Nayla mendapatkan kabar dari Tante Ida agar pulang ke Indonesia dimana ia harus menghadiri pernikahan Anita.
Tepat sebelum acara pernikahan berlangsung ia mendapatkan kabar kalau Anita meninggal dunia karena kecelakaan.
Setelah kepergian Anita, orang tua Anita meminta Nayla untuk menikah dengan calon suami Anita yang bernama Rangga.
Apakah pernikahan Rangga dan Nayla akan langgeng atau mereka memutuskan untuk berpisah?
Dan masih banyak lagi kejutan yang disembunyikan oleh Anita dan keluarganya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon my name si phoo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10
Setelah selesai mandi Rangga kembali berjalan menuju ke ruang makan.
Bi Ina juga sudah menyiapkan bubur sum-sum untuk Nayla.
"Bi, tolong bangunkan dia." ucap Rangga.
Bi Ina menganggukkan kepalanya dan segera mengakhiri Nayla yang tertidur pulas.
"Non Nayla, ayo bangun. Non Nayla."
Nayla membuka matanya saat mendengar suara Bi Ina yang sedang membangunkannya.
"Iya Bi. Aku sudah bangun."
"Lekas makan dan setelah itu kembali tidur." ucap Rangga yang membuat Nayla terkejut.
Ia tidak menyadari jika suaminya sudah pulang ke rumah.
"M-mas Rangga..."
Rangga mengambil semangkuk bubur dan meminta Nayla untuk memakannya.
"Bubur lagi?" Mas,.aku sudah sembuh. Aku ingin makan gulai kepala ikan kakap."
Rangga menatap Nayla dengan penuh perhatian,
"Aku tahu, Nay. Tapi aku sebagai dokter sangat tahu kalau kamu belum sembuh benar. Dan sebaiknya kamu tetap mengonsumsi makanan yang lembut dan mudah dicerna untuk beberapa hari ke depan."
Nayla langsung mengerucutkan bibirnya dan ia melihat bubur yang ada di hadapannya.
Dari tadi ia sudah membayangkan kalau akan menikmati gulai kepala ikan kakap bersama suaminya.
"Ayo kita makan malam dulu." ajak Rangga.
Nayla mulai menyendok bubur sum-sum dan memakannya perlahan-lahan.
Ia melirik ke arah suaminya yang lahap menikmati gulai kepala ikan kakap.
Rangga menahan tawanya saat melihat istrinya meliriknya seperti itu.
Ia pun langsung mengambil daging ikan dan memberikannya kepada Nayla.
"Makanlah, aku tidak mau kamu melirik seperti itu." ucap Rangga sambil melanjutkan makannya.
Nayla mengambil ikan itu dan mencicipinya bagaimana rasa kepala ikan kakap.
Setelah menghabiskan daging ikan yang diberikan oleh suaminya, Nayla kembali menikmati bubur sum-sum.
Rangga yang telah selesai makan segera bangkit dari duduknya dan berjalan menuju ke kamarnya.
"Mas Rangga, apakah kita bisa bicara sebentar?" tanya Nayla.
Rangga menganggukkan kepalanya dan ia meminta Nayla untuk menghabiskan makanannya.
"Aku akan menunggumu di kamar."
Mendengar perkataan suaminya, Nayla langsung menelan salivanya.
"Kenapa harus dikamar?" gumam Nayla.
Nayla lekas menghabiskan makanannya dan setelah itu ia berjalan menuju ke kamar Rangga.
Tok
tok
tok
"Masuklah!"
Nayla mengambil nafas dalam-dalam dan segera membuka pintu.
"Ada apa perlu apa sampai kamu ingin bicara serius dengan ku?" tanya Rangga sambil merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur.
"A-aku mau minta ijin agar Mas Rangga memperbolehkan aku untuk bekerja." jawab Nayla dengan menundukkan wajahnya.
Ia sangat takut jika Rangga akan marah kepadanya dan memberikannya hukuman lagi.
"Aku ingin bekerja lagi. aku tidak bisa jika berdiam diri di rumah." Jawab Nayla.
Rangga langsung bangkit dari tempat tidurnya dan ia meminta agar Nayla membantunya untuk bekerja di rumah sakit untuk mengerjakan laporannya.
Rangga paling tidak suka jika harus mengerjakan laporan pekerjaannya karena ia sudah terlalu sibuk di ruang operasi.
"Aku akan memberikan apapun yang kamu inginkan." Ucap Rangga.
"Janji? Mas akan memberikan apa yang aku inginkan?"
Rangga menganggukkan kepalanya dan setelah itu ia meminta Nayla untuk segera tidur.
