Cerita tentang gadis desa bernama Juliet Harvey yang harus berjuang untuk mengatasi masalah keluarga sang nenek yang hampir bangkrut.
Namun siapa sangka, niatnya untuk meminta bantuan kepada sang ayah yang sudah lama tidak bertemu malah membuatnya ikut terseret masalah dengan CEO tampan penuh dengan masalah, Owen Walter.
Bagaimana kisah Juliet dan Owen? Apa Juliet bisa mengatasi masalah keluarga neneknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Khintannia Viny, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MPC BAB 2
Juliet menaruh teh hangat yang ada di tangannya, dia menatap wajah sang nenek yang terlihat lemah selama sebulan ini.
Wajar saja, karena selain kehilangan kakek secara mendadak, nenek juga harus menyerahkan sisa hartanya yang tidak seberapa itu kepada kerabatnya.
“Nenek pasti menderita menghadapi masalah ini... itu sebabnya aku tidak bisa memberitahu nenek tentang surat itu.” Batin Juliet.
“Aku saja yang mencuci piringnya nek.” Ucap Juliet tiba-tiba membuat sang nenek menoleh ke arahnya.
“Bibi Gina bilang, dia sudah memanggang roti karamel kesukaan nenek, jadi nenek bisa menikmatinya dengan santai sambil menikmati teh hangat.” Ucap Juliet sambil memberikan kecupan singkat di pipi sang nenek.
“Terimakasih Julie.” Balas nenek Denada sambil tersenyum.
Juliet sedang mengelap piring yang baru saja selesai dia cuci sambil melamun memikirkan masalah rumah kakek dan neneknya.
“Rumah ini akan segera di kuasai oleh Jim Holster, dan dia pasti akan menjual rumah dan tanah ini tanpa ragu.” Batin Juliet.
“Andai saja aku menolaknya dengan tegas, pasti aku tidak akan merasa seperti ini, harusnya aku langsung menolak dengan tegas permintaan yang di ajukan oleh Jim Holster.” Lanjut Juliet membatin.
Brakkk!! Tiba-tiba saja Juliet menggebrak meja membuat bibi Gina yang sedang mengangkat cucian terkejut karena hal itu.
Juliet pun tersadar kalau dia sudah membuat bibi Gina terkejut.
“Aku sudah selesai mencuci piringnya bibi Gina, aku mau istirahat dulu ya.” Ucap Juliet sambil tersenyum lebar.
“Ah, iya terima kasih nona.” Balas bibi Gina.
Juliet memutuskan untuk pergi ke taman belakang rumah dan duduk di kursi yang biasa di pakai sang kakek sambil mendongakkan kepalanya menahan air mata yang rasanya ingin turun, lalu dia memejamkan kedua matanya sambil menikmati angin yang berhembus dengan sejuk.
“Jangan menangis, aku tidak ingin menangis hanya karena orang sepertinya.” Batin Juliet mencoba untuk menahan air matanya sekuat tenaga.
“Teganya dia memperlakukan saudaranya yang sedang terpojok seperti ini untuk mencari keuntungan, dan dia sama saja seperti ayah yang berperilaku tidak sesuai dengan usianya.” Gumam Juliet.
“Eh? Tunggu!” ucap Juliet yang langsung teringat sesuatu.
“Ayah? Benar, ada ayah!” ucap Juliet yang langsung bangkit dari kursinya dan langsung berlari kencang masuk ke dalam rumah.
***
Hari yang sangat cerah di bulan agustus, seseorang sedang berusaha untuk menutup telinganya saat mendengar suara yang berisik dan mengusik tidur nyenyaknya.
“Satu, dua, tiga! Ayo ayo terus ayo semangat!” teriakan orang-orang membuat tidurnya benar-benar terganggu.
“Haahhh, aku menyerah!” ucapnya frustasi lalu dia bangkit dari tidurnya.
“Dasar orang-orang gila yang terlalu bersemangat! Ck! Berisik sekali!” ucapnya dengan kesal.
Owen Walter, seorang pengusaha kaya raya. Siapa yang tidak mengenal keluarga Walter, keluarga Walter adalah keluarga yang tidak pernah luput dari media.
Mereka adalah keluarga terkaya nomer satu di dunia, dan Owen Walter adalah pewaris utama di keluarga itu sebelum posisinya di gantikan oleh sang adik Ethan Walter.
Owen bangkit dari tempat tidurnya dan membuka tirai jendelanya yang mengarah langsung ke arah lapangan luas.
“Aku tidak mengerti kenapa mereka rela berlarian ke sana kemari dengan penuh semangat.” Ucap Owen.
