Di cerai karena anak yang dia lahirkan meninggal, membuat hati Adelia semakin terpuruk, akan tetapi beberapa hari kemudian, dia di minta untuk menjadi ibu susu anak CEO di tempatnya bekerja, karena memang dirinya di ketahui mempunyai ASI yang melimpah.
Apakah Adelia mampu menyembuhkan lukanya melalui bayi yang saat ini dia susui? Temukan jawabannya hanya di Manga Toon.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayumarhumah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kepulangan Dalton.
Arthur langsung melotot ke arah Adel dengan tatapan tajamnya, akan tetapi bukannya takut wanita itu malah menyunggingkan senyuman, entah kenapa dari banyaknya karyawan ataupun perempuan di dalam hidupnya baru kali ini dia merasa hanya Adel, yang tidak pernah takut sama dia.
"Kalau aku apa?" tanya Arthur dengan tatapan tajamnya.
"Ngeselin, lihat saja matanya melotot tajam kaya pesulap yang dulu sempat ngetren," celetuk Adel, sambil tertawa sendiri.
"Jangan tertawa, siapa yang suruh kamu tertawa," sungut Arthur.
"Heeeemb, dengar ya Tuan Arthur yang terhormat, aku ini sedang menyusui anak anda, jadi harus bahagia agar terhindar dari baby blush, memangnya anda mau ibu susunya dalton baby blush," celetuk Adel yang membuat Arthur semakin melotot di buatnya.
"Haaaah! Dasar kau wanita paling banyak alasan," cetus Arthur, sambil mendekat ke arah Adel.
Saat ini Arthur sengaja mendekati wanita yang sedang duduk menyusui anaknya itu, untuk memberi pelajaran dengan mata yang melotot, agar wanita itu jerah dan kapok tidak membantah, alih-alih memberi efek jerah, dirinya malah terjebak sendiri dengan kecantikan wanita itu.
"Kau .... Ah ... Sial!" Arthur tidak sanggup memaki wanita di hadapannya itu.
Karena merasa gagal memberi pelajaran tiba-tiba saja pria itu keluar begitu saja dari ruangan anaknya.
"Idiiih aneh," celetuk Adel, sedangkan Arthur hanya menatap sekilas wajah Adel.
Sedangkan saat ini Adel bisa tertawa puas melihat Arthur yang kesal sendiri, seperti kehilangan cara untuk menyerang Adel kembali.
"Kau lihat Nak, papamu lucu sekali kalau sedang ngambek seperti itu," ucap Adel, entah kenapa ketawanya langsung ditanggapi oleh bayi yang sedang menyusui itu dengan senyuman hangat.
"Eeeeh kamu tertawa juga, andai saja kamu ngerti Nak, bagaimana papamu itu sangat menyebalkan pasti kamu tidak suka sama sekali," ucapnya sambil terkikik sendiri.
******
Sedangkan di luar ruangan Arthur menggerutu sendiri, pasalnya pulang ia ingin menemukan ketenangan dan kedamaian hati malah dipertemukan dengan wanita menyebalkan seperti Adel, yang membuat suasana hatinya semakin kacau.
"Ah ... Dasar ... Bisa-bisanya aku di pertemukan dengan wanita menyebalkan seperti dia," kesal Arthur dengan raut yang sangat menyebalkan.
Ketika Arthur hendak duduk sebentar di depan ruang tunggu, tiba-tiba saja dokter datang dan langsung menyapanya.
"Selamat pagi Tuan Arthur," ucap Dokter Nadia.
"Selamat pagi juga," sahut Arthur.
"Saya datang mau memastikan kondisi Dalton, sebelum ia di bawa pulang," ucap dokter tersebut.
Arthur pun langsung mengangguk dan mulai mempersilahkan dokter itu masuk. "Baik Dok, silahkan," ucap Arthur sambil mempersilahkan dokter itu masuk.
Pintu mulai terbuka kebetulan Adel sudah selesai membaringkan ASI kepada Dalton, Dokter itu tersenyum ramah kepada Adel, seraya menyapa berbeda dengan pria di ujung pintu yang selalu menampakkan tatapan dinginnya.
"Selamat pagi Ibu Adel, gimana dedek Daltonnya?" tanya Dokter itu dengan senyum yang ramah.
"Alhamdulillah Bu, Dalton istirahatnya cukup minum ASI nya juga sering, dan sudah tidak rewel lagi seperti malam pertama," sahut Adel.
"Alhamdulillah, sekarang boleh saya periksa Dedek Daltonnya," ucap Dokter tersebut.
"Boleh Dok," sahut Adel dengan penuh senyuman.
Dokter mulai memeriksa Dalton sambil berada di dalam dekapan Adel, lihat saja setelah menyusu anak itu kembali mengoceh dan mulai menghisap jari jempolnya.