Nayla langsung keluar dari kamar Rangga dan segera ia masuk ke kamarnya.
Ia tidak menyangka jika suaminya akan memberikannya pekerjaan di rumah sakit.
"Sekarang waktunya tidur biar besok tidak mengantuk saat bekerja." ucap Nayla.
Sebelum tidur ia mengambil ponselnya untuk menyetel alarmnya dan disaat bersamaan Nayla melihat sebuah video yang dikirimkan oleh Jati.
Nayla langsung membuka video itu dimana Jati sedang menyanyi lagu kesukaannya.
Banyak sekali orang yang berkunjung di Kafe Venus untuk melihat performa Jati malam ini.
Di Jerman Jati memang sudah terkenal sebagai penyanyi yang memiliki suara yang sangat merdu.
Banyak sekali Cafe-cafe yang ingin merekrut Jati agar mau menyanyi di tempat tersebut.
Tetapi Jati lebih memilih tetap bekerja di cafe Arga dimana ia bertemu pertama dengan Nayla.
Nayla senyum-senyum sendiri saat melihat video yang dikirimkan oleh Jati
[Semangat Mas Jati, besok atau lusa aku akan mampir ke Kafe]
Dengan cepat Jati membalas pesan yang dikirimkan oleh Nayla.
[Aku tunggu kedatangan kamu Nay. Ajaklah Rangga.]
Setelah itu Nayla segera pergi tidur karena besok ia sudah mulai bekerja.
****
Alarm jam menunjukkan pukul lima pagi dan Nayla bergegas menuju ke kamar mandi.
Ia sangat takut jika nanti suaminya bangun terlebih dahulu dan mendapatkan dirinya yang masih di kamar.
Setelah selesai mandi Nayla segera menuju ke dapur dan melihat Bi Ina yang sudah selesai masak.
"Bi Ina kenapa tidak menungguku." rengek Nayla.
"Bukankah hari ini Non Nayla mau bekerja bersama Den Rangga." ucap Bi Ina
Bi Ina mengatakan kalau tadi Rangga sudah memberitahukan kalau Nayla akan bekerja di rumah sakit.
Nayla mengangguk mendengar penjelasan Bi Ina. Dia memang sudah merencanakan untuk membantu Rangga di rumah sakit hari ini.
Namun, dia merasa sedikit kecewa karena ingin sekali menyempatkan diri untuk memasak bersama Bi Ina.
"Lain kali saja kita masak bersama, sekarang Non Nayla lekas siap-siap dan setelah itu sarapan."
Nayla menganggukkan kepalanya dan ia kembali masuk ke dalam kamar untuk mengganti pakaiannya.
Setelah selesai mengganti pakaiannya Nayla kembali menuju ke ruang makan dan ia melihat suaminya yang baru saja turun dari lantai atas.
Nayla juga melihat suaminya yang sudah rapi seperti biasa.
"Ayo kita sarapan dulu," ajak Rangga yang selalu sarapan sebelum melakukan aktifitasnya.
Sarapan pagi sangat penting untuk tubuh agar tidak lemas saat bekerja nanti.
Nayla menganggukkan kepalanya dan ia langsung mengambilkan sarapan untuk suaminya.
"Bi, mana bubur ku?" tanya Nayla yang tidak melihat mangkuk bubur.
Bi Ina tersenyum dan i membawa nasi putih yang agak lemas dengan kuah soto.
"Den Rangga sudah memperbolehkan Non Nayla makan nasi." ucap Bi Ina dengan senyuman khasnya.
Betapa bahagianya Nayla mendengar perkataan Bi Ina.
"Apakah Mas sudah memperbolehkan aku makan Nasi?" tanya Nayla.
Rangga menganggukkan kepalanya dan mengatakan kalau Nayla harus makan nasi yang lemas.
Nayla mengambil sendoknya dan mulai menyendok nasi, diselingi dengan kuah soto yang menggoda selera.
"Hmm, ini enak sekali. Aku sudah lama ingin makan nasi lagi," katanya sambil tersenyum penuh kebahagiaan.
Setelah selesai sarapan Rangga mengajak istrinya untuk berangkat ke rumah sakit.
Nayla melirik ke arah suaminya yang sedang fokus menyetir.
"Tampan sekali kamu Mas, tapi sayang kamu seperti kulkas." ucap Nayla dalam hati.
"Kenapa kamu senyum-senyum sendiri?" tanya Rangga yang tahu jika Istrinya sedang melirik ke arahnya.
Nayla cepat-cepat mengalihkan pandangannya ke luar jendela, berusaha menyembunyikan senyumnya.
"Enggak, aku cuma memikirkan sesuatu," jawabnya sambil mengerucutkan bibirnya.