NovelToon NovelToon
Menyembunyikan Anakku Dari Mantan Suamiku

Menyembunyikan Anakku Dari Mantan Suamiku

Status: sedang berlangsung
Genre:Lari Saat Hamil / Single Mom / Cerai / Janda / Duda / Cintapertama
Popularitas:7.7k
Nilai: 5
Nama Author: Ara Nandini

Alina harus menerima kenyataan kalau dirinya kini sudah bercerai dengan suaminya di usia yang masih sama-sama muda, Revan. Selama menikah pria itu tidak pernah bersikap hangat ataupun mencintai Alina, karena di hatinya hanya ada Devi, sang kekasih.

Revan sangat muak dengan perjodohan yang dijalaninya sampai akhirnya memutuskan untuk menceraikan Alina.

Ternyata tak lama setelah bercerai. Alina hamil, saat dia dan ibunya ingin memberitahu Revan, Alina melihat pemandangan yang menyakitkan yang akhirnya memutuskan dia untuk pergi sejauh-jauhnya dari hidup pria itu.

Dan mereka akan bertemu nanti di perusahaan tempat Alina bekerja yang ternyata adalah direktur barunya itu mantan suaminya.

Alina bertemu dengan mantan suaminya dengan mereka yang sudah menjalin hubungan dengan pasangan mereka.

Tapi apakah Alina akan kembali dengan Revan demi putra tercinta? atau mereka tetap akan berpisah sampai akhir cerita?

Ikuti Kisahnya!!!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ara Nandini, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

11. Pesta ulang tahun

"Tenang dulu, Alina," ucap Leon lembut. Ia menepikan mobil sejenak di bahu jalan, lalu meraih tangan Alina yang masih gemetar hebat.

"Gimana bisa aku tenang, Leon!? Kamu lihat sendiri tadi, wanita itu menghina aku dan Aeris seolah kami ini sampah!" seru Alina dengan suara bergetar. Napasnya masih memburu, amarah dan rasa sakit berbaur menjadi satu. Matanya yang indah kini berkaca-kaca, menahan tangis yang siap pecah kapan saja.

"Mama... jangan nangis, ih. Aeris nggak suka lihat Mama nangis gara-gara orang jahat itu," ucap Aeris yang duduk di kursi belakang.

Alina menoleh ke belakang, hatinya mencelos melihat binar mata putranya yang tulus. Ia langsung menarik tangan bocah itu, mengangkat Aeris ke gendongannya dan memeluk Aeris erat, mencium keningnya berkali-kali.

"Nggak apa-apa Aeris dikeluarin dari sana. Aeris nggak sedih kok, Ma. Aeris cuma sedih karena harus pisah sama Tya," gumam bocah itu pelan. "Tapi kalau sama si Rio itu... ck, harusnya kan dia juga dikeluarkan! Dia yang dorong Aeris duluan."

Alina mengusap air matanya, mencoba tersenyum di depan anaknya. "Iya, Sayang. Nanti Mama cariin TK baru yang lebih bagus buat kamu, ya."

"Kenapa sih, Ma? Kalau orang nggak punya Papa selalu dibilang anak haram?" tanya Aeris tiba-tiba. Pertanyaan itu bak petir di siang bolong bagi Alina.

"Padahal kan di dunia ini nggak ada yang namanya anak haram. Semua anak itu baik, karena mereka nggak bisa milih terlahir dari orang tua mana. Benar kan, Om Leon?"

Leon tertegun, ia menatap Aeris dengan rasa kagum sekaligus sesak. "Kamu benar seratus persen, Aeris. Kamu anak hebat, anak kebanggaan Mama."

Alina tersenyum haru.

"Semua orang jahatin Mama sama Aeris. Nenek bau tanah itu juga sama!" celetuk Aeris ketus, merujuk pada Ibu Leon yang pernah menemuinya.

Leon dan Alina spontan tertawa kecil di tengah suasana haru itu.

"Sayang, nggak boleh ngomong gitu... itu kan Mamanya Om Leon," tegur Alina, meski hatinya sedikit setuju.

"Emang bener, kok! Mamanya Om Leon itu jahat! Nyuruh-nyuruh Mama ninggalin Om Leon! Padahal Om sendiri yang terus-terusan deketin Mama!" ujar Aeris tegas sambil bersedekap dada.

Leon terkekeh pelan. "Iya, iya. Nanti Om hukum deh neneknya kalau ketemu lagi."

