Kusut

Pagi harinya, Davin sengaja melihat Sherly menyiapkan sarapan secara diam-diam. Wanita itu terlihat beberapa kali melihat kanan dan kiri sehingga membuat Davin semakin curiga.

Sherly berjalan menuju dapur dan mengambil botol selai yang ditemukan Davin semalam. Membawa ke ruang makan dan mengoleskan selai kacang coklat di roti Alsa sedangkan selai coklat di roti Davin begitupun miliknya.

Davin yang sudah geram segera menghampiri Sherly, ditariknya tangan wanita itu dan juga menampar pipi kanan Sherly hingga ia terjatuh ke lantai.

"Pergi lo dari sini!! Gue gak sudi kenal sama perempuan licik kayak lo. Pergi sekarang!!" bentak Davin yang membuat Sherly gemetar ketakutan, Alsa yang baru keluar dari kamar bingung melihat kakaknya begitu marah. Padahal selama ini yang ia tahu adalah Davin seorang lelaki yang cukup sabar.

"Vin, lo salah paham! Gue bisa jelasin," mohon Sherly. Ia mencoba memegang lengan Davin, namun ditepis kasar pria itu.

"PERGI!"

Alsa tersentak kaget hingga tanpa sadar ia menjatuhkan vas bunga, Davin melihat Alsa yang menatapnya takut dan pria itu menghampiri adiknya.

"Davin, lo akan menyesal udah ngusir gue," ancam Sherly namun tak digubris oleh Davin.

"Kak?"

"Gak ada apa-apa, Sayang." Davin menenangkan Alsa dan memeluknya, kemudian ia menyuruh Alsa menunggu di meja makan sedangkan pria itu sibuk menyiapkan sarapan juga bekal Alsa.

***

Sherly yang kesal terus saja mengumpat dan menyumpah serapahi Alsa. Ia menuju ke rumah Papanya Davin berniat mengadu, tentu saja dibumbui dengan cerita palsunya.

"Jadi begitu, Om." Sherly telah menceritakan insiden penamparan yang dilakukan Davin padanya, ia juga bercerita bahwa Alsa sengaja menjauhkan Davin darinya dan memfitnah Alsa yang telah menyebabkan Davin menampar perempuan tersebut.

Tentu Papa Davin yang memang kurang suka dengan Alsa juga mendiang menantunya semakin berang mendengar penuturan palsu Sherly.

"Dasar!! Anak tidak tahu diri, sudah bagus Davin mau merawatnya sejak kecil. Sekarang ia malah jadi pembawa sial untuk Davin!"

Berbeda dengan sang Papa, Mama Davin justru tak percaya dengan cerita Sherly. Meskipun ia tak begitu dekat dengan Alsa, namun ia yakin gadis kecil itu tak mungkin selicik yang diceritakan calon menantunya tersebut.

Dulu saat Alsa masih kecil, ia pernah tinggal dengannya karena Grace begitu menyayangi Alsa. Maka perempuan paruh baya itu yakin kalau gadis sepolos Alsa tak mungkin berpikiran sejauh itu.

"Tenanglah, Sherly. Om punya rencana untuk membuat Davin dan Alsa berpisah. Jadi kamu jangan khawatir, ya?"

Dan mereka pun tersenyum membayangkan rencana yang pasti akan berjalan dengan lancar. Mama Davin tak bisa mencegah sang suami yang berwatak sangat keras seperti putra sulungnya, dan ia memilih diam.

***

Jam istirahat kedua, Ken dan Alsa duduk berdua di taman, mereka bercanda juga tertawa bersama.

Ken memang masih belum bisa melupakan Tyas, tapi ia merasa sangat nyaman bersama dengan Alsa. Meskipun ia yang harus banyak bicara dan mencari topik yang bisa dibahas atau lelucon garing yang bahkan tak perlu susah-susah ia lontarkan jika bersama Tyas.

Tapi baginya, Alsa adalah gadis yang berbeda. Ia bukanlah gadis cerewet dan centil seperti kebanyakan gadis yang ia temui.

"Ca, sepulang sekolah kita nonton, yuk. Ada film bagus yang pengen gue tonton," ucap Ken antusias, ia sangat ingin melihat ekspresi Alsa ketika menonton film horor. Ia membayangkan Alsa yang akan terkejut atau ketakutan yang refleks akan memeluknya seperti yang Tyas lakukan.

"Boleh, Kak. Tapi aku bilang kakak aku dulu ya, takutnya nanti dia cariin," jawab Alsa kalem.

"Ok! Ntar gue tunggu di gerbang, ya?" Kenzo semakin senang saat Alsa mengangguk setuju. Ia ingin tertawa keras saat membayangkan Alsa yang ketakutan dan akan langsung menempel padanya. Ia ingin melihat Alsa seperti gadis-gadis yang selama ini ia pacari, mencari kesempatan untuk memeluk Ken di sela-sela film horor diputar.

Tanpa mereka sadari, Tyas melihat semuanya dan menganggap Alsa adalah penyebab putusnya mereka. Padahal ia sendiri juga sadar telah menduakan Kenzo yang mempunyai sifat cuek pada dirinya.

***

Ken dan Alsa kini tengah menikmati film horor yang diputar pada layar lebar bioskop. Hampir seluruh penonton berteriak ketakutan selama sesi kemunculan hantu.

Namun hal itu tak berlaku bagi Alsa, ia hanya duduk diam memandang datar pada layar bahkan sesekali berteriak 'woooaahh kereeennnn' saat hantu berbalut kain putih dengan wajah rusak itu muncul.

Sedangkan Ken, jangan tanya pria itu bagaimana. Bahkan selama film diputar ia yang paling heboh bersumpah serapah akibat kaget.

Entah sudah berapa kali ia dilempari popcorn oleh penonton lain karena sikapnya yang terus ribut, bahkan kini Ken yang bersembunyi dibahu Alsa karena ketakutan.

Ken memang paling suka film horor, hanya saja ia paling takut dengan pocong. Film hantu yang paling ia hindari adalah hantu berbungkus tersebut, ia yang sudah senang mengajak Alsa nonton sampai tak melihat judul film horor itu.

Dan kini keadaannya berbalik, Ken benar-benar merutuki kebodohannya sendiri. Ia semakin kesal saat melihat Alsa yang memasang tampang bingung melihatnya yang seakan ingin menangis.

"Woooaaahhhh ... kereeennnn."

"Kyaaaaa!!" -Ken

________Tbc.