NovelToon NovelToon
Hamil Anak CEO

Hamil Anak CEO

Status: sedang berlangsung
Genre:Obsesi / CEO / Hamil di luar nikah / Duda / Romansa
Popularitas:4.5k
Nilai: 5
Nama Author: Hanela cantik

Dara yang baru saja berumur 25 tahun mendapati dirinya tengah hamil. Hidup sebatang kara di kota orang bukanlah hal yang mudah. Saat itu Dara yang berniat untuk membantu teman kerjanya mengantarkan pesanan malah terjebak bersama pria mabuk yang tidak dia ketahui asal usulnya.

"ya Tuhan, apa yang telah kau lakukan Dara."

setelah malam itu Dara memutuskan untuk pergi sebelum pria yang bersamanya itu terbangun, dia bergegas pergi dari sana sebelum masalahnya semakin memburuk.
Tapi hari-hari tidak pernah berjalan seperti biasanya setelah malam itu, apalagi saat mengetahui jika dia tengah mengandung. apakah dia harus meminta pertanggungjawaban pada lelaki itu atau membesarkan anak itu sendirinya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hanela cantik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

11

Dikediaman Mahendra tepatnya di rumah orang tuanya Arkan. Terlihat Ratna tengah berbincang serius dengan suaminya, Damar. Suaminya itu baru pulang semalam dari dinas di luar kota.

" Aku udah ngga tau bagaimana jalan pikir anak itu. Sudah beberapa kali aku mencoba membujuknya untuk menikah lagi tapi satupun wanita yang aku jodohkan tidak dia lirik sama sekali" keluh Ratna kepada suaminya itu.

Damar menatap istrinya itu seraya menenangkannya

"udahlah mah, mungkin Arkan masih betah sendiri. Nanti kalo dia sudah menemukan pilihannya pasti dia akan menikah lagi. Jangan terlalu menekannya begitu."

" Malam itu juga, saat makan malam dengan Nadine. Anakmu itu malah mengacaukannya. Padahal Papa tahu sendiri kalo mama berteman baik dengan mamanya Nadine "

" Emang apa yang di lakukan Arkan. Apa dia menolaknya lagi" ucap Damar seolah mengetahui jawaban putranya itu.

Ratna menggeleng kepalanya " Papa tahu apa yang dia katakan. Dia ingin menikah pah. Anak itu ingin menikah"

"Ya bagus dong. Mama ngga perlu lagi sibuk menjodohkannya sana-sini " ucap Damar sedikit heran dengan istrinya itu yang tidak terlihat senang malah sebaliknya.

" Masalahnya pah, Anakmu itu sudah membuat bunting anak gadis orang"

Damar sontak berdiri dari duduknya, suaranya meninggi, wajahnya memerah menahan emosi. “Apa yang kamu bilang, Arkan menghamili seorang gadis?!”

Ratna hanya bisa menunduk, napasnya berat. “Iya, Pa… dia sendiri yang bilang malam itu di depan Mama dan Nadine. Setelah makan malam, dia bilang kalau dia akan menikah dalam waktu dekat, dan… bukan dengan Nadine. Katanya, perempuan itu sedang hamil anaknya.”

Damar menghela napas kasar, berjalan mondar-mandir di ruang tengah dengan langkah besar. “Astaga, anak itu benar-benar sudah kelewatan batas! Papa pikir dia cuma keras kepala karena nggak mau dijodohin, tapi ternyata…”

Ia menghentikan langkahnya, menatap Ratna tajam. “Siapa gadis itu? Dari mana asalnya? Papa harus tahu"

Damar menarik napas dalam, mencoba menahan diri. “Arkan memang selalu keras kepala sejak kecil. Tapi kali ini, dia sudah menyentuh batas. Papa nggak akan tinggal diam.”

Ratna menatap suaminya dengan cemas. “Papa mau apa?”

“Aku mau bicara langsung dengan Arkan. Aku mau tahu siapa perempuan itu, dan apa yang sebenarnya terjadi. Kalau perempuan itu benar-benar hamil anaknya, aku akan pastikan semuanya jelas."

