Anna dan Ananta dua gadis kembar yang sengaja di pisahkan sejak masih bayi. Setelah dewasa, keduanya tidak sengaja kembali bertemu dan sepakat untuk bertukar tempat karena merasa tidak puas dengan kehidupan mereka masing-masing.
Kehidupan keduanya bertolak belakang. Anna hidup sederhana di kota kecil, sedangkan Ananta hidup serba berkecukupan di Ibukota. Anna dicintai dengan tulus oleh Raksa, pemilik hotel tempat Anna bekerja sebagai Cleaning Service. Sedangkan Ananta sudah menikah dengan Rendra, salah pengusaha muda kaya raya. Sayangnya Ananta tidak dicintai.
Ikuti keseruan cerita mereka. Tolong jangan lompati Bab yaa.
Terima kasih sudah mampir.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nittagiu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mulai Terusik
Malam yang indah di tengah Ibukota. Jalanan seakan tak pernah sunyi dari lalu lalang kenderaan. Kini, mobil milik Rendra terus melaju pelan di jalanan yang begitu padat oleh kendaraan. Entah berapa kali laki-laki yang nampak terlihat tampan dengan kemeja kerja itu, melirik ke arah gadis yang terlihat terus membisu di sampingnya. Ananta telah berubah banyak. Begitulah kalimat yang terus melayang di kepalanya. Tidak ada lagi gadis manja yang sering membuatnya kesal. Kini hanya ada gadis dingin yang begitu misterius.
“Kita sudah sampai.” Ujar Rendra.
Anna mengangguk. Gadis itu lantas membuka pintu mobil di sampingnya dan keluar dari mobil itu.
“Bentar lagi pesawat akan mendarat.” Rendra kembali berucap, berharap gadis yang terus melangkah di sampingnya ini, ikut menimpali. Namun, lagi-lagi Anna hanya mengangguk.
Rendra menghembuskan nafas. Entah apa yang membuat hatinya kesal malam ini. Seharusnya sikap abai Ananta hari ini, adalah sikap yang ia tunggu selama bertahun-tahun mereka menjalani pernikahan penuh kepalsuan ini.
Sepasang suami istri yang lebih terlihat seperti orang asing itu, memilih duduk di di kursi ruang tunggu. Rendra tidak lagi berusaha memulai percakapan, dan Anna pun terus menutup mulutnya rapat-rapat. Banyak hal yang mengganggu pikirannya saat ini. Rasa khawatir pun terus melanda. Ia benar-benar tidak tahu harus bersikap seperti apa saat bertemu dengan ibu dari laki-laki yang kini duduk diam di sampingnya ini. Ia bukanlah Ananta. Dan jika wanita itu benar-benar baik dan sangat menyayangi Ananta, pasti akan mudah mengenali bahwa dirinya bukanlah Ananta.
“Itu Mami datang.” Rendra beranjak dari tempat duduknya. Tak lupa, ia meraih tangan Anna dan menggengamnya erat. Membuat gadis itu terkejut dan langsung menatap jemarinya yang kini berada di dalam genggaman hangat Rendra.
“Enggak usah berpikir macam-macam. Aku tidak ingin Mami curiga, dan membuat keributan di sini. Kamu tahu kan, kelakuan Mami seperti apa?” Ucap Rendra. Anna mengangguk.
Rendra yang hendak melangkah menuju ibunya, kembali menghentikan langkahnya. Laki-laki itu menatap kesal gadis yang terus saja menutup mulut nya rapat itu. Tak ada mata berkaca saat ia mengucapkan kalimat kejam, atau pipi bersemu saat ia meraih jemari untuk ia genggam. Gadis di hadapannya ini, terlihat begitu dingin dan berbeda.
“Apa yang salah dengan mu?” Tanya Rendra. Sumpah demi apa pun, ia merasa ada yang hilang saat Ananta memperlakukan dirinya seperti ini. Tidak ada lagi gadis yang sekian tahun mencintainya mati-matian.