Kebetulan lapangan tempat di adakannya perlombaan itu di kelilingi oleh mansion keluarga Walter, atau bisa di bilang lapangan dan komplek perumahan elit itu adalah milik keluarga Walter.
Owen menekan bel untuk memanggil kepala pelayan pribadinya. Tanpa menunggu lama, pelayan tersebut membuka pintu kamarnya.
“Anda memanggil saya tuan?” tanya kepala pelayan tersebut.
“Hmm, lihat itu.” Ucap Owen sambil menunjuk ke arah jendela.
“Maaf tuan, mereka sudah mendapatkan izin dari nyonya besar, sehingga kami tidak bisa menghentikan mereka.” Jelas kepala pelayan tersebut.
“Jumlah orang yang berpartisipasi dalam perlombaan agustusan kali ini meningkat, karena itu sepertinya jadi lebih berisik dari tahun-tahun kemarin.” Lanjutnya.
Owen tersenyum mendengar penjelasan dari kepala pelayan, dia tau sang nenek memang menyukai kegiatan yang merepotkan seperti itu, karena adik Owen menyukai hal seperti ini juga.
“Lagi pula pemenang semua perlombaan ini tetaplah Ethan Walter, para idiot yang sangat bersemangat itu hanya memeriahkan acara saja.” Ucap Owen sambil tersenyum miring.
“Apa anda ingin pindah kamar tuan?” tanya kepala pelayan tersebut.
Pasalnya di mansion Owen Walter memang ada beberapa kamar kosong yang di fungsikan untuk para tamu jauh yang berkunjung di sana.
“Ah, tidak, tidak perlu.” Balas Owen menolak.
“Kalau begitu saya akan menyiapkan makanan untuk anda.” Ucap kepala pelayan lagi.
“Tidak, bawakan saja aku kopi hitam dan buah-buahan, aku akan duduk di balkon setelah mandi.” Ucap Owen yang langsung di kerjakan oleh kepala pelayan tersebut.
Sedangkan Owen segera menuju kamar mandi dan berendam di bathtub dengan tangan di kepala seperti sedang memikirkan sesuatu dan sesekali dia menghela napas panjang untuk meluapkan apa yang ada di pikirannya.
Setelah selesai membersihkan dirinya, Owen hanya keluar dari kamar mandi menggunakan celana pendek yang di tutupi oleh jubah tidurnya.
Owen duduk di balkon ruang tamunya sambil menikmati buah dan kopi yang sudah di sediakan, sampai kemunculan kepala pelayan.
“Tuan..” panggil kepala pelayan yang membuat Owen langsung menoleh ke arahnya tanpa mengatakan apapun.
“Tuan Ethan sudah tiba dan sedang menuju kemari.” Ucap kepala pelayan yang di balas anggukan oleh Owen.
Ethan Walter, adik laki-laki Owen yang hanya berbeda satu tahun darinya, pewaris utama kekayaan keluarga Walter setelah hak ahli waris Owen di cabut.
“Hai adikku tersayang, ada urusan apa yang membuat kamu begitu terburu-buru sampai tidak sempat untuk mengganti pakaian.” Sapa Owen saat melihat sang adik masuk yang dengan masih menggunakan pakaian olahraganya.
Ethan tidak mengatakan apa-apa, dia hanya diam menatap Owen dengan tatapan kesal, lalu dia duduk di kursi yang ada di hadapan Owen.
“Katakan saja keinginanmu.” Ucap Owen.
Ethan melempar majalah tepat di hadapan Owen, majalah yang menampilkan foto Owen sebagai covernya yang sejak tadi di pegang oleh Ethan.
“Casanova? Buaya darat?” ucap Owen saat melihat judul majalah itu adalah ‘Owen si Casanova yang mendapat julukan Buaya Darat’
“Kamu ga tau ya? Itu adalah sebutan barumu yang di berikan oleh para netizen.” Ucap Ethan.
“Buaya Darat...” gumam Owen sambil tersenyum miring.
“Syukurlah mereka memakai fotoku yang bagus.” Ucap Owen yang membuat Ethan tidak habis pikir dengan jalan pikiran sang kakak.
“Aku juga mendengar kalau Rebecca akan kembali ke negara ini.” Ucap Ethan.
Owen tidak menggubris ucapan Ethan, dia hanya terus memakan buah dan menatap pemandangan, bahkan sepertinya dia tidak berniat untuk membahas soal wanita yang di sebut Ethan barusan.
“Apa yang akan kau lakukan Owen?” tanya Ethan kembali.
“Entahlah.. aku juga tidak tau apa yang harus aku lakukan saat wanita itu kembali.” Ucap Owen dengan santai sambil membuka lembaran lain di majalah tersebut.