Bertemu Jodoh Di Desa

***

Hari ini kegiatan Raga cukup melelahkan, pagi ia ke kebun untuk ikut menanam Ubi dan singkong sampai jam Setengah sepuluh pagi. Setelah itu ia harus langsung ke kandang, setelah belajar memeras susu sapi, kini Raga di minta untuk membersihkan kandang-kandang sapi dengan para pekerja lainnya.

Raga baru saja sampai di kandang sapi, sebelum turun dari motor nya. Ia lebih dulu menghela nafasnya.

baru juga turun dari motor nya, mang Kardi sudah menghampiri nya.

“Mang, bersihin kandang nya gak banyak kan?” tanya Raga.

Mang Kardi menggelengkan kepalanya. “nggak A, nanti juga kerjanya teh nggak sendirian.”

“Kalau gitu mari A, pakai atribut nya dulu.” lanjut mang Kardi.

Raga mengikuti mang Kardi, setelah di sana ia diminta untuk memakai sepatu boot, menggunakan sarung tangan dan masker.

Walupun sudah menggunakan masker tetap saja Raga masih bisa mencium bau tak sedap dari kotoran sapi nya. lebih tepatnya nya sisa-sisa kotoran sapi yang masih ada disana.

soalnya sebelum nya, sudah ada yang bertugas mengambil kotoran sapi yang katanya untuk di jual lagi sebagai pupuk.

“sok A, di mulai kerjanya.” ucap mang Kardi.

“Mang, saya minta dua lagi masker nya.” pinta Raga.

“Buat apa A, maskernya?” tanya mang Kardi sambil memberikan dua masker lagi kepada Raga dengan kening yang mengerut.

“Masih bau mang.” jawab Raga memakai tiga masker sekaligus.

Ia bisa bernafas lega, sudah tidak seburuk sebelum nya. walaupun agak pengap, tapi tidak masalah. yang penting ia tidak mencium aroma bau tak sedap.

Raga mulai membersihkan kandang sapi bersama para pekerja lainnya.

.

Di jam dua belas siang, raga baru saja menyelesaikan pekerjaan nya. Ia sengaja membawa baju dua agar bisa shalat disana, kebetulan ada ruangan khusus untuk beribadah yang disediakan kek Dani.

Setelah shalat, raga ikut berkumpul dengan yang lainnya yang sedang makan siang. Rata-rata mereka membawa bekal sendiri, ada juga yang beli di warung makan yang tak jauh dari sana.

Raga membawa bekal sendiri, neneknya yang menyiapkan nya. Katanya agar tidak beli.

selama makan, Raga sadar ada yang memerhatikan nya dari jauh. Lebih tepatnya dari tempat para perempuan.

tapi ia bersikap cuek, kalau ia melirik nya takutnya perempuan tersebut kepergok dan pastinya bakalan malu.

selesai makan, raga tidak akan langsung pulang. Ia harus belajar memberi sapi-sapi nya makan, setelah itu baru ia bisa pulang.

Cuaca sekarang sedang tidak baik-baik saja, jadi para pekerja di minta pulang di jam dua siang. biasanya mereka akan pulang di jam empat sore.

“Mang, biasanya di kasih makan nya berapa jam sekali?” tanya raga.

“Kayak manusia pada umumnya A, pagi siang sama sore.” jawab mang Kardi.

“Yang lainnya kan pulangnya jam empat sore, kalau mamang?” tanya Raga lagi.

“Mamang sama dua orang lagi pulangnya habis magrib A, kadang kita juga nginap disini”

“Kenapa gak bareng aja?” tanya raga.

“Nggak bisa A, tanggung jawabnya lebih besar dari pekerja lainnya. Sebenarnya dulu kita bertiga gak pulang, nginap disini. setiap malam pasti harus di cek takut kenapa-kenapa sama sapi-sapi nya, tapi dari dua tahun lalu Kek Dani nyuruh kita pulang setiap hari.” jawab mang Kardi.

“rumah mamang jauh dari sini?”

