NovelToon NovelToon
Kodasih, Nyi Ratu Kelam

Kodasih, Nyi Ratu Kelam

Status: tamat
Genre:Misteri / Horor / Hantu / Iblis / Era Kolonial / Tamat
Popularitas:74.2k
Nilai: 5
Nama Author: Arias Binerkah

Kodasih perempuan pribumi menjadi gundik Tuan Hendrik Van Der Vliet. Dia hidup bahagia karena dengan menjadi gundik status ekonomi dan sosialnya meningkat. Apalagi dia menjadi gundik kesayangan.

Akan tetapi keadaan berubah setelah Tuan Hendrik Van Der Vliet, ditangkap dan dihukum mati.. Jiwa Tuan Hendrik tidak bisa lepas dari Kodasih yang menjeratnya.

Kodasih ketakutan masih ditambah munculnya Nyonya Wilhelmina isteri sah Tuan Hendrik yang ingin menjual seluruh harta kekayaan Tuan Hendrik


Tak ingin lagi hidup sengsara Kodasih pergi ke dukun yang menawarkan cinta, kekayaan dan hidup abadi namun dengan syarat yang berat.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arias Binerkah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab. 11.

“Jalanan ini... bukan jalan biasa lagi, Nyi!” sahut Sastro dari depan. “Kita sudah masuk batas pohon jati kembar! Harus diam. Harus tahan napas!”

Kodasih membuka jendela kecil.

Di kejauhan, berdiri dua pohon jati besar.

Dua pohon jati raksasa menjulang di sisi kiri dan kanan jalan, batangnya hitam, berlumut, dan basah oleh embun. Seperti dua penjaga gerbang tak kasat mata, diam mengawasi siapa pun yang berani melintas.

Kereta kuda berhenti mendadak.

Sastro, kusir tua, gemetar menahan kendali tali kekang.

“Jangan bersuara, Nyi...” bisiknya pelan, nyaris tak terdengar. “Kita sudah masuk wilayah penunggu.”

Kodasih membuka jendela kecil. Hembusan angin dingin menyapu wajahnya, membawa serta bau tanah basah bercampur bunga bunga... Lalu ia melihatnya.

Sosok itu.

Berdiri tegak di tengah jalan, di antara dua pohon jati kembar. Tingginya tak wajar, lebih dari dua meter. Tubuhnya berselimut kain hitam yang menjuntai ke tanah. Wajahnya tidak jelas, tertutup rambut panjang yang basah dan kusut. Tapi sepasang mata merah menyala tampak dari sela-sela rambutnya, menatap langsung ke arah Kodasih.

Tubuh Kodasih menegang.

“Aku sudah menunggumu...”

Suara itu tidak terdengar lewat telinga. Ia bergema langsung dalam kepalanya. Suara perempuan, serak, dalam, namun sarat luka.

Sastro menunduk, tangannya memeluk kepala.

“Penunggu jalan ini... bukan suka mengganggu, tapi menjaga,” gumamnya pelan.

Kodasih tahu ini bukan arwah biasa. Ini adalah penghuni lama, yang bahkan mungkin sudah ada jauh sebelum rumah Mbah Jati berdiri. Ia adalah penjaga batas. Batas antara dunia manusia, dan dunia tempat dendam dan cinta lama tinggal selamanya.

“Aku tahu itu.” Gumam lirih Kodasih.

Kodasih turun dari kereta, perlahan. Kebaya hitamnya menyapu tanah, langkahnya mantap meski tubuhnya menggigil. Ia berdiri tepat di hadapan sosok tinggi itu.

“Jika kau ingin aku berbalik, aku tidak akan,” ujar Kodasih dengan suara datar. “Aku datang untuk mencari jawaban, bukan mencuri tempatmu.”

Sosok itu tidak bergerak. Hanya angin yang menggila mendadak, menerbangkan dedaunan dan menaburkan kelopak bunga bunga telon kering di sekeliling mereka. (bunga telon bunga tiga rupa: mawar, melati, kenanga)

Lalu, perlahan... sosok tinggi itu mengangkat tangannya, tangan yang panjang dan kurus, tulangnya menonjol seperti ranting tua, lalu menunjuk ke arah kanan jalan, ke arah semak belukar yang tampak biasa saja.

Tiba-tiba, semak itu membuka sendiri, seperti disentakkan oleh tangan tak terlihat.

Jalan setapak baru muncul.

Sastro yang masih bersimpuh di kereta berseru lirih, “Astaga Gusti... itu jalur ke rumah Mbah Jati yang tadi tertutup!”

Kodasih mengangguk hormat pada sosok tinggi itu.

“Terima kasih...” bisiknya.