“Terus sekarang mau kamu apa? Harusnya kamu tu senang, karena sekarang aku bersikap seperti apa yang kamu mau selama ini. Rendra, aku ingin menyudahi luka di hatiku. Ada banyak laki-laki yang bersedia menikah dengan ku. Apalagi, setelah bercerai dari kamu, aku justru akan mendapat warisan yang tak terhitung jumlahnya dari mami kamu. Setelah aku pikir-pikir, ngapain aku susah payah ngejar kamu? Enggak ada ruginya buat aku, kalau kita berpisah saat ini juga. Yang ada, kamu tuh yang rugi banyak. Karena, kalau aku nekat minta pisah dan laporin sikap brengsek kamu selama ini sama mami, gundik mu itu bahkan tidak akan bisa ber nafas lagi besok.” Kesal Anna. Gadis itu menarik nafasnya dalam, lalu menghembuskannya perlahan.
Sedamgkan Rendra kembali terpaku. Tangannya yang tadi menggenggam erat jemari Anna, kini menggantung begitu saja setelah dihempaskan dengan keras oleh istrinya itu. Ia sudah mengenal Ananta sejak mereka masih kecil. Orang tua mereka sahabat karib sejak mereka masih muda dulu. Perjodohan mereka pun sudah dibicarakan saat mereka masih remaja. Tapi, ini pertama kalinya ia diperlakukan seperti ini oleh seorang Ananta. Gadis yang biasanya selalu lemah lembut, kini berubah dingin dan kasar.
“Ananta...
“Mami datang. Jika kamu masih ingin bersandiwara dengan ku, mulai sekarang berhentilah mengganggu ku.” Anna tersenyum, lalu meraih lengan Rendra dan memeluknya. Gadis itu memasang wajah yang sangat manis.
Meskipun begitu banyak pertanyaan yang mengganggu di otaknya, Rendra memilih untuk mengikuti tubuh Anna yang mulai melangkah menuju ibunya.
Wanita paruh baya yang terlihat begitu cantik dan anggun terus melangkah ke arah mereka. Anna bahkan tidak berkedip saat pertama kali melihat ibu mertua dari Ananta. Wanita kaya memang berbeda. Dari cara berjalan saja sudah terlihat begitu mengintimidasi. Matilah dia kalau nanti ketahuan jika dia bukanlah Ananta.
“Sepertinya ada yang berubah dari putri Mami yang cantik ini,” Ucap wanita paruh baya yang kini sudah berada di hadapan Anna dan Rendra. Ia langsung meraih tubuh Anna lalu membawanya masuk ke dalam pelukan. Wanita paruh baya itu bahkan mengabaikan putranya yang juga berdiri di sana. “Mami sangat merindukan kamu.” Ucap wanita itu lagi sambil melepaskan pelukannya di tubuh Anna.
“Mami... Aku juga rindu...” Jawab Anna terbata. Ia bahkan sulit bernafas saat berada di dalam dekapan wanita anggun yang kini menatapnya dengan mata berkaca. Sesayang inikah wanita ini terhadap Ananta.
“Mami senang kamu bisa terus bertahan sampai Mami kembali. Mami pikir, laki-laki bodoh ini bisa membuat kamu pergi.” Wanita itu menatap tajam wajah tampan putranya, yang kini sudah menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
“Aku bukan tandingan mereka berdua. Mami tenang saja. Gundik itu bukan saingan ku, dan aku tidak akan merasa bersaing dengannya. Ngapain aku takut sama mereka berdua. Aku kan punya mami.” Anna memeluk lengan ibu mertuanya, lalu membawa tubuh wanita itu keluar dari ruang tunggu bandara.
Sedangkan wanita paruh baya yang terus tersenyum, mengusap lembut rambut menantunya dengan penuh kasih sayang.
“Ngomong-ngomong, kamu makin cantik dengan kemeja dan jeans ini. Jadi ingat mami waktu masih muda dulu.” Wanita itu tertawa bahagia.
Anna pun ikut tertawa. Ah, sepertinya ia sedang menjalani kehidupan baik Ananta. Hanya sedikit gadis yang beruntung bisa memiliki ibu mertua yang menyayangi menantu perempuan seperti ini. Benar kata orang, setiap pernikahan akan selalu menemui ujiannya masing-masing.
Jika saja, keluarga Raksa bisa menyayangi dirinya seperti yang dilakukan wanita ini, mungkin saja sudah sejak lama ia menerima ungkapan cinta laki-laki itu. Mungkin saja saat ini, mereka sudah memiliki beberapa anak yang lucu. Sudahlah, ia sudah membuang rasa ingin memiliki Raksa sejak lama.