Seorang gadis bernama Anantari yang bercita-cita dirinya menjadi seorang ratu istana kerajaan. Perjuangan menjadi ratu kerajaan tidaklah mudah. Ketika ia ingin mewujudkan mimpi sebagai seorang ratu—terlalu banyak sekali hal yang harus ia hadapi, halangan-demi halangan terus menghampiri.
Namun ia adalah seorang gadis yang hebat. Dan tidak pernah menyerah akan mimpinya. Itu semua ia jadikan petualangan, sebuah petulangan yang panjang yang penuh lika-liku, dan Anantari selalu menjalani petualangannya menjadi seorang ratu dengan sangat riang gembira. Walaupun tidak mudah Anantari mencoba tidak menyerah, sampai mimpi menjadi seorang ratu terwujud.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ikhlas M, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11
... ...
Musuh-musuh itu terkesima. Namun salah seorang dari musuh terlihat begitu tenang. Dia sepertinya yang memimpin kelompok tersebut. Genta menatapnya dengan tajam. Genta hendak membentuk tanah-tanah itu menjadi sebuah kekuatan. Itu adalah sebuah senjata. Dia membentuk tanah-tanah itu menjadi bola-bola kecil. Ukuran bola-bola itu sekepal tangan manusia. Namun jumlahnya banyak.
Genta hendak menghentakkan kakinya sebanyak dua kali. Itu adalah tanda bahwa bola-bola itu siap menyerang cepat ke arah musuh. Dan seketika bola-bola tanah itu melesat dengan cepat menyerang sang musuh. Mereka yang berjumlah sembilan orang tumbang,
"Brak, brak, brak!"
kini tinggal menyisakan seseorang itu. Sepertinya orang itu adalah pemimpin kelompok tersebut.
Tubuhnya tinggi sepantaran dengan Genta. Tatapannya begitu dingin. Dia tersenyum sinis kepada Genta.
Lalu Genta menyerang kembali sang musuh namun kini dia menghentakan kakinya sebanyak tiga kali.
"Buk, buk...Buk!"Seketika bola-bola tanah itu melesat ke arah musuh.
“Wushhh!” Seketika sang musuh menjelma menjadi sekumpulan asap. Dan beberapa detik lalu kembali ke wujud manusia. Musuh itu menghindari serangan Genta.
“Siapa orang itu? Asap? Bagaimana dia bisa merubah dirinya menjadi asap?” Batin Genta bertanya-tanya.
Genta lalu mulai serius bertarung. Dia meningkatkan kekuatannya ke tingkatan kedua. Kali ini dia menghentakan kakinya sebanyak empat kali.
“Buk, buk ,buk...Buk!” Seketika tanah-tanah berterbangan menggumpal membentuk sebuah bola besar.
Kini Genta siap menyerang sang musuh. Terlihat tatapannya begitu tajam kepada sang musuh.
“Hancurkan!” Seru Genta.
“Wushhh!” Dengan cepat bola besar itu melesat cepat menyerang sang musuh.
“Ting!” Namun sang musuh berteleportasi.
Seketika dia berada di pinggir Genta. Lalu sang musuh
Memukul keras Genta.
“Bukk!”
“Wushhhh!” Seketika Genta terlempar jauh.
"Boom!" Dia terpental ke sebuah pohon besar.
Genta tersedak. “Ohok, ohok!” Pukulannya kuat sekali. Siapa dia sebenarnya?”
Ketika Genta terpojok, lalu Anantari, Esa, Wiraguna dan Wira hendak membantu Genta.
“Musnahkan!”
“Wushhhh!” Segumpalan air berbentuk panah menyerang cepat ke arah sang musuh. Lalu musuhnya dengan cepat menghindari serangannya. Musuhnya berubah kembali menjadi wujud asap, lalu menjelma menjadi manusia.
Anantari menohok. “Siapa dia sebenarnya? Mengapa dia bisa berubah wujud menjadi kumpulan asap?” Batinnya bertanya-tanya.
“Biar aku saja yang menghadapinya Anantari.” Pinta Wira.
Wira maju ke depan dia menatap tajam sang musuh.
“Sepertinya aku tahu kalian berasal dari negara mana.” Ucapnya kepada para perampok tersebut.
Wira menjelaskan bahwa musuhnya adalah para kesatria yang membelot dari kerajaan Darius. Wira juga menjelaskan bahwa kerajaan Darius sedang di ambang kehancuran.
Karena ada seseorang pembunuh bayaran yang hendak ingin menjadi seorang raja di istana tersebut. Namun dia mau melakukan apa saja untuk menjadi seorang raja.
Dan seorang pembunuh bayaran tersebut membentuk sebuah koloni. Dan pemimpin mereka (sang pembunuh bayaran itu) lalu menyuruh para pengikutnya untuk ikut andil dalam menggulingkan kekuasaan. Mereka membelot. Lalu Wira berpikir bahwa orang yang berhadapan dengannya sekarang adalah salah satu gerombolan pembunuh bayaran itu.
“Pemuda yang cerdas. Mengapa kamu tahu banyak tentang negara kami? Siapa sebenarnya engkau?” Tanya sang musuh sedikit geram kepada Wira. Dia berpikir Wira bukan orang biasa.
Wira menyeringai. “Kamu tidak perlu tahu siapa aku. Yasudah, sekarang aku ingin menantang mu untuk bertarung WAHAI MANUSIA ASAP!” Seru Wira dengan lantang.
Musuhnya mengangguk. Lalu Wira mulai memberikan serangan pertamanya. Namun sebelum bertarung Wira mengucapkan sebuah mantra. Itu adalah sebuah mantra untuk mengunci kekuatan sang musuh. Ketika segel itu di kunci maka musuh takkan bisa menjelma menjadi sebuah kekuatan asap.