Mang Kardi menggelengkan kepalanya. “Deket a, jalan kaki bisa sampai lima menitan. Apalagi kalau naik motor.”

Raga terdiam, ia baru sadar kalau dirinya sudah banyak tanya seperti wartawan.

“Maaf ya mang, saya jadi banyak tanya.” ucap Raga tidak enak hati.

mang Kardi tersenyum. “Nya atuh ngga apa-apa A.”

Setelah makan siang bersama, mereka kembali melanjutkan pekerjaannya masing-masing. kalau ada yang pekerjaan nya sudah selesai, biasanya akan ikut bantu-bantu dibagian lain.

Tidak banyak kok yang kerjanya, hanya ada sekitar 15 orang. Dengan jumlah sapi ada sekitar 85 ekor sapi, dari yang besar sampai yang baru lahir juga ada.

*

di jam dua siang kurang beberapa menit, Raga sudah akan pulang. Begitu juga dengan yang lainnya, langit sudah mulai mendung bahkan sudah mulai ada angin. dan juga sudah terdengar suara petir tapi dari jauh, kalau kata neneknya Pati di kecamatan sebelah sudah hujan, apalagi kalau rumahnya di dataran tinggi suka bisa lihat daerah lain yang sudah gelap oleh Kabut.

Raga melajukan motornya, tapi ia merasa ada yang aneh dengan laju motor nya. ia memberhentikan di pinggir jalan untuk mengeceknya keadaan motor nya.

“kempes ternyata.” gumam Raga saat melihat ban motor bagian belakang.

“Kayaknya dari dekat sini ada bengkel.” ucapnya sambil kembali menaiki motor.

Rega melajukan motornya dengan pelan-pelan, apalagi pas di bagian turunan. setelah berhasil melewatinya, bengkel nya sudah mulai terlihat.

sesampainya disana, baru juga turun eh sudah turun hujan lumayan lebat dengan di sertai angin.

“Kenapa A motor nya?” tanya seorang Pria yang seperti pekerja disana.

“Ban bagian belakang kempes, sekalian mau ganti oli juga.” jawab Raga.

“Silahkan di tunggu ya A, soalnya saya masih harus ngerjain yang datang duluan.”

“Iya A, nggak apa-apa.” balas Raga.

Raga duduk di salah satu kursi yang masih kosong, ada beberapa orang juga disana yang sedang menunggu kendaraan mereka.

Raga memejamkan matanya sejenak saat indra penciuman nya menghirup aroma parfum yang tidak asing.

Sepertinya indra penciuman nya itu sangat tajam, Raga melirik kepada orang-orang disana. Dan ya, ternyata dugaannya benar, pemilik wangi parfum tersebut orang yang sama.

Ada Bulan disana, tempat duduknya terhalang dua orang. tapi Raga masih bisa mencium wangi tubuhnya.

Mata mereka tidak sengaja bertatapan, bulan hanya tersenyum tipis setelah itu mengalihkan ke arah lain.

Sementara Raga tidak langsung menghindar, ia masih menatap ke arah bulan. Entah kenapa perasaan nya tiba-tiba aneh,

“Kayaknya gue suka sama dia.” gumam Raga dalam hatinya.

sementara bulan, ia merasakan gugup. “kenapa setiap ketemu A Raga selalu gugup, padahal biasanya kalau ketemu lawan jenis gak seperti ini.” ucap Bulan dalam hatinya.

yang lebih parah itu waktu di rumah sakit, rasanya bulan ingin pergi dari sana. Tapi mau pergi juga bingung mau ngasih alasan apa kepada Ibu nya.

Waktu raga keluar dari kamar inap adiknya, bulan bisa bernafas lega. Tapi kembali gugup saat berpapasan di depan lift, sebenarnya yang lebih parah itu waktu Raga yang duluan bicara.

Bulan menggelengkan kepalanya. “gak boleh suka, aku sama A Raga perbedaan nya cukup jauh, ibarat nya aku kalangan paling bawah, sementara A raga ada di atas.” ucap nya dalam hati.