Kisah ini menceritakan tentang dua insan manusia yang terpaksa menikah hanya untuk membahagiakan orang tua masing-masing.
Aluna Alexander seorang mahasiswi keperawatan terpaksa menikah dengan seorang pria asing putra dari sahabat Alexander.
Bryan Smith seorang CEO dingin, memiliki sifat cuek dan anti wanita. Baginya wanita yang patut dicintai di dunia ini hanya Eliza cinta pertama Bryan.
Akankah cinta mereka bersemi atau malah layu disaat cinta itu belum tumbuh?
Penasaran? Yuk baca trus ceritanya. 🤗
Jangan lupa masukan dalam list favorit agar tidak ketinggalan cerita selanjutnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon senja_90, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Memilih Cincin
Aluna dan Bryan berjalan beriringan meninggalkan cafe setelah menghabiskan semua makanan yang dipesan.
"Daddy meminta saya untuk memilih cincin pertunangan kita jadi habis dari sini kita ke toko perhiasan dulu."
"Tuan beri tahu saja kita akan ke toko perhiasan mana, nanti saya menyusul."
Bryan berhenti berjalan, sementara Aluna tidak menyadari bahwa Bryan masih tertinggal dibelakang dengan ekspresi yang sulit diartikan. Rudy yang menyadari bahwa saat ini tuannya sedang kesal langsung menghampiri Aluna.
"Maaf nona, sebaiknya anda ikut saja dengan kami karena Tuan Bryan tidak suka kalau harus menunggu."
"Jika saya ikut kalian lantas bagaimana dengan motor saya?"
"Cih, orang mana yang akan tertarik dengan motor bututmu nona." Sindir Bryan sambil menuju mobil mewah yang ditumpanginya.
"Biarpun butut tapi dia sangat berjasa dalam hidup saya tuan, berkat bantuan "dia" saya bisa pulang pergi rumah-kampus dengan selamat." Ucap Aluna sambil menunjuk motor bebek kesayangannya.
Rudy hanya tersenyum melihat tingkah laku Bryan dan Aluna.
"Anda baru saja bertemu dengan Nona Aluna tapi sepertinya gunung es dalam diri anda sedikit mulai mencair. Saya rasa Nona Aluna memang wanita yang tepat untuk mencairkan hati anda tuan." Ucap Rudy sambil tersenyum.
"Nanti saya akan meminta orang untuk mengurus motor anda nona. Anda naik mobil saja bersama kami agar lebih menghemat waktu." Rudy berusaha menengahi perdebatan antara Bryan dan Aluna.
"Baiklah tuan. Anda sungguh baik sekali. Berbeda dengan tuan itu. Dia sangat dingin dan juga jutek." Aluna sambil melirik ke arah Bryan.
Rudy membukakan pintu untuk Aluna. Aluna masuk dan segera duduk di seat kedua disamping Bryan. Setelah memastikan Bryan dan Aluna menggunakan seat belt, Rudy segera memasang seat belt dan melajukan kendaraan.
Tiga puluh menit mobil mewah itu melaju akhirnya sampai ke sebuah mall megah di kawasan Jakarta Pusat. Mereka memasuki mall itu dan masuk kesebuah toko perhiasan.
"Selamat siang tuan-nona. Ada yang bisa saya bantu?"
"Saya sedang mencari cincin pertunangan. Bisa tolong kamu bantu carikan yang paling bagus dan sangat mahal."
"Baik tuan, silahkan."
"Tunggu, kenapa harus cincin yang mahal. Kenapa tidak yang biasa saja." Aluna menarik lengan Bryan, dia tidak setuju dengan Bryan yang memutuskan secara sepihak.
"Saya ini seorang CEO dan calon mertuamu seorang pendiri perusahaan terkenal. Apa kamu mau mempermalukan kami?" Ucap Bryan dengan tatapan membunuh.
"Tapi tuan kata papa saya, kita itu hidup harus berhemat jangan berlebih-lebihan. Biarpun kita mempunyai uang banyak sebaiknya uangnya ditabung untuk masa depan. Tuan ingat tidak, ada pepatah mengatakan "hemat pangkal kaya"." Aluna masih menolak dengan halus keinginan Bryan.
"Kamu pikir keluargaku akan bangkrut hanya mengeluarkan sedikit uang untuk membeli cincin tunangan?"
"Saya tidak berpikiran seperti itu tuan. Saya malah berdoa semoga keluarga anda selalu berjaya."
"Ya harus berjaya lah, karena kalau tidak berjaya kelak kamu akan menjadi gembel dan tidur dibawah kolong jembatan."
Aluna masih menahan lengan Bryan dengan kedua tangannya, sementara Bryan tidak menyadari bahwa sedari tadi lengannya tersentuh Aluna. Bryan merasakan kehangatan menyeruak keseluruh tubuh.
"Aneh, kenapa tiba-tiba tubuhku terasa hangat. Kehangatan ini terakhir kali aku dapatkan ketika Eliza masih ada disampingku." Bryan bergumam dan matanya melirik ke arah bawah dan dia menemukan saat ini kedua tangan Aluna berada tepat sedang menahan tangannya.
