"ah...Aku tidak akan memaafkanmu Alaska!! " ucap wanita itu dalam hati setelah melihat tunangannya bermesraan di mansion milik ayahnya dengan seorang wanita yang tidak lain adalah sepupunya sendiri.
Hubungan yang awalnya terjalin manis dan menyenangkan itu, kini mulai goyah karna hadirnya seorang wanita berhati licik bermuka dua itu, didepan baik di belakang diam diam menusuk.
Tiba tiba ada yang memperhatikan wanita itu dari lama, dan kini ingin mencuri kesempatan untuk menaklukkan hati si wanita itu.
Apakah wanita itu akan takluk oleh nya? ayok ikuti kisahnya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hanna Lovina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
11.ttm
Hari mulai sore, Jeslin berniat untuk pulang lebih dulu setelah urusannya di kantor selesai. Sayangnya saat keluar, tiba tiba mendung dan suara guntur mulai terdengar di langit.
"ah... sial. Niat pengen pulang malah hujan. " ucapnya pelan menggaruk dahinya.
"tinggal pulang ribet amat! " kata seseorang dari depannya membuatnya kaget.
"hah?? kenapa sih lo senang banget ngagetin orang dengan muncul tiba tiba? " teriaknya memukul bahu itu lumayan kuat.
"aw... kenapa sih lo senang banget mukul tiap kali ketemu gua? " jawabnya tidak mau kalah.
"lagian lo selalu ngagetin gua! " ucapnya sedikit marah.
"maaf deh maaf...lagian dihubungin gak di respon sama sekali. Spam chat gua juga ga ada yang di buka tuh sama sekali. " gerutunya sedikit memanyunkan bibirnya.
Jeslin merasa ekspresi itu sangat lucu sehingga reflek mencubit pipi itu dengan kedua tangannya. Mata mereka saling menatap dengan suara detak jantung melambat serasa dunia sedang merestui mereka untuk berada dalam posisi itu.
Tanpa sadar, Jefan juga membalas menyentuh pipi wanita itu tapi,
"ah.... " rintih nya segera menjauhkan pipinya yang kini terasa perih akibat sentuhan itu.
"lo kenapa? " tanya Jefan merasa perlakuannya tidak berlebihan.
Dia memperhatikan wajah itu lebih dekat lagi dan menyadari ada bekas luka di dekat bibirnya.
"ayo ikut gua! " menarik Jeslin ke dalam mobilnya.
"lo mau ngapain? kalo lo macam macam, gua teriak nih biar lo di gebuk in massa sekalian. " ancamnya sedikit takut.
"Stt... diam!! " mengambil tissu wajah dan me lap wajah itu dengan lembut karna penasaran dengan luka yang tertutup make up.
Setelah wajah itu bersih, dia kaget melihat bekas tamparan di sana pasti rasanya sangat perih dan panas.
"Wajah kamu kenapa Jes? " tanyanya.
"Gak... ini hanya masalah kecil bukan masalah gede. Besok juga sembuh kok! " jawabnya enggan menceritakan kejadian tadi siang.
"bukan masalah kecil atau gede Jes, aku cuman tanya kenapa bisa begini! "
"bukan urusan kamu! " bantah Jeslin masih tidak mau bicara.
"Jes... ini urusanku. kamu itu pacarku! " jawabnya geram sambil mencengkram bahunya.
"Ah.... " lagi lagi dia menjerit berusaha melepas cengkraman itu.
Jefan semakin merasa ini aneh sehingga memaksa Jeslin melepas kemeja yang di kenakannya.
Tapi karna tidak mau dan berusaha melawan, akhirnya Jefan merobek lengan kemeja itu dan dia melihat luka di lengan itu.
"Apa yang terjadi denganmu Jes? " tanyanya lagi.
"cukup Jefan!! berhenti menginterogasi ku. Jangan merasa berhak untuk semua urusanku paham! " teriaknya tidak terima dengan perlakuan kasar nya.
Dia berusaha keluar dari mobil, tapi tidak bisa karna Jefan langsung mengunci pintunya.
Suasana tiba tiba hening dengan Jeslin yang mulai gemetar ketakutan. Dia sudah pasrah jika pria itu akan menghabisi nya di sana ditambah tidak akan ada yang melihat mereka dengan kondisi hujan di luar dan hari yang semakin gelap.
