NovelToon NovelToon
TERJEBAK DI DALAM PELUKAN MANIPULASI By NADA

TERJEBAK DI DALAM PELUKAN MANIPULASI By NADA

Status: sedang berlangsung
Genre:Mengubah Takdir / Kelahiran kembali menjadi kuat / KDRT (Kekerasan dalam rumah tangga) / Trauma masa lalu / Kekasih misterius
Popularitas:456
Nilai: 5
Nama Author: nandra 999

Sebuah kisah tentang cinta yang berubah menjadi jeruji. Tentang perempuan yang harus memilih: tetap dalam pelukan yang menyakitkan, atau berjuang pulang ke dirinya sendiri.
Terjebak di Pelukan Manipulasi menceritakan kisah Aira, seorang perempuan yang awalnya hanya ingin bermitra bisnis dengan Gibran, pria karismatik .

Namun, di balik kata-kata manis dan janji yang terdengar sempurna, tersembunyi perangkap manipulasi halus yang perlahan menghapus jati dirinya.

Ia kehilangan kontrol, dijauhkan dari dunia luar, bahkan diputus dari akses kesehatannya sendiri.

Ini bukan kisah cinta. Ini kisah bagaimana seseorang bisa dikendalikan, dikurung secara emosional, dan dibuat merasa bersalah karena ingin bebas.

Akankah Aira menemukan kekuatannya kembali sebelum segalanya terlambat?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nandra 999, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab - 12 Bukan Aku yang Salah

"Aku bukan gila. Aku juga bukan lemah. Aku hanya terlalu lama diam, dan sekarang aku belajar bicara. Ini bukan salahku."

Hidup Aira perlahan berubah. Bukan karena keadaan menjadi lebih baik, tapi karena ia berhenti menunggu orang lain berubah. Ia tak lagi berharap Gibran bisa jadi penyelamat. Ia tak lagi mengira cinta bisa memperbaiki trauma masa lalu.

Kini, yang ia lakukan hanyalah satu: membangun kembali dirinya. Batu demi batu. Luka demi luka. Ia bangun pondasi baru, bukan dari kata manis seseorang, tapi dari keberaniannya sendiri.

"Aku dulu merasa semua ini salahku. Aku terlalu lembek. Aku terlalu sensitif. Tapi aku sadar... aku tidak gila. Aku cuma hidup di dalam tekanan terlalu lama. Dan ketika aku mulai berkata ‘tidak’, aku dianggap berubah. Tapi sebetulnya... aku baru mulai menjadi diriku sendiri.”

Jika suatu saat aku pergi, bukan karena aku nggak sayang. Tapi karena aku terlalu sering bertahan untuk orang yang tak pernah benar-benar menjagaku."

Hujan sore itu turun tanpa aba-aba. Suaranya membentur jendela kamar Aira seperti ketukan-ketukan kenangan lama yang belum sempat ia tutup rapat. Aroma tanah basah menyeruak ke dalam, membangkitkan kembali ingatan yang selama ini ia kubur dalam-dalam.

Di depan cermin, ia terdiam. Tatapannya kosong menembus bayangan dirinya. Rambut panjangnya tampak lepek, lingkar matanya menghitam. Tapi bukan itu yang membuatnya tercekat. Ia melihat dirinya sendiri seperti ibunya dulu—lelah, diam, tapi tetap berjalan menuju seseorang yang tak pernah benar-benar memeluknya dengan tulus.

“Aku bukan Mama…” bisiknya lirih, seperti mantra untuk membela diri.

Flashback

Dimasa kecilnya yang penuh dengan tuntutan keinginan dari keluarga nya , ada hal lain yang di rasa kan Aira yaitu tentang dimana perjuangan Ibunya menahan luka batinnya.

Aira melihat langsung bagaimana ibunya menerima segala bentuk hinaan, pukulan, dan manipulasi dari ayahnya—dengan diam. Bukan karena tidak punya nyali, tapi karena takut kehilangan. Dan kini, Aira melihat pola itu kembali… dalam dirinya sendiri.

Aira seperti sedang menanggung luka lama yang bukan miliknya.

pikirannya melayang ke masa kecil. Saat ia menangis karena melihat ibunya dipukul, ayahnya selalu berkata:

“Lihat tuh, Mama kamu yang mulai. Papa cuma kesel karena Mama nggak ngerti!”

Waktu kecil, Aira percaya. Tapi sekarang, ia mulai mengerti. Bahwa memutarbalikkan kenyataan adalah salah satu bentuk kekerasan. Bahwa membuat orang mempertanyakan rasa sakitnya sendiri adalah bentuk manipulasi yang paling halus… dan paling menyakitkan.

Ia menarik napas panjang.

“Apa benar aku terlalu sensitif? Atau memang dia yang terlalu pintar memanipulasi?”

Dikepalanya pertanyaan itu terus bergema:

“Apa aku yang salah?”

Tapi untuk pertama kalinya, ada suara kecil dalam dirinya yang menjawab dengan tegas:

“Bukan. Bukan kamu yang salah, Ra.”

Aira masih di depan cermin kecil meja riasnya. Wajahnya tampak lebih tirus, kantung matanya menghitam, dan sinar matanya memudar.

“Dulu aku ceria,” bisiknya, pelan, seolah berbicara pada bayangannya sendiri. “Dulu aku berani tertawa lepas, tanpa takut salah.”

“Aku takut aku mengulang yang Mama alami,”

“Aku juga mulai bertahan, bukan karena cinta... tapi karena takut. "

Besoknya, di saat tidak ada orang-orang rumah sudah tidak ada, Aira membuka laptop untuk pertama kalinya, ia mengetikkan sesuatu yang selama ini hanya berputar di pikirannya.