Ratna meraih tangan suaminya, mencoba menenangkan. “Jangan kasar dulu, Pa. Arkan pasti punya alasan. Biarkan Mama bicara dengan dia dulu, ya?”

Damar menggeleng tegas. “Tidak, Ratna. Cukup sudah kamu yang selalu membela dia. Sekarang biar Papa yang turun tangan.”

Damar berdiri di depan jendela besar ruang tamu, ponselnya masih dalam genggaman. Jemarinya mengetik nomor Arkan dengan geram, dan kali ini ia menekan tombol panggil dengan lebih keras, seolah rasa kesalnya bisa tersalurkan lewat itu.

Nada sambung terdengar beberapa kali sebelum akhirnya suara berat Arkan menjawab dari seberang sana.

“ada apa Pa?” Arkan yang diseberang sana juga merasa heran jarang sekali ayahnya itu menghubunginya jika tidak ada hal yang penting.

“Kamu di mana sekarang?”

“Di kantor, Pa. Ada beberapa rapat yang harus saya selesaikan.”

Damar menarik napas dalam, mencoba menahan nada amarahnya agar tidak langsung meledak. “Papa ingin kamu datang ke rumah sekarang. Ada hal penting yang harus kita bicarakan.”

Di seberang, terdengar jeda singkat sebelum Arkan menjawab, “Bisa nanti saja, Pa? Setelah jam makan siang saya harus menjemput Rafa dulu di sekolah. Dia sudah saya janjiin, dan saya nggak mau dia nunggu terlalu lama.”

Damar mengerutkan kening. “Baiklah. Tapi Papa nggak mau kamu cari alasan lagi. Setelah kamu jemput Rafa, kamu langsung ke sini. Kita harus selesaikan masalah ini, Arkan. Malam ini juga Papa harus tahu semuanya.”

“Baik, Pa. Setelah saya jemput Rafa, saya akan ke sana.”

Tanpa menunggu balasan, Damar menutup telepon dengan napas berat. Ia menatap ponselnya sejenak, lalu menaruhnya di meja dengan suara keras.

Ratna yang sedari tadi memperhatikan hanya bisa menghela napas. “Dia bilang apa?” tanyanya pelan.

“Dia bilang baru bisa datang setelah jemput Rafa.”

Ratna mengangguk kecil. “Ya sudah, biarin aja dulu. Papa juga tahu sendiri Rafa itu segalanya buat Arkan. Jangan marah dulu sebelum dengar penjelasannya.”

........

Arkan berdiri di samping mobilnya, mengenakan kemeja biru muda dengan lengan digulung. Pandangannya menyapu ke arah gerbang sekolah sambil mencari sosok kecil yang sangat ia rindukan sejak pagi tadi.

Tak butuh waktu lama, Rafa muncul dari balik kerumunan dengan ransel biru di punggungnya dan wajah sumringah. Begitu melihat Arkan, ia langsung berlari kecil.

“Papa!”

Arkan tersenyum lebar dan berjongkok menyambut pelukan anaknya. “Hei, jagoan Papa! Gimana sekolahnya hari ini?”

Rafa memeluknya erat, lalu menatap wajah ayahnya penuh semangat. “Seru banget, Pa! Tadi Rafa dapat bintang dari Bu Guru karena bisa nulis huruf ‘R’ sama ‘A’ sendiri.”

“Wah, bagus dong!” Arkan mengacak rambut putranya lembut.

Rafa tersenyum senang, lalu menatap ayahnya dengan mata polos. “Papa kerja terus ya? Tadi Bu Guru bilang kalau besok ada acara keluarga, semua harus datang sama orang tua. Papa bisa ikut, kan?”

Pertanyaan itu membuat Arkan terdiam sejenak. Ada rasa bersalah yang kembali menyusup di dadanya. Ia tahu, Rafa sering merasa sendirian di rumah.

Arkan tersenyum kecil, menepuk bahu anaknya. “Tentu bisa, Sayang. Besok Papa usahakan datang.”

“ beneran?” tanya Rafa dengan ekspresi serius, ingin memastikan.

1
Holma Pakpahan
lanjut,Dara tetaplah menjadi ibu yg baik.
knovitriana
update
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!