Sosok itu perlahan memudar, seperti asap yang tertiup angin. Hanya jejak langkah hitam di tanah yang tersisa, lalu hilang seiring suara burung burung berhenti.

Kereta kembali bergerak, kali ini menyusuri jalan setapak yang dipenuhi daun kering dan suara alam yang tak wajar tenangnya.

Di ujung jalan, rumah kayu tua milik Mbah Jati mulai tampak. Tertutup kabut tipis, dan berhiaskan janur kering serta botol-botol kaca kecil yang tergantung di serambi.

Di dalam rumah itu, Kodasih tahu... jawaban akan menantinya.

Tentang arwah Tuan Menir.

Tentang anak yang tak pernah lahir.

Tentang siapa yang sebenarnya masih mencintainya dari balik kematian.

Akhirnya, setelah perjalanan yang terasa seperti mimpi buruk, kereta berhenti di depan rumah tua milik Mbah Jati. Kodasih turun pelan, kakinya sedikit goyah. Ia menatap Sastro, yang wajahnya basah oleh keringat.

“Terima kasih, Sastro. Pulanglah. Jangan tunggu aku.”

Sastro hendak membantah, tapi melihat mata Kodasih, ia hanya mengangguk, memberi hormat, lalu membalikkan kereta.

Pintu rumah Mbah Jati sudah terbuka sedikit.

Aroma kemenyan langsung menyergap.

Kodasih mengeryitkan keningnya saat telinganya mendengar suara Mbah Jati dan seorang laki laki muda belia.

“Kalau kamu ingin belajar pada aku, kamu harus puasa dulu le..”

“Mbah, tapi saya sudah sering puasa Mbah, karena Bapak dan Si Mbok tidak tiap hari punya jagung dan ketela.. Bantuan bulgur juga hanya kadang kadang Mbah..” (bulgur sejenis biji bijian semacam gandum)

“Ha...ha...ha.. beda le..kalau puasa itu niat. Bukan tidak makan karena keadaan tidak ada makanan..”

Suara Mbah Jati tertawa terkekeh kekeh di balik rumahnya..

“Arjo, sodara Kang Pono. Kenapa anak itu di sini..” Gumam Kodasih di dalam hati.

Kodasih melangkah pelan menuju serambi. Lantai kayu di bawahnya berderit halus, seolah mengenali langkahnya. Botol-botol kaca kecil yang tergantung berayun pelan tanpa angin, mengeluarkan bunyi gemerincing halus seperti bel kecil yang kehabisan napas.

Langkahnya terhenti tepat di ambang pintu.

“Masuk, Kodasih,” suara Mbah Jati terdengar tenang, tapi menggema di rongga dada seperti gema dari masa lalu.

Kodasih teringat saat pertama kali dulu datang ke rumah ini sambil menangis nangis memohon pertolongan Mbah Jati.

Kodasih mendorong pintu perlahan. Di dalam rumah remang-remang itu, cahaya hanya berasal dari sinar matahari yang menembus genting kaca. Dinding kayu penuh simbol, anyaman janur yang membentuk huruf-huruf Jawa kuna, dan kumpulan tengkorak hewan tergantung di atas pintu dapur.

Di tengah ruangan, Mbah Jati duduk bersila di atas tikar pandan. Rambut putihnya tertutup blangkon batik, kulitnya keriput seperti kertas lontar tua, namun matanya, matanya menyala hidup, jernih, dan waspada.

Di sebelahnya, duduk seorang anak lelaki belasan tahun. Kurus, rambutnya acak-acakan, namun matanya cerdas. Ia menatap Kodasih penuh rasa ingin tahu.

“Arjo...” Kodasih mengangguk kecil, tak menyembunyikan rasa khawatirnya. “Dia tak seharusnya ada di sini, Mbah.”

Mbah Jati hanya tersenyum samar.

“Dia melihat lebih dari yang kamu kira, Kodasih. Dan anak ini... sudah dipilih.”

Arjo menunduk, tak berani menatap langsung ke arah Kodasih. Tapi mulutnya bergerak, pelan.

“Saya hanya ingin belajar, Nyi...” ucap Arjo lirih, nyaris tak terdengar.

Kodasih mendengus pelan, matanya menyipit penuh curiga. Tapi sebelum sempat berkata lebih, Mbah Jati mengangkat tangannya, menengahi.

“Sekarang, pergi dulu kau dari sini,” ujar Kodasih akhirnya, nada suaranya tajam. Ia merogoh tas nya, lalu mengeluarkan sekeping uang logam usang dan memberikannya pada Arjo.

Tanpa banyak kata, Arjo menerimanya. Ia bangkit berdiri dengan langkah ragu, menoleh sekejap pada Mbah Jati, lalu berjalan keluar perlahan. Kakinya berat. Ada sesuatu dalam dirinya yang belum ingin pergi.

