Transmigrasi: Menjadi Istri Tentara Di Tahun 80-an

Keesokan harinya

Putri Ayu membuka matanya dengan perlahan mengerjapkan matanya beberapa kali untuk menyesuaikan pencahayaan masuk kedalam matanya. Dia menoleh ke samping ranjang tapi, ranjang itu terlihat masih kosong. Dia langsung saja bangkit dari tidurnya berjalan keluar dari kamar.

" Kemana Rakha?apakah dia belum kembali dari semalam?" tanya Putri Ayu kepada dirinya sendiri.

Dia mengecek semua ruangan tapi hasilnya tetap nihil. Dia tidak menemukan Jendral Rakha di mana pun hanya secarik kertas yang Jendral Rakha tinggalkan di atas meja samping tempat tidur.

[ Ayu, Maaf aku tidak sempat mebangunkanmu, hari ini aku berangkat pagi-pagi karena ada urusan penting di markas]

Putri Ayu membaca secarik kertas itu dengan pelan.Lalu menyimpannya kembali di tempat semula.Dia juga menemukan beberapa lembar uang di sana bersama buku tabungan milik Jendral Rakha.

[ Ayu, Uang ini untukmu dan buku tabungan ini sekarang kamu yang memegangnya]

Putri Ayu melongo tidak percaya saat Jendral Rakha memberikan buku tabungannya kepada Putri Ayu. Padahal selama ini dia tidak pernah memberikan Putri Ayu Buku tabungannya ataupun uang untuk belanja semua kebutuhannya dulu Jendral Rakha yang mengurusnya.

Putri Ayu menghitung uang itu dengan teliti.

"Astaga, Rp.10.000-,00 Rupiah, " ucap Putri Ayu.

Jika di Zaman abad ke-21 mungkin uang Rp. 10.000-, 00 Rupiah itu hanyalah uang recehan. Tapi di zaman ini uang sebanyak itu bisa membeli apapun yang kita mau.

"Besok aku akan pergi ke pasar untuk membeli kain, dan juga bahan makanan , Aku melihat pakaianku hanya ada beberapa pasang saja sekalian membelikannya untuk Rakha."

Putri Ayu menyimpan tabungan dan uang itu baik-baik di tempat yang aman. Lalu seteleh itu dia berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan diri.

Suasana di markas Milliter saat ini begitu sangat ramai dan meriah karena adanya acara pesta penyambutan dokter dari kota yang akan bertugas di wilayah sana.Rakha sebagai Jendral dia begitu sangatlah sibuk apalagi penyambutan ini tidak bisa di wakilkan oleh orang kain.

"Selamat datang kembali dokter Novi," ucap Jendral Rakha mengulurkan tangannya kearah Dokter Novi sembari melemparkan senyum tipisnya.

" Terima kasih Jendral, Senang bisa bekerja kembali di sini dan di sambut oleh Jendral langsung," jawab Dokter Novi dengan sangat senang.

Semua interaksi itu di saksikan oleh semua para prajurit milliter, mereka begitu gemas dan kerap sekali menjodoh-jodohkan Jendral Rakha dengan Dokter Novi.

"Wah, selama saya bertugas di sini bersama dengan jendral Rakha saya baru melihat Jendral Rakha tersenyum seperti ini kepada wanita bahkan kepada istrinya pun dia tidak pernah,"

"Tentu saja, pernikahannya dengan Putri Ayu itu hanyalah kecelakaan sedangkan dengan dokter Novi itu adalah cinta sejati mereka berdua."

"Memang pantas jika mereka menjalin hubungan apalagi kalau sampai menikah."

"Tapi sayangnya Jendral Rakha justru malah menikah dengan si babi gendut itu."

Banyak di antara prajurit lain memuji dan membandingankan Putri Ayu dengan Novi bahkan mereka dengan terang-terangan menjodohkan Jendral Rakha dengan Dokter Novi.

Acara penyambutan itu berlangsung sampai malam hari bahkan pesta penyambutan itu begitu sangat meriah. Banyak istri Tentara yang datang hanya untuk menyambut kedatangan Dokter Novi dan menaruh harap kepada nya.Sedangkan Putri Ayu, di rumah sendirian menunggu suaminya pulang.

"Kemana Rakha, kenapa jam segini belum pulang? Biasanya jam segini dia susah sampai di rumah," kata Putri Ayu sembari menatap ke arah jam dinding.

Doa langsung saja bangkit dari duduknya berjalan masuk kedalam kamar untuk mengganti pakaiannya.Lalu pergi meninggalkan rumah untuk menyusul Jendral Rakha ke barak Militer. Jika dia bertugas biasanya ada anak buahnya yang memberitahukannya,tapi kali ini tidak ada seorang pun yang datang kerumahnya.

Saat Putri Ayu keluar dari Rumah Bu Anggun tetangganya yang waktu itu menyapanya." Eh, Ayu kamu mau ke markas juga ya? Kalau begitu ayo bareng kami " ajak Bu Anggun kepada Putri Ayu.

