Ayla adalah pembaca webnovel paling sinis yang pernah ada. Baginya, novel "Algoritma Hati Sang CEO" adalah sampah klise dengan plot hole yang menganga dimana-mana.
Apalagi soal CEO dingin yang tiba-tiba jatuh cinta pada pandangan pertama, dan villain yang otaknya tumpul setumpul pisau yang berkarat.
Stress dengan pekerjaannya sebagai CS entry level yang monoton, melampiaskan kekesalan pada novel adalah satu-satunya pelarian yang dimilikinya.
Tapi kutukan menimpanya!
Di tengah caci makinya pada sebuah plot hole konyol, Ayla mendapati pantulan dirinya di cermin perlahan berubah menjadi wajah asing yang tak ia kenali, seragam magang, dan sebuah kartu identitas yang menggantung dilehernya bertuliskan KARSA - RANI - INTERN.
Ayla bertransmigrasi kedalam novel yang paling ia benci sebagai Rani, seorang anak magang sial yang ditakdirkan dipecat karena alasan sepele.
Alya bertekad untuk membuktikan bahwa dirinya lebih pintar dari takdir bodoh yang penulis novel itu berikan untuknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hada Kamiya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jebakan yang Terungkap
Pengakuan Arjuna di kantin terasa seperti palu yang menghantam kesadaran Ayla. Bukan bug, bukan kelalaian, tapi serangan siber.
Dan Arjuna si figuran anomali, bukan hanya mengamati, tapi sudah tahu semuanya. Ini jauh lebih besar, jauh lebih berbahaya dari sekadar menyelamatkan takdir Rani yang dipecat.
"Untuk menguasai?" ulang Ayla, suaranya tercekat. Ia menatap Arjuna, rasa tidak percaya bercampur dengan amarah samar. "Jadi, Anda sengaja menyeret saya ke dalam bahaya ini? Memberi saya file berbahaya tanpa peringatan?"
Arjuna menatapnya tanpa ekspresi. Tatapannya dingin, tak tergoyahkan. "Peringatan sudah saya berikan, Rani. Perhatikan lingkunganmu, ada lebih banyak mata dari yang kau kira. Dan lagi, apakah kamu pikir aku tidak tahu kamu sudah mengintaiku sejak awal? Ini bukan seretan, ini ujian."
Kata-kata Arjuna menusuk Ayla. “Ujian? Jadi aku memang dimanipulasi?”
Kemarahan yang tadi samar kini membara. Ayla adalah pembenci novel klise karena plotnya yang manipulatif, dan sekarang ia sendiri dimanipulasi oleh karakter yang seharusnya hanya menjadi seorang figuran.
"Ujian yang bisa membuat saya dipecat, atau lebih buruk lagi?" desis Ayla, suaranya menajam. "Saya bukan salah satu pion Bapak. Dan saya tidak suka dimanipulasi."
Arjuna mengulas senyum tipis, nyaris tak terlihat, sebuah seringai yang justru membuat Ayla semakin kesal. "Pion atau bukan, kamu sudah menemukan kebenaran. Dan kebenaran itu berbahaya di Karsa ini." Ia mengambil USB yang tadi diletakkan Ayla. "Sistem inti Karsa sudah disusupi. Phantom Injection ini dirancang untuk mengendalikan infrastruktur data kami, bahkan mengubah cara Project Chimera berfungsi."
"Mengubahnya bagaimana?" tanya Ayla, rasa penasaran yang tak bisa ia bendung bercampur dengan kekesalan.
"Awalnya, Project Chimera dirancang sebagai benteng terkuat Karsa. Namun, ada pihak yang menyuntikkan kode berbahaya, menjadikannya alat pengawasan dan kontrol total. Sebuah kunci universal untuk mengakses semua data klien dan proyek-proyek rahasia," jelas Arjuna, suaranya tetap datar, namun intensitasnya terasa. "Dan itu dilakukan oleh orang dalam."
Ayla merasakan tengkuknya meremang, “Kontrol total? Data klien? Ini berarti bukan hanya tentang Karsa, tapi juga tentang privasi dan keamanan data yang lebih luas. Dan yang melakukannya…”
"Arion?" Ayla menyebut nama itu tanpa sadar. Sang CEO yang sempurna di novel, sang pahlawan, yang kini dicurigai sebagai dalang kejahatan yang sebenarnya.
Mata Arjuna sedikit menyipit. Itu bukan tatapan terkejut, melainkan semacam konfirmasi. "Ada indikasi kuat. Dia berencana menggunakan Project Chimera untuk menguasai pasar keamanan siber dengan cara yang kotor. Menjebak pesaing, memanipulasi informasi, bahkan mungkin menjual data."
"Dan Anda ingin saya membantu menghentikannya?" Ayla bertanya, skeptis. "Seorang magang yang bahkan tidak mengerti kode?"
"Kamu tidak perlu mengerti kode, Rani," sahut Arjuna, suaranya dingin namun penuh keyakinan. "Kamu punya mata yang tajam untuk anomali, kemampuan analisis yang luar biasa untuk menemukan pola di balik kekacauan, dan yang terpenting... kamu tidak takut untuk melihat kebenaran." Ia menatap Ayla dalam-dalam. "Kemampuanmu itu lebih berharga dari seribu programmer yang buta."
Pujian itu terasa asing, namun juga efektif.
Ayla merasakan sedikit kebanggaan yang tak terduga. Namun, ia tidak akan mudah menyerah.
"Baiklah, Pak Arjuna," kata Ayla, suaranya sinis namun ada nada tantangan. "Permainan ini mungkin sudah dimulai, tapi jangan harap saya akan menjadi pion penurut Anda. Saya akan membantu, tapi dengan cara saya sendiri.
Dan saya akan menagih setiap informasi yang Anda sembunyikan."
Arjuna mengulas senyum tipis, kali ini sedikit lebih jelas. "Menarik. Permainan ini baru saja menjadi jauh lebih menarik, Rani."
