Ilona, gadis jalanan yang tidak pernah merasakan kasih sayang orang tua. Kehidupan jalanan memaksanya menjadi gadis kuat dan pemberani. Berbeda dengan Ayyara, seorang gadis culun yang selalu menjadi sasaran bully di sekolahnya. Selain penampilannya yang culun dan dianggap jelek, dia sedikit gagap saat berbicara. Bahkan kakak dan sepupunya tidak suka padanya.
Hingga suatu hari, terjadi kecelakaan yang membawa perubahan dalam hidup keduanya. Ilona terbangun dalam raga Ayyara. Kecelakaan itu mengubah semua jalan hidup keduanya. Ilona yang tidak memiliki orang tua dan kehidupannya yang susah, berubah mendapatkan kasih sayang orang tua dan kehidupan layak. Dan Ayyara, dia berubah menjadi gadis yang tak mudah ditindas.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aquilaliza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dikerjai Ayyara
Ayyara tersenyum bahagia saat terbangun dari tidur, mendapati Mala tertidur dan memeluknya erat. Ilona, gadis itu bahagia bisa berada di tubuh seorang Ayyara yang sangat disayangi kedua orang tuanya. Ia begitu bersyukur. Ia bisa merasakan kasih sayang orang tua yang tidak pernah ia dapatkan saat hidup di jalanan. Dulu, dia hanya bisa berkhayal. Tapi sekarang, ia benar-benar merasakan kasih sayang itu.
"Ma. Ma, udah senja Ma. Kita ketiduran." Ujar Ayyara membangunkan Mamanya.
Mala yang baru saja membuka matanya, terbangun dan duduk. "Mama sampe ketiduran."
"Hehehe... Iya, Ma. Ayya juga."
"Ya udah, kamu mandi gih! Mama mau turun. Jam 7 nanti, Mama sama Papa mau ngehadirin acara ulang tahun pernikahan kolega bisnis Papa. Kamu ga papa kan, di tinggal lagi?"
"Kok di tinggal lagi, sih Ma? Mama sama Papa kan baru pulang tadi."
"Sayang, Mama janji. Hanya satu jam. Setelah itu, Mama sama Papa pulang. Oke?"
"Ya udah, satu jam ya Ma?"
"Iya. Tapi, ga termasuk waktu jalannya ya?"
"Hehehe... Iya Ma."
"Terima kasih, sayang. Mama janji, setelah masalah di restoran selesai, Mama akan serahin semuanya ke orang kepercayaan Mama. Mama akan tetap di rumah dan fokus sama kamu, Deon dan Gian."
"Makasih, Ma." Ayyara memeluk Mala, yang dibalas oleh wanita itu.
"Sama-sama, sayang. Ya udah, kamu mandi ya. Mama turun dulu." Wanita itu mengecup kening putrinya lalu menuju kamarnya.
30 kemudian.
Ayyara berdiri sambil melambaikan tangannya pada Abima dan Mala. Mobil keduanya keluar halaman rumah dan mulai menjauh. Ayyara kembali masuk setelah Pak Tanto menutup gerbang rumahnya.
"Astaga setan!" Kaget Ayyara saat berbalik dan mendapati Deon Gian berdiri menjulang didepannya
"Apaan sih? Kita manusia, bukan setan!" Kesal Gian.
"Ya maaf, lo berduakan ngagetin gue."
"Udah, itu ga penting. Kita disini mau terima kasih sama lo!" Ujar Deon. "Lo udah nyelamatin kita dari Papa."
"Nyelamatin apanya? Kita di hukum bersihin gudang, itu nyelamatin?" Cerocos Gian.
"Lo berdua di suruh bersihin gudang? Malam-malam gini?" Kedua cowok itu mengngguk. "Hahaha... Itukan urusan lo berdua. Kenapa cerita ke gue?"
Sialan lo Ayya! Ketawa aja sepuas lo. Kita liat, apa lo masih bisa ketawa nanti? Batin Deon.