Sedangkan wanita yang bersama Bu Anggun hanya mencebikan bibirnya menatap tidak suka ke arah Putri Ayu." Bu,ngapain kamu mengajak Putri Ayu, kamu kan tahu sendiri sifat dia bagaimana? lebih baik kita tinggalkan saja dia jangan mengajaknya kesana kalau tidak mungkin dia nanti akan bikin onar di acara pesta," kata seorang wanita yang tak lain adalah Bu Indah tetangga Anggun yang dulu pernah Ayu sakiti.

Putri Ayu tertegun dengan ucapan Bu Indah , Dia menghela nafas kasar lalu berjalan mendekat ke arah Bu Indah sembari melemparkan senyumnya." Bu, maaf ya selama ini saya banyak salah kepada ibu bahkan saya waktu itu dengan lancang berseteru dengan ibu sampai saya mencuri makanan dan juga uang milik ibu, " kata Putri Ayu dengan tulus.

Dia mengeluarkan beberapa uang pecahan lalu memberikannya kepada Bu Indah." Maaf Bu, Ini uangnya saya ganti kembali saya harap Bu Indah bisa memaafkan Ayu."

Bu Indah memang kesal kepada Ayu tapi dia tidak meminta Ayu menggantikan uangnya karena selama Ayu membuat onar Jendral Rakha selalu saja membereskan masalah itu dan mengganti setiap kerugian warga.

"Eh Yu, Ambil saja uangnya lagian Jendral Rakha sudah menggantinya, hanya saja saya masih kesal kepada kamu Yu, Saya berharap kamu benar-benar berubah kasihan Jendral Rakha Yu, dia adalah orang baik,"

"Saya janji Bu saya akan berubah dan tidak akan mengulangi kesalahan yang sam lagi, jawab Outri Ayu dengan yakin dan percaya diri.

Memang sangat sulit untuk mendapatkan kembali kepercayaan warga tapi Putri Ayu akan berusaha supaya mereka bisa percaya kembali kepadanya.

"Sudah-sudah ayo kita berangkat ke Markas sekarang sebelum hari mulai gelap,"ajak Bu Anggun menarik tangan Putri Ayu dan Bu Indah bersamaan.

Benar saja apa yang di katakan Bu Indah sesampainya di markas Ayu melihat Markas itu terlihat sangat ramai bahkan gerbang Pos yang selalu di jaga dengan ketat sekarang terbuka dengan lebar. Bu Anggun berjalan terlebih dahulu menuju gerbang pintu masuk, kebetulan yang berjaga saat ini dalam suaminya Bu Anggun.

" Vano," sapa Bu Anggun kepada suaminya.

Perwira itu menoleh menatap ke arah Bu Anggun."Anggun kamu datang?" tanyanya sambil tersenyum.

"Iya aku datang bersama dengan mereka berdua," tunjuknya ke arah Bu Indah dan juga Putri Ayu.

Vano tidak mengiraukan Bu Indah dan Putri Ayu? dia hanya fokus kepada istrinya saja.

"Oh iya Vano,di mana Jendral Rakha?" tanya Bu Anggun kepada suaminya.

"Jendral Rakha?" tanya Vano yang di jawab anggukan oleh Bu Anggun.

Vano tidak langsung menjawab dia menoleh kedalam mengedarkan pandangannya untuk mencari sosok jedral Rakha.

"Nah itu dia Jendral Rakha, Dia sedang bersama dengan pujaan hatinya, Bu Novi,Dokter baru di kawasan militer ini."

Semua orang menoleh ke arah dimana Jendral Rakha yang di tunjuk oleh Vano, termasuk Putri Ayu.Jendral Rakha saat itu begitu asik berbicara dengan Dokter Novi sambil berjalan untuk melihat-lihat Area militer.Namun, saat sedang berjalan dokter Novi itu kakinya tidak sengaja menginjak batu langkahnya menjadi oleng bahkan hampir saja dia terjatuh.

"Awas Novi," teriak Jendral Rakha.

Mendengar teriakan Jendral Rakha semua orang langsung saja menatap ke arah mereka berdua. Jendral Rakha dengan sigap menarik tangan Dokter Novi sampai dia terjatuh kedalam pelukan Jendral Rakha. Bahkan sampai beberapa saat mereka masih berada di posisi seperti itu saling tatap satu sama lain tanpa mengalihkan pandangannya ke arah lain.

"Apakah ini yang di namakan cinta pandangan pertama?" tanya Putri Ayu dengan pelan kepada dirinya sendiri. Namun masih bisa di dengar oleh Bu Anggun dan Bu Indah.

Mereka berdua langsung saja menoleh menatap Putri Ayu dengan tatapan syok dan tak percaya.

Vano yang memang tidak tahu bahwa yang bersama istrinya itu Putri Ayu tentu saja menjawabnya dengan santai.

"Tentu saja, mereka sangat cocok, meskipun Jendral Rakha sudah menikah dengan Putri Ayu, tetap saja dia selalu mencintai Dokter Novi cinta pertamanya. Andai waktu itu Jendral Rakha tidak menikahi Putri Ayu mungkin mereka sekarang sudah bersama."

Deg

"Jadi aku adalah istri pengganti? Atau orang ketiga?"

"Hah maksud kamu apa?"