"Bilangin ya ke Mamanya Om, mulutnya dijaga. Nggak takut apa dia diazab? Aeris pernah nonton film, ada orang yang dikutuk jadi batu gara-gara sering jahatin orang. Ih, serem!"

Alina kembali terkekeh, bebannya sedikit terangkat karena celotehan putranya. "Udah, sekarang kita pulang."

"Mau mampir beli es krim dulu? Buat dinginin hati kalian berdua," tawar Leon sambil mulai menjalankan mobil kembali.

"Nggak usah basa-basi lagi, Om. Ya jelas mau, lah! Ukuran jumbo ya!" sahut Aeris cepat yang disambut gelak tawa orang dewasa di mobil itu.

Di sudut lain kota, suasana sibuk terasa di sebuah bangunan kecil bernama Autisa Cake. Aroma mentega cair dan vanila yang dipanggang memenuhi udara, memberikan kesan hangat bagi siapa pun yang melintas.

Kamelia, wanita berusia empat puluh lima tahun yang masih tampak awet muda, sibuk di dapur. Tangannya cekatan menata adonan kue di atas loyang.

"Cika, tolong ambilkan menteganya di kulkas. Stok yang di meja sudah habis," katanya tanpa mengalihkan pandangan.

"Tunggu bentar, Bi," sahut Cika yang sedang asyik duduk di sofa depan sambil mengipasi wajahnya. Dengan gesit, gadis itu membawakan beberapa batang mentega ke dapur.

"Kayaknya istimewa banget deh, yang pesan kue ini. Sampai Bibi dari pagi nggak berhenti dandanin kuenya," komentar Cika.

"Yang pesan orang kaya dari Kota B, Cik. Pesanannya banyak dan detail banget. Jadi Bibi harus ekstra hati-hati jangan sampai ada yang kurang," jawab Kamelia lembut.

"Siapa sih yang pesan, Bi?"

"Bibi juga nggak tahu namanya siapa. Kata asistennya, majikannya sudah lama banget pengen makan kue buatan Bibi. Nanti sore asistennya yang ambil langsung."

"Sini bantuin Bibi, ya. Dua jam lagi orangnya sampai," tambahnya lagi.

Cika segera membantu: mengaduk adonan, menyiapkan loyang, dan menyusun kotak kemasan yang elegan. Tak lama kemudian, Afkar, seorang pemuda seumuran Cika, masuk membawa kantong belanjaan.

"Bi, ini stroberi segar sama whipped cream-nya," katanya sambil menyerahkannya pada Kamelia.

"Taruh di sini, Kar. Makasih ya," sahut Kamelia.

Ia memang mempekerjakan Cika dan Afkar karena kasihan melihat mereka belum mendapat pekerjaan tetap. Baginya, mereka sudah seperti anak sendiri.

"Ish, Afkar!" seru Cika tiba-tiba saat Afkar dengan jahil mengoleskan mentega ke pipinya.

"Bi! Lihat tuh, Afkar buang-buang bahan!" adunya cemberut.

"Afkar, jangan main-main, sayang bahannya," tegur Kamelia sambil menahan tawa.

"Habisnya mukanya lucu kalau lagi serius, Bi," jawab Afkar santai. Ia melihat Cika yang sibuk mengusap wajahnya yang berminyak. "Sini, biar aku bersihin."

Afkar mengambil selembar tisu dan mendekat. Ia dengan hati-hati mengelap wajah Cika. Jarak mereka begitu dekat hingga Cika bisa merasakan deru napas Afkar.

"Ngedip, yang..." bisik Afkar dengan suara husky-nya yang khas tepat di telinga Cika.

"Ish! Apaan sih!" Cika memukul pelan lengan pemuda itu, wajahnya merona merah padam karena panggilan godaan itu.

"Ehem... Nggak kasihan apa sama Bibi yang jomblo di sini?" celetuk Kamelia menggoda, membuat keduanya makin salah tingkah.

Sore harinya, sebuah mobil mewah berhenti tepat di depan Autisa Cake. Jefri, asisten kepercayaan keluarga Revan, turun dari mobil dengan setelan jas rapi.

Setelah mengecek pesanan dan memastikan semua kue tertata sempurna di bagasi, Jefri menatap Kamelia dengan tatapan kagum.

"Terima kasih banyak, Bu Kamelia. Kuenya terlihat luar biasa. Saya yakin Nyonya akan sangat senang," ucap Jefri sopan.

