Cinta yang di awali kebencian Leon dengan seorang wanita yang bernama kirani, wanita yang berasal dari golongan orang yang tidak mampu. Sedangkan Leon yang berasal dari keluarga yang sangat kaya raya, akan kah kisah cinta berakhir bahagia… Jika penasaran baca kisah lengkapnya di novel ini ya…
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Na_1411, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kegalauan Leon.
Perjalanan Leon ke apartemen Cindy terasa sangat berat, dia masih memikirkan tentang kejadian tadi di dalam kantor Thomas. Saat rani keluar dari ruangan pribadi Thomas, Leon berfikir jika rani habis melakukan hal yang tidak tidak dengan Thomas.
“Ternyata tidak hanya udik, kamu juga ternyata seorang wanita murahan, dengan mudahnya jatuh ke pelukkan lelaki.” Gerutu Leon sambil mengemudikan mobilnya.
Terlihat bangunan tinggi dan megah terpampang di hadapan Leon, dia menghentakkan satu kakinya keluar dari dalam mobil, setelah dia memarkirkan mobilnya di dalam basement.
Bunyi sepatu Leon terdengar nyaring saat sepatunya beradu dengan lantai marmer di apartemen tersebut, Leon berjalan dengan memasukkan kedua tangannya. Berkarisma dan sangat tampan, itulah yang akan kaum hawa katakan jika melihat Leon.
Leon menatap nyalang pintu apartemen milik Cindy, sebelum menekan pintu bel milik apartemen Cindy dia menyugar rambutnya dengan kasar.
“Kenapa gue harus mikirin dia.” Batin Leon berteriak.
Tangan Leon terulur menekan tombol yang berwarna putih, terdengar suara nyaring berbunyi di dalam unit apartemen Cindy. Tak lama pintu tersebut pun terbuka, tampak Cindy menyambut kedatangan Leon dengan berpakaian sangat seksi.
Terlihat tubuh indah Cindy sangat menggoda di mata Leon, kulit putih yang kontras dengan baju seksi hitam yang di pakai Cindy, menjadikan wajah dan tubuh Cindy terlihat sangat mengoda.
Tapi entah kenapa saat Leon melihat Cindy tidak ada rasa ketertarikan sama sekali, dia terpaksa tersenyum dan dengan perlahan memeluk Cindy. Bau wangi parfum Cindy dapat Leon cium dengan sangat jelas, dulu saat Leon melihat Cindy dia akan merasa sangat senang dan sangat merindukan kekasihnya tersebut.
Tapi entah kenapa kali ini Leon tidak merasakan perasaan yang dulu dia rasakan ke Cindy, mati rasa… mungkin itu yang Leon rasakan. Cindy menatap tajam sambil menelisik wajah Leon yang terlihat kosong, tangan Cindy terulur menyentuh wajah Leon dengan kedua tangannya.
“Apakah kamu tidak merindukanku sayang, kenapa kamu diam dan hanya memelukku.”
“Hmm….” Jawab Leon sambil tetap memeluk Cindy erat, Cindy hanya diam tanpa memberikan respon apapun. Dia sedikit kesal dengan respo Leon saat melihatnya, pulau yang tadinya erat kini terasa longgar.
“Maafkan aku sayang, aku benar benar capek dengan semua pekerjaan yang papa berikan.”
“Kalau begitu kamu istirahat saja di sini, mau aku buatkan kopi…?”
Leon melepaskan pelukannya dan menatap wajah cantik Cindy, dia tersenyum semanis mungkin sambil menatap Cindy.
“Iya, aku sepertinya butuh asupan itu.” Cindy menautkan kedua alisanya.
“Cukup itu, atau ingin yang lain.” Ucapan yang Cindy katakan terdengar menggelitik di hati leon.
“Memang boleh…” Cindy menarik lengan Leon pelan, dia mengajak Leon untuk segera masuk ke dalam apartemennya.
Kini Leon tengah berada sendiri di ruang tengah, sedangkan Cindy berada di dapur tengah membuatkan kopi untuk kekasihnya.
Leon menyandarkan kepalanya ke sandaran sofa, entah kenapa ingatannya selalu melayang ke rani yang keluar dari ruang pribadi Thomas.
Dengan kesal Leon mengacak acak rambutnya kesal, dia kesal dan benci dengan dirinya sendiri.
“Kamu kenapa sayang, apa ada yang telah terjadi.” Cindy meletakkan satu cangkir kopi buatannya untuk Leon.
