NovelToon NovelToon
Adik Iparku, Mantan Kekasihku

Adik Iparku, Mantan Kekasihku

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Selingkuh / Cinta Terlarang / Saudara palsu
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: Amy Zahru

Karma? Apa benar itu yang terjadi padaku? Disaat aku benar-benar tidak berdaya seperti ini.

Bagaimana mungkin aku meghadapi sebuah pernikahan tanpa cinta? Pernikahan yang tidak pernah ku impikan. Tapi sekali lagi aku tak berdaya. Tidak mampu menentang takdir yang ditentukan oleh keluarga. Pria yang akan menikahiku...aku tidak tahu siapa dia? Seperti apa sifatnya? Bagaimana karakternya? Aku hanya bisa pasrah atas apa yang terjadi dalam hidupku.

Aku sebenarnya masih menunggu seseorang dari masa laluku. Seorang pria yang sangat ku cintai sekaligus pria yang telah ku lukai hatinya. Nando Saputra, mantan kekasihku yang telah memutuskan pergi dariku setelah aku dengan tega mengusirnya begitu saja.

Sekarang rasa menyesal kembali menghatuiku saat ku tahu sebuah fakta yang lebih mengerikan...dia Nando, pria yang selama ini ku rindukan adalah adik dari pria yang menikahiku. Rasanya aku ingin bunuh diri saat ini juga....!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Amy Zahru, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

12. Jejak Kenangan

Hari-hari di kampus berjalan cepat, tapi tidak pernah terasa biasa untukku. Ada degup jantung berbeda setiap kali langkahku menyusuri koridor, setiap kali aku tahu Nando juga ada di tempat yang sama.

Aku tidak pernah membayangkan bisa kembali duduk di bangku kuliah, tapi ternyata di sinilah aku, duduk di ruang kelas, buku terbuka di hadapan, sementara mataku lebih sering mencari sosoknya.

Dan biasanya, dia ada.

Duduk di kelas lain bersama Bella.

Bella… aku sudah mengenalnya sejak peristiwa di toko buku itu. Dan kini, semakin hari, gadis itu seperti bayangan yang menempel di setiap gerakan Nando.

Satu jurusan, satu kelas, satu kelompok diskusi. Aku bisa melihat betapa sabarnya Bella saat Nando mengulang bacaan berulang kali, betapa lembutnya dia menunggu Nando menyusun kalimatnya.

Aku benci mengakui ini, tapi Bella tahu cara menghadapi kelemahan Nando. Berbeda denganku, yang lebih sering dikuasai cemburu dan emosi.

Siang itu, aku sengaja menunggu Nando di depan gedung lama fakultas. Bangunan itu sudah tua, dindingnya sedikit retak, catnya kusam. Aku tahu tempat ini punya kenangan.

Dulu, di sini kami sering menunggu hujan reda bersama, saat Nando menjemputku dengan motor metiknya yang tua.

Aku menggenggam tas erat-erat ketika Nando muncul dari arah koridor. Dia sedikit terengah, memegang map di tangannya.

“Kak Aura? Kenapa nunggu di sini?” tanyanya bingung.

Aku tersenyum samar. “Ingat tempat ini?”

Nando menatap sekeliling. Keningnya berkerut. Lama sekali dia diam, seperti sedang berusaha keras mengingat. Lalu, tangannya menyentuh dinding yang catnya mulai mengelupas.

Aku bisa melihat kerlip ragu di matanya. Ada sesuatu di sana.

“Aku… pernah ke sini ya?” suaranya pelan, hampir berbisik.

Dadaku langsung berdesir. “Iya, Nando. Dulu… kita sering di sini.”

Wajahnya menegang. Dia memejamkan mata, seperti ada bayangan samar berkelebat. Tapi tak lama kemudian, dia meringis, memegang kepalanya.

“Ah… sakit…”

Aku spontan meraih lengannya. “Nando! Tidak apa-apa kan?”

