadhilah
menang di Damar kalau posisinya kaya gitu 😁😁
Nittha Nethol
lanjut kak.jangan pakai lama
Sri Wahyudi
lanjud kak
Erna Fadhilah
asiiik 😂😂😂skrg gantian Damar yang ngejar Stacy ya😄😄
Erna Fadhilah
pada shock semua ini denger Ares manggil Damar dengan panggilan papa 😁😁
Erna Fadhilah
kamu ikuti aja Stacy nan pas akhir pekan biar kamu tau siapa orang yang di panggil sayang sama Stacy
Erna Fadhilah
Stacy bingung dia mau sama Ares tp di suruh sama Damar ketemu mama Rini
Erna Fadhilah
kirain tidur di kamar di dalam ruangan Damar 😂😂
Erna Fadhilah
tenang res sebentar lagi kamu bakal punya papa yang bakal sayang sama kamu
Erna Fadhilah
jangan jangan orang yang di maksud Stacy itu pak hadi sama hana 🤔🤔
Erna Fadhilah
yang di panggil sayang sama Stacy itu Ares ponakannya bukan orang special lainnya Dam 🤦‍♀️😁
Erna Fadhilah
makanya Dam ingat kata mama Rini ya kamu jangan gedein gengsi nanti bakal nyesel baru tau rasa
Erna Fadhilah
kirain wulan atau ayu eeeh ternyata mama Rini yang masuk ruangan Damar
Erna Fadhilah
siapa tu yg datang, wulan atau ayu kah🤔🤔
Sri Wahyudi
lanjud kak
Erna Fadhilah
begitu Damar masuk langsung liat pemandangan yang buat dia kebakaran
Erna Fadhilah
hana PD sekali mengaku calon istri Damar, masih untung Damar ga langsung ngomong sama para karyawan kalau hana bukan calon istrinya, kalau sampai itu terjadi bisa malu pakai banget pasti
Erna Fadhilah
aku seruju banget kalau wulan sama Andre
Erna Fadhilah
aku penasaran adam belum nikah ya thor, padahal kan dia lebih tua dari wulan dan Damar, wulan aja malah udah punya anak
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!