"Sama-sama, Nak Jef. Sungguh sebuah kehormatan bagi toko kecil kami," jawab Kamelia tulus.

"Jangan kapok ya, Om Ganteng! Nanti pesan lagi yang banyak!" celetuk Cika sambil tertawa kecil, yang langsung dibalas pelototan cemburu oleh Afkar.

Jefri tersenyum geli, namun kemudian ia teringat sesuatu. Ia merogoh saku jasnya dan mengeluarkan sebuah kartu undangan mewah berwarna gold.

"Mm... Bu Kamelia, jika Anda dan staf berkenan, datanglah ke pesta malam ini di Kota B. Ini adalah pesta ulang tahun Nyonya besar. Beliau sendiri yang meminta saya untuk mengundang pembuat kue favoritnya."

"Apa!?" Kamelia terkejut bukan main.

"Bi! Kita diundang ke pesta orang kaya!" pekik Cika kegirangan.

"Tapi Nak Jef, kami ini hanya orang biasa... saya rasa pakaian kami pun tidak pantas untuk acara seperti itu," ucap Kamelia ragu.

"Jangan khawatirkan hal itu. Majikan saya sangat menghargai ketulusan lebih dari sekadar penampilan. Datanglah kesini. Acara dimulai jam delapan malam," jelas Jefri meyakinkan.

Setelah Jefri pergi, Cika langsung melompat-lompat senang. "Bi! Ayo berangkat! Kita bisa sekalian kasih kejutan buat Kak Alina di sana!"

Kamelia terdiam sejenak, menatap undangan di tangannya. Ada perasaan aneh di hatinya, seolah ada sesuatu yang besar yang menantinya di Kota B. "Kota B, ya... Baiklah, kita berangkat."

1
rian Away
REVAN HARUS MATI .. REVAN HARUS DIBUNUH
rian Away
aeris anak haram 🤭
Sunaryati
Ada waktunya kamu bahagia Alina, dan gantian Revan yang hancur
shenina
huhhh sempat2 nya fitri bisa punya ide seperti itu untuk anak nya.. udah keliatan kalau matre, ya jelas lah siapa yg g mau bisa dapatkan menantu kaya raya
shenina
hihh najis 🤮🤮🤮 g rela kalian bahagia.. g sudi sampai al balikan dgn revan..
shenina
sabar alina.. kamu wanita mahal.. ikhlaskan ajaa
shenina
berjuang demi mendapatkan restu sampai titik darah penghabisan
shenina
anj kau revan..😏 dua manusia yg g punya hati
shenina
gak rela alina balikan dgn revan
shenina
hadeuh drama si devi
shenina
emang gak ada nama di dalam kartu undangan birthday ya..ibu kamelia dan mama ny revan k mantan besan.. masa g kenal lagi
shenina
alina yg malang 🤧
Anto D Cotto
menarik
Anto D Cotto
lanjut crazy up Thor
shenina
kasihan Aries 🥺
shenina
udah bagus mereka g usah ketemu lagi 😮‍💨
Sunaryati
Baik Alina atau kamu yang jadi istri Revan tidak akan bahagia, karena mama Revan suka sama Alina tapi Revan yang tidak suka, sedangkan Devi tidak disukai dan tak dapat restu mamanya Revan itu sangat baik karena restu ibu yang baik sama dengan ridza Tuhan. Jika kalian tetap nikah tanpa restu tidak akan bahagia. Kamu pede banget mau merawat anak Alina dan Revan, memangnya Alina mengizinkan dan Aries mau?
Sunaryati
Thoor buat Aries jangan seperti itu kasihan Alina, jadikan Aries anak yang sayang mamanya, nurut dan santun, jangan suka mengacak barang dan mik up Alina. Jangan kata- kata Aries yang seperti orang dewasa saja. Jika Aries seperti penilaian Mantan mertua dan suami laknatnya Alina tidak bisa mendidik anak.
Sunaryati
Tidak akan dapat restu jika ternyata Aries anak Revan , di bab lalu emak menyarankan di restui namun tanpa anak. Tapi karena sejak Devi sudah jika mereka pasangan suami istri dan tetap menyambut cinta Revan, emak cabut dukungannya, Revan tak menikahi Devi, dan Alina juga tidak mau kembali pada Revan.
rian Away: ngetik apaan
total 1 replies
Sunaryati
Semangat Alina, penghinaan yang dilakukan Revan sejak pasti ada balasan, ikhlas saja
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!