Ketawa aja lo! Palingan entar lagi nagis. Batin Gian.
"Jangan gitu dong, Ayya. Kita di hukum juga gara-gara lo!"
Ayyara terdiam. Dia mencium bau-bau tidak beres dari kedua abangnya ini. "Iya, gue tau! Ayo ke gudang! Gue bantuin." Keduanya langsung tersenyum senang mendengar jawaban Ayyara. Mereka bertiga bergegas ke gudang.
Gue jadi penasaran, apa yang kalian rencanain? Jadi pengen cepat-cepat sampe di gudang ni gue. Batin Ayyara.
"Nah, ini gudangnya! Lo masuk dulu, gue sama Gian ambil sapu."
"Kenapa harus dua orang? Aaa... gue tau, lo berdua ga berani jalan sendirikan?" Tuduh Ayyara berpura-pura bodoh.
"Iya-iya. Kita ga berani jalan sendiri." Jawab Gian.
"Ya udah, cepat sana ambil! Jadi cowok cemen amat."
Gian dan Deon segera berjalan. Namun, mereka segera berbalik saat Ayyara masuk dan pintu gudang tertutup. "Aaaaa..." Teriakkan Ayyara membuat Deon dan Gian terkikik senang.
Rasain lo!
Mampus lo! Berani-beraninya ngadu sama Mama Papa.
Sedangkan di dalam, Ayyara terduduk santai di sebuah kursi sambil menatap boneka hantu yang tergantung di sudut tembok. Saat matanya tak sengaja melihat kain putih yang tergeletak di atas meja lama, Ayyara menyunggingkan senyumnya. Ia meraihnya dan menutupi tubuhnya dengan kain itu.
Mau gangguin pake cara ini? Sorry bro, ga mempan! Sekarang, lo berdua yang balik gue kerjain.
Deon dan Gian berhenti terkikik saat tak mendengar suara Ayyara lagi. Gadis itu hanya berteriak sekali. Saat pemikiran yang sama melintas di otak mereka, keduanya saling berpandangan dengan mata yang melotot.
"Ayya pingsan!" Ujar keduanya yang langsung mendorong pintu.
Brakkk...
"Aaaaa... Setaaaan..." Teriak keduanya bersamaan saat pintu terbuka lebar. Sosok putih berdiri di depan mereka dengan kainnya yang melambai-lambai. Gian sampai terjatuh kerena kaget. Sementara Deon, dia langsung berlari meninggalkan Gian.
"Aaaaa... De-Deon! Jangan tinggalin gue, anjir!" Ujarnya begitu ketakutan. Sementara Ayyara, yang tubuhnya sempurna di tutup kain dari atas kepala sampai ujung kaki pun semakin mendekatinya.
"Deon!!" Teriaknya. "Ha-hantu, ja-jangan gang...guin gu-gue, Tu!" Ujar Gian terbata.
Deon yang berlari menghentikan larinya dan berbalik ke arah gudang. Ia ingat, ia meninggalkan Gian sendirian.
"Ha-hantu. Ja-jangan makan gue! Daging gue pahit karena banyak dosa. Adek gue ada disini tadi. Kenapa ga ada? Lo udah makan dia tadi? Rakus amat lo, hantu! Adek gue lo makan. Sekarang mau makan gue juga lo."
Deon yang tiba dengan nafas ngos-ngosan ikut gemetaran melihat makhluk putih itu semakin mendekat. "Anjir! Ngapain lo duduk disini? Ayo kabur!"
Deon langsung menarik kaos yang digunakan Gian, dan menyeretnya keluar gudang. "Ayo bangun!"
"Kaki gue lemas, De."
"Lembek amat lo! Mau gue seret ni sampe depan rumah?!"
"Ga! Ayo, kabur!" Balas Gian, bangun dan dengan cepat berlari menjauh.
"Anjir! Ninggalin gue lagi tu bocah." Gumam Deon. "Woi, Gian! Kurang ajar lo! Tungguin gue!" Teriak Deon ikut berlari ke arah yang sama dengan Gian.