Dia menggeleng cepat, mencoba tersenyum meski jelas sedang menahan perih.

“Cuma pusing… sebentar saja.”

Aku ingin sekali memeluknya saat itu juga. Ingin mengatakan ya, itu kenangan kita, itu dulu tempat kita bersama. Tapi aku tidak bisa. Ali masih suamiku. Dunia masih menatapku sebagai kakak ipar Nando.

Aku hanya bisa berkata pelan, “Tidak apa-apa. Kalau sakit, aku ada di sini.”

Nando hanya menatapku sekilas, lalu memalingkan wajah. Aku benar-benar tak bisa menebak apa isi kepalanya.

Apa Nando tidak penasaran tentang masa lalu kita? Kenapa dia tidak bertanya bahwa aku mengenalnya dulu?

Malamnya, di rumah, aku tidak bisa berhenti memikirkan ekspresi Nando tadi. Ekspresi orang yang berusaha keras meraih ingatan yang hilang.

Aku menatap cermin kamar. Rambut hitamku tergerai panjang, jatuh melewati bahu. Aku menyisirnya perlahan, lalu tersenyum getir.

Dulu, dia selalu berkata kalau dia suka memainkan rambutku ketika bosan. Apakah jika aku mendekat dengannya sekarang, jemarinya akan ingat kebiasaan itu?

Pintu kamar tiba-tiba terbuka. Ali masuk, wajahnya lelah.

“Sayang, kamu belum tidur?”

Aku buru-buru meletakkan sisir.

“Belum.”

Ali duduk di tepi ranjang, menarik napas panjang.

“Proyek ini benar-benar menguras tenaga. Tapi kalau berhasil, masa depan kita terjamin.”

Aku hanya mengangguk, pura-pura mendengar. Di dalam kepalaku, hanya ada Nando.

Ali menoleh padaku, menatap dalam.

“Kamu terlihat bahagia sejak kuliah lagi. Itu membuat aku lega. Terima kasih ya, sudah bertahan.”

Aku tersenyum tipis. Kalau kamu tahu alasan sebenarnya…

Beberapa hari berikutnya, aku kembali mencoba. Aku sengaja membawa Nando melewati jalan kecil dekat taman kota. Tempat itu dulu pernah jadi saksi pertama kali dia menyatakan perasaan padaku.

Aku menggandeng tanganku sendiri erat-erat, menahan degup jantung.

“Nando, kita lewat sini ya.”

Dia sempat bingung.

“Tapi ini agak mutar, Kak.”

“Tidak apa-apa. Jalannya lebih sepi.”

Nando menurut. Saat kami berjalan di trotoar sempit itu, aku bisa merasakan jantungku makin cepat. Aku ingin sekali bertanya, kamu ingat? Kamu pernah bilang mencintaiku di sini?

Namun, lagi-lagi, Bella muncul dalam pikiranku. Gadis itu pasti sedang menunggu Nando di kampus, dengan senyumannya yang tulus.

Aku menggertakkan gigi. Tidak. Aku tidak akan kalah.

Aku menoleh pada Nando, menatapnya dalam.

“Nando…”

Dia menoleh, sedikit kaget dengan nada suaraku.

“Iya, Kak?”

Aku menahan napas. Hampir saja aku mengucapkan sesuatu yang tidak seharusnya.

Tapi sebelum sempat, Nando sudah menunduk lagi, sibuk menghafal catatan kecil di tangannya.

Dan aku hanya bisa menggenggam erat rasa frustrasi yang makin menyesakkan dada.

Di kepalaku hanya ada satu tekad:

Jika kenangan itu tidak kembali dengan sendirinya, maka aku akan memaksanya kembali. Apa pun caranya.

1
Desi Oktafiani
Aku berharap kisah ini tidak berakhir terlalu cepat, cepat update ya!
Dzakwan Dzakwan
Cerita ini keren banget, susah move on!
Ami Zahru: Terima kasih /Smile/
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!