"Apa yang sedang kamu lakukan, nona aneh?!" Teriak Bryan.
Seluruh karyawan dan pengunjung yang ada di toko perhiasan langsung melihat kearah mereka.
"Maaf tuan, saya tidak bermaksud menyentuhmu. Saya hanya tidak setuju dengan keputusanmu membeli cincin tunangan dengan harga yang mahal. Itu saja kok." Aluna sambil melepaskan tangannya dari lengan Bryan.
"Bisa mati dibunuh pria ini jika aku terus membantah." Ucap Aluna lirih.
"Kamu mengambil kesempatan dalam kesempitan untuk menyentuh saya?"
"Tidak tuan, sumpah demi apapun saya tidak bermaksud mencari kesempatan menyentuhmu!"
"Itu saya benar-benar tidak sengaja."
"Nona, sebaiknya anda menuruti saja apa keinginan Tuan Bryan agar urusan ini cepat selesai." Rudy membisikan sesuatu ke telinga Aluna.
"Baik tuan, terserah kamu saja kalau begitu. Saya akan menuruti apa kata tuan."
Seorang karyawan toko membawakan beberapa model cincin tunangan yang di inginkan Bryan.
"Permisi tuan, ini ada beberapa jenis cincin recommended dari toko kami. Silahkan dipilih."
"Saya pilih cincin yang ini saja mbak. Cincin ini akan saya ambil lima hari lagi jadi tolong di design dengan cantik dan sangat bagus."
"Tentu saja tuan, kami akan melakukan yang terbaik."
"Mari nona, kita ukur dulu jari manis anda." Perintah Karyawan kepada Aluna.
"Baik mbak."
Aluna hanya bisa pasrah ketika seorang karyawan mengukur jari manisnya. Memastikan ukuran yang pas karena cincin yang dipesan bukan barang murah melainkan cincin mahal yang kalau dihitung-hitung bisa dipakai untuk membeli beberapa buah rumah elite di kawasan Jakarta.
drt drt drt
Ponsel Bryan bergetar
"Halo daddy, iya saat ini kami sudah di toko perhiasan. Gadis aneh itu. Ehm maksud Bryan, Aluna sedang diukur jarinya untuk menyesuaikan ukuran cincin. Bryan sudah membeli cincin yang paling mahal untuk Aluna."
"Daddy tenang saja, Aluna aman bersama Bryan. Bryan tidak akan berbuat macam-macam kepada Aluna."
"Bagus, daddy percaya kamu Ry. Jaga Aluna dengan baik. Awas saja kalau sampai kamu menyakitinya, tamat riwayat kamu!" Ancam Reymond.
Reymond mematikan sambungan telpon
"Jika semua urusan sudah selesai, mari nona saya antar pulang." Tawar Rudy.
"Motor saya bagaimana tuan? Apakah sudah dibawa pulang orang suruhan anda?"
"Nona tenang saja, saya sudah meminta orang untuk membawa motor anda kerumah. Saat ini motor anda sudah ada dirumah. Ini silahkan anda lihat." Rudy menyodorkan sebuah foto dari ponselnya. Nampak si bebek motor kesayangan Aluna sudah terparkir rapih di pekarangan rumah.
"Wah, ternyata tuan tidak berbohong. Terima kasih banyak tuan atas bantuannya." Ucap Aluna dengan tulus sambil membungkuknya tubuh.
"Gadis bodoh, dia itu kelak jadi bawahanmu. Untuk apa kamu membungkukan diri dihadapannya?"
"Saya masih belum menjadi istrimu tuan jadi saya masih harus bersikap sopan kepada Tuan Rudy."
"Cepat masuk mobil, saya tidak ingin menunggu terlalu lama di dalam sini. Ingat, waktu adalah uang bagi saya."
"Baik Tuan Bryan yang terhormat."
Akibat merasa lelah seharian beraktifitas, dalam perjalanan pulang Aluna tertidur. Ditambah saat itu keadaan jalanan macet. Semua orang baru saja pulang bekerja. Berbondong-bondong melajukan kendaraan di jalanan ibu kota. Suara klason menandakan mereka tidak sabar ingin segera pulang dan mengistirahat tubuh bertemu keluarga tercinta dan menghabiskan waktu bersama orang terkasih.
Sesungguhnya mereka (novelis dan reader) yang memuja2 pebinor adalah manusia (novelis dan reader) dengan kesetiaan sangat rendah,
Coba tanya kan pada diri kalian, juga ada wanita lain yang suka pasa suami kalian dan berusaha sok baik didepan suami kalian dan berusaha dekat dengan suami kalian dan yang paling penting bawa suami kalian pergi jauh, apakah kalian akan bilang wanita itu adalah wanita baik2 dan punya cinta tulus bukan pelakor,
Coba tolong jangan munafik dalam menilai.
Karena sesungguhnya pelakor dan pebinor sama2 menjijikan
ujung2 nya balik ke Bryan