"Anak Papa, udah pintar ngoceh ya," ucap Arthur dengan bangga melihat sang anak sudah bisa mengoceh meskipun ocehannya tidak terlalu jelas tapi suara Dalton begitu menggema.
"Tuan, kondisi Dalton sudah membaik dan boleh di bawa pulang sekarang ya," ucap dokter tersebut yang membuat keduanya begitu senang mendengar kabar baik ini.
"Akhirnya anakku sudah kembali pulang, terima kasih banyak Dok," ucap Arthur sangking senangnya.
"Sama-sama itu semua karena respon tubuh Dalton yang baik, dan diapun langsung cocok dengan ibu susunya," sahut dokter itu.
Dokter Nadia mulai meninggalkan ruangan Dalton dan tidak lama kemudian suster Meta mulai melepas selang infus yang ada di tangan Dalton.
"Ah ... Rasanya aku sangat sedih berpisah dengan kalian berdua, baik-baik ya kalian di rumah semoga sehat selalu ibu dan bayinya," ucap Suster Meta, sambil melepas selang Dalton.
"Aku juga sedih harus berpisah dengan Suster, dan terima kasih banyak atas semua bantuan Sister selama aku dan Dalton di sini, maaf ya sudah sering ngerepotin," sahut Adel.
"Ini sudah menjadi tugas dan kewajibanku Mbak Adel," ucap Suster Meta.
Setelah semuanya selesai ART dari Arthur datang, dan mereka pun mulai mengemasi barang-barang Dalton dan Adel, di sini Adel benar-benar di artikan dan tidak boleh mengerjakan apa-apa selain menyusui Dalton.
"Ibu Adel, ayo kita pulang sekarang, Tuan Arthur sudah menunggu di mobil," ajak Jumi.
"Baik Bi Jum," sahut Adel.
Saat ini Adel benar-benar berpisah dengan Suster Meta meskipun mereka berdua baru dipertemukan akan tetapi Adel sudah menganggap suster itu seperti teman baiknya karena selama di rumah sakit selalu di layani dengan baik.
"Sus, aku pamit dulu ya," pamit Adel.
"Iya Mbak Adel hati-hati ya," sahut Meta.
Adel dan Jumi mulai berjalan menyusuri lorong-lorong rumah sakit, wanita itu benar-benar bahagia sekali, bukan karena bisa keluar dari rumah sakit, akan tetapi kebahagiaanya mengalir ketika Dalton dinyatakan sembuh oleh dokter dan sekarang bayi itu bisa menghirup udara bebas kembali.
Setelah sampai di halaman rumah sakit mobil Arthur langsung mengarah ke arah dua wanita beda generasi itu.
"Ayo Mbak kita masuk," ajak Jumi sambil membukakan pintu untuk Adel.
"Makasih banyak ya Bi," sahut Adel.
Semua orang sudah masuk, mobil mulai membawa mereka keluar dari pelataran rumah sakit yang cukup mewah dan luas, di perjalanan Adel terlihat begitu ceria mengobrol dengan asisten rumah tangga dari Arthur, sedangkan pria itu dari arah depan mulai curi-curi pandang dengan wanita cantik yang duduk di jok belakang itu.
"Ya Allah Bu, Den Dalton cakep banget pipinya terlihat gembul," celetuk Jumi.
"Bener banget Bu, dia itu kalau nyusu gak mau berhenti makanya pipinya udah mumpluk kaya bakpao," sahut Adel.
"Nyenengin banget ya Bu lihatnya," puji Jumi.
"Iya nyenengin banget kalau di lihatnya pasti jadi gemes pingin nyubit," ucap Adel yang keceplosan.
"Jangan sembarangan ya! Cubit-cubit anak saya!" seru suara di depan terdengar begitu menakutkan.
"Bukan mencubit langsung Tuan, tapi sangking gemasnya seperti mau mencubit, lagian siapa yang berani cubit anak Tuan orang bapaknya saja modelan singa jantan," sahut Adel yang membuat pria itu langsung menoleh ke belakang.
"Apa kau bilang!" seloroh Arthur dengan tatapan dinginnya.
Sedangkan Arthur tidak menjawab pria itu hanya fokus memperhatikan wajah Adel, yang terlihat tidak ada takut-takutnya dengan dirinya.
"Lain kali kalau bicara jangan ngawur aku tidak suka," cetus pria itu dengan dingin.
"Iya, gak ngawur kok," sahut Adel, dengan nada juteknya.
"Kalau bicara itu yang sopan jangan seperti itu," protes Arthur.
"Iya Tuan Arthur," ulang Adel dengan nada sedikit di lembutkan.
Arthur pun mulai menatap ke depan kembali sedangkan saat ini Adel mulai mengeluarkan unek-uneknya melalui isyarat sambil memanyunkan bibirnya ke arah Arthur.
"Jangan di manyunin begitu tambah jelek," cetus Arthur yang membuat Adel semakin geram.
Bersambung. ...