Azzura: The Fight Of The Tough Lady

"Jadi kau sengaja mengirim orang-orang mu untuk mengganggu ku?" tanya Azzura. Kini mereka sedang duduk di bangku taman. Sedangkan yang lain ada yang menunggu di dalam mobil dan ada juga yang menunggu mereka namun dari jarak 2 meter. Mereka takut kepada Azzura, siapa yang akan menyangka jika seorang gadis cantik bisa memiliki kekuatan super, sangat aneh dan begitu mustahil. Bahkan setelah mereka melihat langsung pun, mereka masih berpikir bahwa mereka sedang bermimpi.

"Sebenarnya anak buahku yang lain sudah pernah ada yang Bos hajar. Mereka mengatakan jika mereka di terbangkan oleh seorang wanita, aku tentu saja tidak percaya. Jadi aku meminta anak buah ku untuk mencari mu. Sudah beberapa Minggu kau menghilang. Dan saat seseorang menelpon ku menginformasikan kalau kau ada di sini, aku langsung meminta mereka untuk menahan mu."

Azzura mengangguk -anggukan kepala. Dia melihat sekeliling, melihat ke arah orang-orang yang tadi menyerangnya lalu kembali menatap Hugo. Azzura tidak tahu maksud dari orang-orang ini apa. Dalam cerita novel yang dia baca, orang-orang ini hanya muncul sekilas dan hanya berperan sebagai pria brengsek yang menodai Azzura Aurora. Jika keadaannya menjadi seperti ini, Azzura yakin, alur novel ini sudah berubah.

"Dengar Bang. Aku tidak tahu apakah aku harus mengambil peran ini atau tidak, aku akan memikirkan ini untuk sementara waktu, sebelum itu, aku minta tolong untuk bersabar. Jangan menghubungi ku jika tidak ada sesuatu yang penting atau mendesak."

Hugo mengangguk mantap. Dia mengeluarkan ponsel meminta Azzura untuk memindai barcode aplikasi chating yang mereka gunakan.

"Baiklah aku mengerti. Tapi aku sangat berharap jika kau mau bergabung dengan kelompok kami. Kami tidak akan membuat mu kecewa. Kami janji."

Cukup lama mereka mengobrol. Azzura sebenarnya bingung harus menerima ini atau tidak, jika dia menerimanya, dia takut nama baik suaminya akan tercemar, namun jika tidak, Azzura juga takut kalau para gengster ini akan kembali seperti semula. Menjadi orang-orang yang suka mengganggu orang lain dan juga berprilaku tidak menyenangkan.

"Bagaimana ini Rubby. Aku harus mengambil keputusan seperti apa?"

"Ikuti kata hatimu. Tapi jika kau mengabaikan mereka, aku takut mereka akan melakukan kejahatan lagi seperti apa yang pernah mereka lakukan padamu Bos."

Azzura mengangguk -anggukan kepalanya mengerti. Dia menatap punggung segerombolan orang-orang itu cukup lama.

"Sudahlah Rubby. Lebih baik kita pergi sekarang."

****

Gardenia menghentakkan sendok pada piring yang saat itu sedang menemaninya makan siang. Sore ini dia ada jadwal untuk mengajar anak-anak SMA menari, namun entah kenapa dia menjadi sangat malas karena Gardenia masih belum berhasil membuat Azzura hancur. Gardenia menjadi sangat bingung harus melakukan apa. Gardenia merasa ada yang berbeda dari Azzura. Azzura yang sekarang benar-benar berbeda dengan Azzura yabg dulu. Jika Azzura dulu sangat penurut, lain dengan Azzura yang sekarang, dia semakin berani dan tidak takut meskipun dia telah mengancamnya.

"Bu!"

"Iya Sayang, ada apa?"

Gardenia menatap Violet dengan tatapan yang sulit untuk di artikan.

"Ibu Sayang kan sama Gardenia?"

Violet mengangguk mantap. "Tentu saja sayang dong Nak. Masa Ibu gak sayang, suka ngaco ah kamu ini."

Gardenia mengangguk mengiyakan. "Gardenia mau nanya nih Bu, kalau seumpamanya Gardenia dan Azzura sama-sama tenggelam, Ibu akan menyelamatkan siapa?"

Violet diam. Begitupun dengan suaminya, mereka saling menatap lalu kembali mengalihkan tatapan mereka pada Gardenia.

"Kalau itu terjadi, tentu saja Ibu akan menolong mu lebih dulu Nak! Kenapa harus ditanya lagi."

