Dibalik sikap ceroboh dan somplak di antara ketiga sahabatnya, Zahra menyimpan kisah hidup yang cukup memilukan. Masa kecil bersama Yudha di sebuah Panti Asuhan, membuat Zahra menganggap Yudha sebagai kakak bahkan Zahra sangat mengagumi lelaki itu dan berharap bisa menjadi pendamping hidup Yudha selamanya—kelak.
Di satu sisi, Zahra berusaha menghindar dari Arga karena tidak ingin 'sial' jika berada di dekat lelaki itu. Setelah sebuah penolakan terlontar dari mulut Zahra, Arga memilih untuk pergi.
Namun, bagaimana jika sebuah rahasia tentang Yudha terkuak dan hal itu membuat Zahra kecewa? Akankah Zahra bisa memaafkan Yudha, atau mengejar cinta Arga yang pernah dia tolak sebelumnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rita Tatha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
12
Zahra makin kesal saat gelakan tawa Arga bukannya mereda, dan malah makin mengeras. Rasa sakit di kaki Zahra benar-benar terasa karena tendangan tadi cukup keras dan menguras tenaga.
"Makanya, jadi cewek jangan sok jagoan," ledek Arga.
Zahra menatap Arga dengan gigi gemerutuk. Rasanya, Zahra ingin sekali memukul wajah Arga, tetapi dia tidak memiliki keberanian untuk itu. Zahra pun berlalu meninggalkan Arga begitu saja. Tidak peduli kalaupun lelaki itu tetap menunggunya. Dengan sedikit pincang, Zahra kembali berjalan mendekati Yudha.
"Kakimu sangat sakit?" Yudha berjongkok di depan Zahra dan melihat kaki gadis itu. Embusan napas lega keluar dari mulut Yudha saat melihat tidak ada sedikit pun luka di kaki itu. Zahra tersenyum ceria saat merasakan betapa Yudha sangat perhatian padanya.
"Mas, aku akan temenin kamu di sini," ucap Zahra, membuat Yudha bangkit berdiri dan mengusap puncak kepala Zahra dengan penuh sayang.
"Kenapa kamu sangat bandel? Kalau begitu biar aku mengantarmu. Lagian, temanku tadi bilang tidak jadi pergi." Ucapan lembut Yudha mampu membuat senyum Zahra merekah sempurna. Kepala Zahra mengangguk cepat dan mereka pun naik ke motor lalu bergegas pulang menuju ke kontrakan.
Motor Arga melaju di belakang mereka. Arga benar-benar membuktikan ucapannya kalau dirinya akan mengantar dan memastikan Zahra selamat sampai rumah. Hatinya hanya akan merasa tenang setelahnya. Selama dalam perjalanan, wajah Arga tampak datar tanpa ekspresi ketika melihat pemandangan di depannya. Sungguh, Arga merasa cemburu melihat itu.
Arga menarik rem saat motor Yudha berhenti di pelataran. Dia hanya duduk mengawasi dari atas motor dengan jarak yang cukup jauh. Melihat Zahra dan Yudha yang sedang mengobrol sebelum akhirnya Zahra masuk ke rumah. Setelah bayangan Zahra sudah tidak lagi terlihat, Arga pergi terlebih dahulu sebelum Yudha putar balik.
Sebenarnya, Arga tidak langsung pulang. Dia berhenti di ujung jalan dan diam-diam akan membututi Yudha dari belakang. Entah mengapa, dia merasa curiga dengan lelaki itu. Kening Arga mengerut saat melihat Yudha berhenti bersamaan dengan sebuah mobil hitam di samping motor Yudha.
Arga menajamkan penglihatan karena merasa tidak asing dengan mobil tersebut. Pandangan Arga memindai area sekitar. Sangat sepi, bahkan tidak ada satu pun kendaraan yang tampak berlalu lalang. Arga turun dari motor, dan berjalan mengendap untuk melihat dari jarak yang lebih dekat.
Tatapan Arga sama sekali tidak terlepas dari gerak-gerik Yudha yang telihat seperti sedang mengawasi kanan-kiri. Yudha tampak masuk ke mobil dan menutup pintu dengan rapat. Arga pun masih setia berdiri di tempatnya dan terus mengawasi.
Cukup lama Arga tidak melihat Yudha keluar dari sana, dan itu makin memupuk rasa curiga Arga kepada Yudha. Tatapan Arga makin menajam dan merasa aneh saat melihat mobil tersebut yang mulai terlihat bergoyang perlahan. Arga mengarahkan pukulan ke udara ketika menyadari sesuatu yang tidak beres.
"Oh, ****!" umpat Arga.
Arga memilih pergi dari sana tanpa menunggu mobil itu berhenti bergoyang. Dia tidak menyangka kalau ternyata Yudha seperti itu. Arga pun kembali naik ke motor dan melajukannya kembali ke apartemen. Selama dalam perjalanan, Arga terus saja terbayang kejadian tadi.
"Bagaimana perasaan Zahra kalau tahu tenyata Yudha adalah lelaki brengsek." Kalimat itu terus saja mengusik hati dan pikirannya. Perasaan cemas kepada Zahra mampu membuyarkan konsentrasi Arga. Namun, sesaat kemudian lelaki itu mendengkus kasar.
"Untuk apa aku mikirin gadis ceroboh itu."
Arga pun berusaha fokus pada laju motornya. Dia ingin segera sampai di apartemen dan berendam air hangat untuk membuat pikirannya sedikit lebih rileks.