Di gudang, Ayyara melepaskan kain putih tersebut sambil tertawa terpingkal-pingkal. "Hahaha... Hahaha... Aduh, sakit banget perut gue. Hahaha... rasain lo berdua." Ayyara melangkah keluar dan menutup kembali pintu gudang.
Ia bergerak menuju rumah. Meski sudah memasuki rumah, tawanya masih belum bisa ia hilangkan. "Lucu banget si lo berdua. Hahaha... ngerjain orang malah kabur sendiri. Hahaha... aneh." Ujar Ayyara, menaiki tangga menuju kamarnya. Meninggalkan Deon dan Gian yang menatapnya tajam.
Keduanya baru tersadar saat tiba di ruangan itu. Ternyata mereka dikerjai Ayyara.
***
Suasana kantin mulai terlihat ramai. Ayyara hanya terduduk diam sendiri, menikmati mie ayam di meja favoritnya sejak pertama makan di kantin tersebut.
Sementara Kenzo, dia juga sendiri duduk di meja sudut. Dimana, dia lebih leluasa menatap Ayyara. Segelas minuman yang terhidang di depannya tidak di sentuhnya sama sekali. Matanya tetap sibuk menatap Ayyara.
"Kak," Tepukan di bahu, tak membuatnya mengalihkan tatapannya.
"Apaan si? Ganggu aja lo!" Ujarnya, menggerakkan bahunya agar tangan itu terlepas dari bahunya.
"Kak Kenzo!!" Segera dia berbalik saat mendengar panggilan itu. Ia kenal betul suara yang memanggilnya. Dia Vanya. Suaranya yang menggelegar saat memanggil Kenzo membuat seisi kantin menatapnya, termasuk Ayyara.
"Vanya?"
"Apa? Aku gangguin Kakak kan? Kakak natap cewek oplas itu segitunya. Kakak suka sama dia? Aku ini pacar Kakak. Tapi Kakak ngatain aku ngeganggu Kakak!"
"Vanya!!" Bentak Kenzo, membuat cewek itu melototkan matanya.
"Kamu bentak aku? Kamu bentak aku hanya karena cewek itu?"
"Vanya, aku ga sengaja!"
"Kamu bilang ga sengaja? Kamu dalam keadaan sadar tadi pas ngebentak aku."
"Vanya, aku minta maaf ya?"
"Ga! Aku harus kasih pelajaran sama cewek itu!" Vanya berjalan mendekati Ayyara. Kenzo yang melihatnya berusaha menahannya. Namun perempuan itu tetap bersikeras menghampiri Ayyara.
"Vanya!" Dia tidak peduli dengan teriakan itu.
"Heh, Ayyara! Lo itu cewek ga punya malu." Ujar Vanya. Ayyara hanya terdiam sambil menatap Vanya datar. Ia menyuapkan mie ayam terakhir ke mulutnya. Saat hendak meminum air, Vanya mengibaskan tangannya hingga terkena gelas yang Ayyara pegang dan terjatuh.
Prakk...
Pecahan gelas berserakan di lantai kantin. Ayyara yang belum sempat meminumnya pun merasa kesal. Ia berdiri dan menatap tajam Vanya. Ia menarik kerah seragam Vanya.
"Gue ga ngegoda cowok lo!! Cowok lo aja yang matanya jelalatan. Makanya, kalo punya cowok dijaga. Kalo perlu, dikantongin biar ga nyari cewek lain!" Ujar Ayyara.
Gadis itu merapihkan kembali kerah segaram Vanya. "Gue haus! Mau minum dulu!" Ujar Ayyara, lalu melenggang menuju Ibu kantin untuk meminum air.
Vanya menatap Kenzo yang berdiri di sampingnya. Tatapan lelaki itu terlihat dingin dan datar menatap Vanya. Tanpa sepatah kata yang keluar, Kenzo langsung meninggalkan Vanya.
/Rose//Rose//Rose/