Gardenia tersenyum sumringah. Syukurlah, satu-satunya harta yang Azzura miliki masih ada di tangannya. Gardenia tidak menyangka jika Violet akan memilihnya daripada anak kandungnya sendiri.

"Kamu tahu Nak, Ibu itu masih kesel sama Azzura karena dia kabur dari resepsi pernikahannya waktu itu. Andai dia gak kabur, kita mungkin gak akan kehilangan banyak uang!"

Wiliam tersenyum sembari mengusap tangan Violet. "Tidak apa-apa Sayang, semuanya sudah berakhir. Ayah yakin, lambat laun Azzura akan menyesal. Dia akan kembali pada kita."

Violet mengangguk namun wajahnya masih tetap mengisyaratkan sebuah rasa bersalah. Keluarga Wiliam sudah sangat baik padanya. Tapi Azzura, anak Violet satu-satunya malah membuat kehidupan mereka semakin rumit.

"Kalian emang belum tahu ya?"

Violet dan Wiliam menatap Gardenia tidak mengerti.

"Azzura itu udah ketemu sama Kak Aaron. Sepertinya mereka juga sudah tinggal bersama."

"What?"

****

Azzura sedang bersenandung sembari di ikuti Rubby dari belakang. Sejak tadi anak anjing itu terus mengoceh dan menggerutu lantaran Azzura tidak mau menggendongnya. Ya kali Azzura harus menggendong Rubby, mereka sama-sama punya kaki, kenapa Rubby harus di gendong, jika mau di bandingkan, Rubby memiliki 4 kaki, sedangkan Azzura hanya dua, jadi yang paling di untungkan di sini harusnya Rubby kan.

"Bos kenapa gak naik taksi aja sih, capek tahu jalan kayak gini terus. Nanti kalau kaki aku bengkak Gianna?"

"Itu resiko mu. Kau yang mengajak ku jalan-jalan. Kenapa sekarang malah mengeluh, lagipula ongkos naik taksi itu mahal, mending jalan kaki aja biar sehat."

Rubby merengut tidak suka, tapi apa yang bisa dia lakukan. Dia tidak memiliki kekuatan untuk menghilang seperti jin. Jika Rubby memiliki kekuatan seperti itu, dia pasti akan sering memanfaatkannya.

"Ekh!"

Azzura terkejut saat melihat seorang kakek sedang menarik gerobak berisi sampah plastik dan juga kardus-kardus bekas, mungkin kakek itu adalah seorang pemulung. Meskipun dia sudah tidak bisa berdiri tegak, namun Azzura sangat mengapresiasi kegigihannya. Dalam keterbatasan yang kakek itu miliki, dia tidak mengemis, malah capek-capek seperti ini.

Azzura diam-diam membantu kakek itu mendorong gerobaknya. Apalagi saat menemukan tanjakan, Azzura tidak terbayang bagaimana susahnya kakek ini, kemana lah anak-anak si kakek sampai tega membiarkan orang yang sudah renta bekerja sangat keras. Azzura dulu juga adalah seorang kuli panggul, namun karena dia memiliki kelebihan, pekerjaan itu tidak sulit untuk Azzura.

Hampir satu jam Azzura mendorong gerobak tersebut, hingga dia melihat area sekitar. Sepertinya mereka sudah sampai di tempat pengepul. Tidak ingin berlama-lama di sana, Azzura pun kembali tanpa melihat Kakek itu lagi.

"Sekarang kita pesan taksi Rubby!"

Rubby mendengus. Harusnya mereka sudah sampai di rumah sejak tadi. Tapi karena Azzura malah membantu kakek tersebut, mereka malah semakin menjauh dari area rumah Aaron.

"Jika kau memintaku untuk berjalan lagi, sepertinya aku akan mati."

Azzura tertawa. "Bukankah kau tidak akan bisa mati lagi. Nikmati saja kesengsaraan mu. Toh gak tiap hari kan."

"Dasar kejam!"

Hai Guys, kalau ada yang bingung kenapa Azzura dan Aaron Author katakan sudah menikah, itu karena Author tidak memakai latar Indonesia ya. Ada sebuah negara yang bisa mendapatkan buku nikah sebelum mereka melangsungkan sumpah. Jadi, di mata Negara, Aaron dan Azzura ini sudah sah menjadi suami isteri. Namun, pada keyakinan mereka, mereka belum melakukan sumpah pernikahan. Itu tergantung mereka memiliki kepercayaan atau tidak. So, jangan bingung-bingung lagi ya.