"maaf kan aku! Aku tidak bermaksud memaksamu, aku hanya sedikit kaget melihat kondisimu. Siapa orang yang berani melakukan ini padamu? " katanya sambil menunduk memegang tangan itu dengan lembut berharap bisa menenangkan Jeslin.
"Jika aku bilang, apa kamu akan membantuku? Jika tidak, untuk apa aku harus cerita? "
"Jeslin, aku harap kamu tidak lupa dengan perjanjian kita di rumah sakit waktu itu. Kamu adalah calon ibu dari anakku, aku tidak akan membiarkan orang lain menyakiti calon istriku. Kamu paham? "
Lagi lagi Jeslin terdiam seribu bahasa mendengar kata kata pria itu. Ternyata dia tidak seburuk dipikirannya yang akan ikut melukainya seperti Alaska.
"apa aku perlu membawamu ke rumah sakit? " tanyanya sedikit khawatir.
"jangan... ini hanya luka biasa nanti juga sembuh kok! " Menolak tidak ingin papahnya mengetahui hal ini.
"baiklah. Tapi aku akan membelikan salep untuk bekas luka wajah dan lengan ini oke? Bilang ya dan jangan menolak! " ucap pria itu sedikit tegas yang akan membuat tunduk setiap wanita yang mendengarnya.
"Ya. Makasih. " jawabnya singkat.
Mereka masih belum bergerak dari sana karna hujan semakin deras diluar ditambah suara guntur yang menggelegar di mana mana.
Jefan memperhatikan wanita di sampingnya itu terlihat kedinginan ditambah kemejanya yang sudah rusak akibat ulahnya.
"nih pakai! " membuka jaket yang dipakainya berharap bisa menghangatkan tubuh mungil itu.
"ah gak usah pakai aja! kenapa gak nyalakan penghangat mobil nya aja? " mencoba menolak.
"penghangatnya rusak belum di perbaiki lagi. Buruan pakai! "
Karna sikap Jeslin yang sedikit jual mahal, akhirnya Jefan membantunya memakaikan jaket itu.
"Jika kamu tidak ingin menceritakannya, beristirahatlah sebelum hujannya reda kelihatannya wajahmu seperti orang yang tidak tidur selama seminggu. "
"gak usah aku gak ngantuk! " tolaknya lagi walaupun sebenarnya sangat ingin tidur dengan cuaca dingin itu.
Melihatnya selalu menolak tapi sebenarnya ingin, Jefan menarik kepala wanita itu bersandar ke bahunya.
"udah... jangan banyak bicara. Tidurlah! " ucapnya sambil mengelus kepala itu dengan lembut.
Dan belum lima belas menit berlalu, akhirnya Jeslin menyerah juga melawan ngantuknya dan segera tertidur di bahu Jefan.
Tanpa disadarinya, Jefan memindahkan posisi kepalanya ke arah pahanya dan menggunakan bantal untuk menjaga kepala Jeslin tidak pegal saat bangun nanti membuatnya tidur se enak dan senyaman mungkin.
Dia terus memperhatikan cewek lugu yang tertidur itu sambil tersenyum.
"Dia kelihatan nya capek banget. Tapi..bahkan dalam keadaan babak belur begini dia tetap terlihat sangat cantik. Sayang sekali dia harus menerima perlakuan seperti ini. " gumamnya tanpa sadar mengelus pipi itu dengan lembut.
"ah.. " ringis Jeslin mungkin masih merasa perih jika ada yang menyentuh bekas tamparan itu.
Jefan menarik tangannya dan membiarkan wanitanya menikmati tidur sore nya.
"Aku akan menghukum orang yang berani melakukan hal seperti ini padamu Jeslin. Ayo kita lihat seberani apa mereka kedepannya setelah aku tau siapa yang melakukan hal ini. Bahkan untuk tidur pun mereka tidak akan pernah nyenyak. Permainan nya akan segera kita mulai sayang! " gumamnya sambil mengotak atik HP nya berharap hujan masih akan terus turun sehingga dia bisa lebih lama menikmati suasana indah di depannya.