Subjek: Permohonan Konsultasi Psikolog

Saya Aira, 27 tahun. Saya ingin belajar mengenali diri saya lagi. Saya merasa terjebak dalam hubungan yang membuat saya kehilangan arah. Saya ingin pulih, bukan dimiliki. Saya ingin hidup saya kembali… milik saya sepenuhnya.

Ia mengirim email itu dengan tangan gemetar. Tapi ada sedikit rasa lega yang belum pernah ia rasakan selama ini.rasa bahwa ia akhirnya memilih dirinya sendiri.

Aira tahu, perjalanan ini belum selesai. Ada trauma yang masih akan menghantuinya, ada rasa takut yang kadang menyelinap di tengah malam, dan ada kenangan yang tak bisa dihapus begitu saja.

Tapi hari itu, saat ia berdiri di depan cermin dan menatap dirinya sendiri, ia berkata dengan lantang:

“Aku bukan korban. Aku pejuang. Dan aku berhak pulih.”

Silakan cerita, Aira. Apa yang ingin kamu bagi hari ini?”

Psikolog itu. "Ibu Retha"

kamu gak perlu pura-pura kuat.”

Tangis Aira  pecah tanpa bisa ditahan.

Sesi pertama itu penuh dengan kalimat-kalimat yang Aira sendiri belum pernah ucapkan, bahkan pada dirinya sendiri. Tentang rasa hampa yang ia rasakan setiap kali Gibran bersikap manis, lalu tiba-tiba berubah. Tentang betapa lelahnya terus mempertanyakan: “Salahnya di aku atau dia?” Tentang luka masa kecil yang tanpa sadar membentuk standar cintanya.

Di luar konseling, dunia tetap sibuk. Tapi Aira mulai bisa bernapas lebih dalam. Walau kecil, langkahnya terasa nyata.

Namun, di saat ia mencoba memulihkan diri, dan mencari cara untuk bisa cepat pergi keluar dari rumah Gibran.

Gibran justru kembali muncul dengan sikap dan ucapan manisnya.

Sore itu, Gibran membawakan setangkai bunga mawar merah untuk Aira  .

“Kamu tahu aku gak bisa hidup tanpa kamu. Aku janji gak akan posesif lagi. Tapi tolong, jangan pernah pergi dari sini ”

Aira menatap mawar itu dengan perasaan yang bercampur aduk—marah, sedih, bersalah, dan takut. Semua bercampur jadi satu.

Ia tak tahu apakah Gibran benar-benar berubah, atau ini hanya pola yang akan berulang.

Flashback

Dulu, ayahnya juga sering membawa bunga mawar setelah melukai ibunya. Setiap luka ditutupi dengan janji dan hadiah. Dan setiap janji, akhirnya hanya jadi racun yang dibungkus pita.

Aira tahu, sebagian orang akan bilang: “Kalau dia minta maaf, maafin aja.” Tapi hanya orang yang pernah jatuh dalam jeratan seperti ini yang tahu, maaf tak selalu berarti aman.

"Kenapa rasanya sulit banget buat percaya bahwa aku layak disayangi… tanpa harus menderita dulu?”

“Karena selama ini, kamu mengenal cinta lewat luka.”

Mungkin belum sekarang ia temukan cinta itu. Tapi ia tahu, ia bisa mulai dari satu hal:

Mencintai dirinya sendiri.

Di malam sunyi, ia menulis lagi di catatannya:

“Gibran mungkin tidak akan pernah berubah. Tapi aku bisa. Aku bisa belajar berkata ‘tidak’. Bisa berkata ‘cukup’. Dan bisa berkata ‘aku pantas bahagia’. Meski sulit, meski lambat, aku akan pulih. Karena aku ingin hidup, bukan sekadar bertahan.”

Karena tak semua yang memelukmu, berniat melindungimu.

Kadang yang lebih menyakitkan dari kekerasan adalah saat tidak ada yang berdiri untukmu.

Tapi percaya, sekecil apa pun langkahmu untuk bertahan… itu sudah bentuk kekuatan.

Aku menatap bayanganku sendiri lama sekali. Lalu tiba-tiba, pintu kamar terbuka. Gibran berdiri di ambang pintu. Wajahnya tenang, tapi matanya… tajam.

Gibran:

"Kamu kenapa belum tidur?"

Aku gugup. Menyembunyikan buku catatanku di balik bantal.

Aira:

“Gak bisa tidur. Tadi nyari minyak kayu putih…”

Ia melangkah masuk. Mengusap rambutku sebentar, lalu duduk di sisi ranjang.

Gibran:

"Kamu tuh makin aneh aja. Tapi aku sabar karena aku sayang kamu. Jangan bikin aku capek, ya."

Dan seperti biasa… aku diam. Karena dalam hubungan ini, yang berhak lelah… hanya dia. Aku hanya boleh diam, mengikuti, dan bersyukur masih dicintai.

1
gaby
Jgn2 Gibran pasien RSJ yg melarikan diri.
gaby
Di awal bab Gibran selalu mengatakan cm Gibran yg mau menerima Aira yg rusak. Dan kata2 Aira rusak berkali2 di sebutkan di bab pertama. Maksud Rusak itu gmn y thor?? Apa Aira korban pelecehan atau korban pergaulan bebas??
gaby
Smangat thor nulisnya. Ternyata ini novel pertamamu di NT y. Tp keren loh utk ukuran pemula, ga ada typo. Dr awal bab aja dah menarik, Gibran si pria manipulatif
Robert
Suka banget sama cerita ini, thor!
nandra 999: Thks yeah 🥰
total 1 replies
Gấu bông
Terinspirasi
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!