Satu kesalahan ku yang sangat aku sekali dalam kehidupan ini. Yaitu memaafkan sebuah pengkhianatan. Pengkhianatan yang akhirnya membawa ku jatuh menjadi wanita yang hidup pada masa lalu karena sakitnya sebuah pengkhianatan.
Suami ku adalah dalang dari rasa sakit ini. Dengan alasan anak aku mencoba untuk bertahan. Namun pada akhirnya aku tak sanggup lagi hidup dalam bayang-bayang rasa sakit dikhianati,dan diam-diam aku membuat sebuah keputusan besar yang tak pernah disadari oleh suami ku.
Ingin tahu keputusan besar apa yang akan diambil ? hai readers tercinta,silahkan membaca kelengkapan alur cerita ini sampai selesai ya ? Aku yakin kalian pasti akan terhibur. Selamat membaca 😘
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kinly Secret, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 33 Mas Dani dan Asna Bertengkar
Selesai sarapan pagi,aku pun segera berkemas menyiapkan keperluan Kinara. Bibi Zahra dan Edward sudah menunggu di depan. Aku pun dengan cepat mengajak Kinara agar segera bergabung bersama menunggu taksi datang.
"Ugh...cantiknya." Edward langsung menggendong Kinara dan mengecup gemas pipi putri ku.
Kinara tertawa senang sambil memeluk boneka pemberian Edward.
"Key,semua keperluan Kinara sudah siap ? jangan lupa cemilan dan air minum." Tanya Bibi sambil memeriksa tas Kinara yang berwarna pink.
"Sudah Bi." jawab ku.
"Baiklah. Tunggu sebentar. Kata taksinya sedikit ada kendala,mungkin setengah jam lagi baru tiba."
"Kenapa nggak ganti saja ?" Timpal Edward yang sepertinya ingin segera berangkat.
"Nggak usah Ed,itu taksinya langganan ibu. Lagian hanya setengah jam. Bersabarlah sebentar. Ajak Kinara bermain sebentar biar kamu nggak bosan. Hehe ...' Bibi Zahra tertawa mengejek pada putranya. Namun bukannya tersinggung atau marah,Edward justru benar-benar mengajak Kinara untuk bermain sebentar di depan rumah yang indah.
Kinara sangat menyukai bunga. Oleh karena itu Edward dengan sengaja memetik beberapa kembang bunga mawar. Hal ini membuat Kinara berjingkrak senang.
"Enak saja! Aku juga nggak mau kamu perlakukan seperti itu Mas! Aku ini istri kamu!" Tiba-tiba saja Asna dan Mas Dani lewat di depan rumah sambil bertengkar. Mas Dani sempat menoleh pada kami dan menyuruh sang istri diam karena malu.
Bukannya mengindahkan perkataan sang suami,Asna justru semakin marah dan berteriak.
"Aku ingin pulang! Biarkan aku pulang! Turunkan aku di sini." Seperti kerasukan Asna terlihat memberontak dan langsung turun dari motor meskipun kendaraan roda dua tersebut belum berhenti dengan sempurna.
"Brugh!" Tiba-tiba Asna terjatuh dan perutnya langsung terpukul ke tanah. Kami yang awalnya tak ingin menghiraukan,mau tak mau menoleh ke arah rumah sebelah di mana Asna terjatuh.
"Awww ....Mas,perut ku sakit. Tolong Mas!"
Asna menjerit kesakitan. Sedangkan Mas Dani langsung membopong istrinya tersebut.
"Awww ....sakit sekali Mas. Perut ku sakit." Terdengar Asna menjerit kesakitan. Semoga saja perut wanita itu baik-baik saja ucap ku dalam hati.
"Astaga,semoga saja kandungannya baik-baik saja. " Ucap Bibi Zahra akhirnya karena tak lagi bisa diam untuk tidak berkomentar.
"Oh,ya ampun ada darah." Aku menutup mulut saat melihat darah mengalir di kaki Asna. Dan Mas Dani baru tersadar jika ada darah di kaki istrinya tersebut.
"Dani,segera bawa istri mu ke rumah sakit." Perintah bibi Zahra.
"Tapi Bi. Nggak ada mobil." Alasan Mas Dani membuat ku gemas. Entah ke mana otak pria itu sehingga tak bisa berpikir dengan baik.
"Pesan taksi saja Dani. Oh, ya. Itu taksi kami sudah datang. Kamu pakai saja. Biar kamu pesan yang lain saja." Tawar bibi Zahra yang langsung di setujui oleh Mas Dani. Dan tanpa menunggu lama,Dani pun membawa sang istri menaiki taksi yang baru saja tiba.
"Itu istri baru mantan suami key ?" tiba-tiba saja Edward bertanya.
"Iya Ed."
Jawab ku singkat saja karena merasa malu memiliki mantan suami tak bertanggung jawab seperti Mas Dani.
"Aneh sekali. Apa ia lupa sama Kinara ? Dasar pria tak bertanggung jawab." Gumam Edward dengan nada kesal.
"Padahal wanita itu tak begitu cantik. Entah apa sebenarnya ia lihat." Bibi Zahra pun ikut menimpali.
Aku hanya diam mendengar perkataan anak dan ibu itu. Dalam hati merasa sangat malu dengan masa lalu bersama Mas Dani.
"Yuk. Ayok berangkat." Ajak bibi Zahra saat taksi tiba. Kami pun akhirnya bergegas naik. Hari ini akan sangat menyenangkan.