Lalu Wira berteleportasi berada di pinggir sang musuh.
“Brakk!” Dia memukul keras sang musuh.
“Wushhhhhh!” Sang musuh terpental begitu jauh.
Dia berguling-guling. Musuh itu berdiri.
“Angin lalu angin puyuh, aku berseru padamu! Dari timur kau datang, dari barat kau berhembus. Berikan ku sedikit kuasamu untuk (tujuan) Datanglah kini, pergilah nanti!”
“Darrrr!” Petir menyambar.
Angin bergemuruh kencang. Itu seperti angin puyuh. Terlihat Wira begitu serius bertarung. Wira lalu melancarkan serangannya.
Dia menghembuskan kekuatan anginnya kepada sang musuh. Pertarungan begitu sengit. Kekuatan Wira sudah seperti angin puting beliung.
Lalu dia menghempaskannya kepada sang musuh.
“Wushhhh!” Seketika sang musuh terhempas oleh angin kencang yang hendak di lontarkan oleh Wira.
Musuhnya terpental jauh. Musuhnya lalu bangkit kembali dan Wira tak memberinya ampun.
Dia mulai menggoyangkan tangannya. Dia seperti ingin mulai menari. “Tarik napas dalam-dalam, lalu lepaskan.”
Wira lalu membuka kekuatannya. Dia meningkatkan kekuatannya ke tingkatan yang lebih tinggi.
Kini Wira bisa menggerakkan tubuh musuhnya dengan leluasa hanya dengan menggoyangkan tangannya.
Lalu Wira menggoyangkan tangannya ke atas. Seketika tubuh musuhnya terangkat. Melayang. Lalu ke bawah. Sangat Cepat.
"Wuuushhh!"
“Boom!” Seperti sebuah ledakan. Musuhnya kalah telak. Wira menang.
Tubuh musuhnya terhempas terlihat tak berday. Musuhnya tumbang oleh Wira.
Anantari, Esa, Wiraguna, dan Genta yang menyaksikan kekuatan Wira begitu terperanjat oleh kekuatannya.
Mereka tidak menyangka Wira mempunyai kekuatan sebesar itu.
“Pemuda itu hebat. Siapa dia?” Tanya Genta yang masih menohok melihat kekuatan Wira.
“Dia adalah Wira dia pemimpin prajurit Angin Barat.” Sahut Anantari sambil membelakangi Genta.
Genta mulai tertarik dengan Wira. Genta berpikir dia akan mengikutinya. Dan akan mulai berguru padanya.
Setelah mengalahkan para kelompok perampok itu. Lalu Anantari dan teman-temannya mulai mencari informasi sang musuh. Dan akan mencari tahu siapa dalang dari semua kegaduhan ini. Mereka lalu menyusuri desanya Genta. Mereka mulai menangkap para kawanan perampok tersebut. Dan Anantari menyuruh Esa dan Wiraguna hendak mengevakuasi para penduduk yang telah di jarah.
Dan Anantari, Wira, serta Genta akan menyusuri desanya Genta. Mereka akan menangkap para dalang dari semua kegaduhan ini.
...----------------...
“Itu mereka!” Seru Genta sambil menunjuk ke arah kerumunan yang sedang membakar salah satu rumah warga.
“Dasar iblis, tak punya empati!” Seru Anantari.
“Wahai dewa-dewi kehidupan aku memanggilmu, berikan semua kekuatanmu padaku!” Seru Anantari.
“Darr!” Petir dengan keras menyambar. Tanda langit telah mengecam.
“Musnahkan!”
“Wushhh!” Gumpalan air-air itu menghantam para penjarah itu. Para penjarah itu mulai lari ketakutan.
Mereka sangat ketakutan ketika Anantari hendak menyerangnya.
Namun terlihat ada seseorang yang berdiri beberapa meter di hadapan mereka. Dia tidak ikut lari dengan gerombolannya, dia terlihat begitu tenang. Sepertinya itu adalah dalang dari semua kegaduhan ini. Dia adalah salah seorang kesatria dari kerajaan Darius (seseorang bawahan dari pembunuh bayaran, yang sekarang menjadi raja di kerajaan Darius).
Lalu Anantari melancarkan serangannya kepada kesatria tersebut.
“Musnahkan!” Seru Anantari.
Lalu kesatria itu dengan gesit menghindari serangan Anantari. Dia merubah dirinya menjadi sebuah asap, ketika Anantari menyerangnya.
Wira mulai memperhatikan gerakan sang musuh. Dia sepertinya tidak jauh berbeda dengan musuh sebelumnya. Dan Wira pikir musuh tersebut menggunakan kekuatan yang sama. Dan Wira hendak memberikan Anantari sebuah petunjuk agar dengan petunjuk itu Anantari bisa mengimbangi kekuatan sang lawan.
“Anantari jika kamu ingin melawannya kamu harus membuka mempunyai mantra untuk membuka membuka segel.” Ucap Esa pada Anantari.
“Bagaimana menggunakan segel itu?” Tanya Anantari.
Wira lalu menjelaskan bahwa segel itu hanya bisa di buka dengan mantra sihir “Asap putih, asap hitam. Bukalah!”
Namun sebelum mengucapkan mantra tersebut Wira menyuruh agar Anantari menarik napasnya dalam-dalam terlebih dahulu. Fokuskan pandangan. Lalu ucapkan mantra tersebut. Anantari setuju, Anantari mengangguk.
"Baiklah Wira, akan ku coba."