Bau kopi yang terasa nikmat membuat pikiran Leon teralihkan, dia menatap Cindy dan tersenyum sebagai ucapan rasa terima kasihnya.
leon menyeruput sedikit kopi buatan Cindy, nikmat kopi yang pahit segera masuk ke dalam rongga mulut Leon.
“Kopi buatanmu masih terasa sama seperti dulu.” Bisik Leon saat Cindy duduk di sampingnya.
“Terima kasih untuk pujiannya.” Kecupan mesra di pipi kanan Leon Cindy bubuhkan.
“Kau menggodaku…” goda Leon memutar tubuhnya menghadap ke arah Cindy.
“Menurutmu…” Leon meletakkan cangkir kopi yang isinya tersisa setengah, perlahan Leon mendekati Cindy yang tersipu malu.
Tangan lelah terulur menggenggam dagu Cindy, Leon mendekatkan bibirnya untuk mencium bibir Cindy yang tampak merah merona. Lumatan segera Leon berikan di bibir indah tersebut.
Cindy yang tak mau kalah, menyambut dan membalas ciuman manis dari Leon. Saat mereka tengah asik berbagi saliva, tangan Leon perlahan mengelus paha mulus Cindy dengan gerakkan sensual.
Decapan demi decapan dapat terdengar di masing masing mulut mereka, saat Leon akan menyentuh aset milik Cindy tiba tiba dia teringat akan bayangan rani tengahberjalan mesra dengan Thomas. Leon segera menghentikan ciuman dan gerakkan tangannya, dia berbalik menghadap ke arah depan di mana dia segera menggambil kopi buatan Cindy tadi.
Leon meminum kopi tersebut sampai tak tersisa sedikitpun, sedangkan Cindy yang melihat keanehan sikap Leon menjadi terheran. Dia menatap kekasihnya lekat, melihat apa yang sebenarnya terjadi denagn Leon saat ini.
“Apa ada yang kamu pikirkan, Hmm…” tangan Cindy terulur menyentuh pundak Leon, dia ingin memberikan ketenangan untuk kekasihnya yang terlihat kebingungan.
“Eh… oh… tidak sayang, aku hanya teringat jika aku harus segera balik ke kantor. Ada berkas yang harus segera aku tanda tangani, dan besuk harus segara aku berikan ke kak Thomas untuk persiapan ke kota S.”
“Kamu akan ke kota S, kapan…?”
“Aku juga belum tahu pastinya, mungkin besuk atau entahlah. Aku sebagai bawahan harus menuruti perintah atasan, aku akan pergi beberapa hari kamu tidak apa apa jika aku tinggal.”
Cindy tersenyum manis ke arah Leon, dia menggenggam tangan Leon erat.
“Dua hari lagi aku juga akan pergi ke negara K, ada rasional di sana. Mungkin aku akan tinggal di sana beberapa bulan, jika kamu kangen sama aki kamu bisa ke sana menemuiku.”
Leon menghela nafasnya, dia merasa jika dia harus merelakan kepergian Cindy seperti biasa. Leon menatap lekat wajah cantik Cindy, perlahan tangan Leon menyentuh wajah cantik Cindy.
“Kamu hati hati di sana, dan jangan lupa hubungi aku jika kamu sudah sampai di sana. Maaf jika saat kamu pergi aku tidak mengantarkan kepergian kamu.”
“Tidak apa apa, aku bisa memakluminya. Kamu harus merintis usahamu di sini, dan menanamkan kepercayaan untuk papa kamu agar dia percaya akan kemampuan yang kamu miliki.”
“Terima kasih sayang, terima kasih kamu telah mengerti aku.”
Leon memeluk erat Cindy, dia mengecup berulang kali pipi kekasihnya. Rasa syukur mempunyai kekasih yang begitu pengertian seperti cindy.
“Jaga hati kamu untuk aku ya sayang, ketika aku pulang nanti aku ingin segera kamu menikahiku.”bisik Cindy di telinga Leon.
Seolah jantung Leon berdetak dengan kencang, ucapan Cindy membuatnya speechless. Dulu Leon bisa saja langsung mengucapkan kata “iya” tapi entah semenjak bertemu dengan seorang kirani pikiran dan hati Leon seolah terbagi.
“Kamu hati hati di sana ya…” ucap Leon membalas kata kata dari Cindy, dia tidak bisa berani berjanji untuk selalu menjadi hati dan setia untuknya.