Saat Arjo sudah benar benar keluar dari rumah, Kodasih kembali duduk bersimpuh di hadapan Mbah Jati.

“Mbah,” ucapnya pelan, suaranya terdengar lelah, “Katanya sudah tidak ada cinta lagi. Tapi kenapa... kenapa arwah Tuan Menir masih marah saat aku mencoba mencari cinta yang lain?”

1
Liani purnafasary.
Apkh mereka ber 2 bkal mnjdi tumbal ya? 😵😟

Iya kabur aja di loji itu, Nyi kosasih kalian udah ga beres itu.
Masa orang mau berhenti kerja ,dan mau melangsungkan pernikahan dikampung halaman sendiri dilarang, mencurigakan bngt. 😏😏
Liani purnafasary.
Sebenarnya Pemain atau peran utama nya yg sebenarnya yg mn, apakh nyi yg serakah itu.
Atau yg be 3 barusan. 😁
Liani purnafasary.
Waduh jd ikutan deg degan 😱😱, ritual yg sangat horor itu mah, masa dtg ketempat dukun itu, hrs jln kaki dan tanpa alas kaki pula.
pasti prjlnan yg sangat horor. 😣😣

Klo pilihan ke 2 itu apa ya maksudnya x, dengan ritual kesunyian.😁
Liani purnafasary.
Lagian salah kodasih juga sih, udah dibilangin sm dukun itu konsekuensi nya, ttp aja ngeyel ya itu akibatnya. 😒😒
Liani purnafasary.
Mn bisa Tuan Menir pulang ketempat sharusnya, jika jiwanya terikat dengan gundik nya itu. 🤪
Liani purnafasary.
Klau ada terbuat sejarah kolonial Belanda pasti seru nih, sambil mengenang waktu Indonesia dijajah, sbelum merdeka.

Gimana nasib kodasih ya?

Semangat thor. 😃😃
Arias Binerkah: ♥️♥️♥️♥️♥️🙏🙏🙏🙏🙏🙏
total 1 replies
Dea Semilikiti Dea Semilikiti
baca malam2 agk2 merinding disko
Liani purnafasary.
Baru mampir thor, kenya seru. 😃
Rembulan menangis
kbnyakan bhasa jawa tdak juga ada trjemahanya kdg bnyak di skip kalo pke bhsa jawa dan trakhir jdi mls baca 😉
Arias Binerkah: Terima kasih masukan nya Kak 🙏🙏🙏🥰🥰🥰🥰🥰
total 1 replies
henidiyanpuspitosarilistianingrum tembem
Roh aja bisa cemburu.. palagi kita.. 😁
endang mei
ceritanya bagus banget horornya ga lebay dan banyak pelajaran hidup
Arias Binerkah: Terima kasih Kak atas hadir dan dukungannya , othor sangat senang jika Kakak suka 🙏🙏🙏🙏🙏🤗🤗🤗🤗🤗🥰🥰🥰🥰
total 1 replies
Nur Bahagia
ternyata ini titik awal Kosasih jadi jahad 🥺
≛⃝⃕|ℙ$°Siti Hindun§𝆺𝅥⃝©☆⃝𝗧ꋬꋊ
Nantilah aku mampir kesana, mbak🤗
Arias Binerkah: Terimakasih Kak 🙏🤗🥰🥰🥰
total 1 replies
MiLa Rossa
baguss
Arias Binerkah: terima kasih Kak atas hadir dan dukungannya 🙏🙏🙏🙏🥰🥰🥰🥰🥰♥️♥️♥️♥️♥️
total 1 replies
* bunda alin *
❤️❤️❤️❤️❤️❤️
Arias Binerkah: ♥️♥️♥️♥️♥️♥️
total 1 replies
Mega Arum
lho gimana Thor.. kok tamat, nggu kodasih jd jahat smpai bersekutu dg junjungan.. sampai tdk bs mati
Arias Binerkah: siap Kak , Terima kasih 🙏🙏🙏🙏🥰🥰🥰🥰🥰
total 3 replies
Suherni 123
dasar nya cinta harta sampai main pelet di dasih
Suherni 123
Ngada Ngada aja si kodasi,, engga mau melepas si menir tapi mo nyari laki lain ya sewot ya si menir,,rasain tuh kemarahan nya si menir
Suherni 123
pantesan mau jadi simpanan nya menir la kerja sama nya sama Mbah dukun
Nur Bahagia
lhooo wes tamat thoo.. aku masih penasaran jalan hanya kodasih lhoo
Nur Bahagia: wokee kakaakk 🤩 aku berharap Kosasih tetap menjadi pribadi yg baik.. tp ya ga mungkin yaa.. sayang sekaliii 😁
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!