NovelToon NovelToon
AVENGERS

AVENGERS

Status: sedang berlangsung
Genre:Anak Yatim Piatu
Popularitas:12k
Nilai: 5
Nama Author: Nona Jmn

Xander tubuh dengan dendam setelah kematian ibunya yang di sebabkan kelalain sang penguasa. Diam-diam ia bertekat untuk menuntut balas, sekaligus melindungi kaum bawah untuk di tindas. Di balik sikap tenangnya, Xander menjalani kehidupan ganda: menjadi penolong bagi mereka yang lemah, sekaligus menyusun langkah untuk menjatuhkan sang penguasa.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nona Jmn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Balapan Bayangan

"Dit, apa ibu sudah keluar?" tanya Xander, suaranya datar.

"Iya, dia udah keluar. Dia cari noh tuh. Gue, anak kandung, rasanya kayak anak tiri kalau ada yang di samping," jawab Adit, nada kesalnya jelas terdengar di seberang.

Xander terkekeh kecil, namun matanya sedikit melembut. Setidaknya ada kabar baik–ibu Adit akhirnya keluar dari rumah sakit haram itu. "Nanti gue jenguk ibu," ucapnya singkat, lalu tanpa menunggu balasan, ia langsung menutup panggilan.

Di meja kerjanya, layar laptop masih menyala. Gambar denah rumah sakit itu tergambar jelas, lampu monitor memantulkan cahaya ke wajahnya. Xander menatap lekat-lekat, seperti sedang menimbang langkah besar. Ujung bibirnya terangkat tipis. "Malam ini..." bisiknya, penuh tekad.

Dring! Dring!

Nada dering ponselnya memecah keheningan. Nama Vano muncul di layar. Xander mendengus pelan sebelum mengangkat."Hmm..."

"Lo di mana, bro?" suara Vano terdengar riang.

"Rumah. Ada apa?" tanya Xander balik, nada suaranya santai.

"Lo mau turun malam ini, nggak? Hadiahnya gede, bro. Lima ratus juta coy!" ucap Vano dengan semangat berapi-api.

Xander terdiam. Angka itu memang besar. Untuk seorang anak yang hidup mandiri tanpa sandaran siapa pun, lima ratus juta bisa berarti banyak. Tapi pikirannya masih tertuju pada rencana malam ini–rumah sakit haram yang harus dibasmi.

"Gimana, bro. Lo mau nggak?" Tangan gue gatel banget pengin daftarin lo. Balapnya juga nggak kemalaman, start jam sepuluh." Vano terus mendesak, antusias.

Xander menutup mata sebentar, menarik napas dalam. Antara pilihan idealisme dan kebutuhan, pikirannya berputar cepat. Namun akhirnya, senyum tipis melintas di wajahnya.

"Oke, gue turun."

Urusan rumah sakit... bisa menunggu setelah balapan. Bagaimanapun, tabungan dan biaya untuk bergerak juga butuh dipupuk.

"Gitu dong! Oke, gue daftarin lo malam ini. Yuhu!" seru Vano di seberang, semangatnya meledak.

Xander menatap kembali layar laptop. Denah rumah sakit itu masih tergampang jelas, seakan menatap balik dirinya. Ia mengepalkan tangan, seolah berjanji dalam hati. Setelah balap... Giliran kalian."

•○●•

Langit malam mulai menghitam, lampu kota berkelip seperti bintang buatan. Jalan aspal di pinggiran kota perlahan dipenuhi deru masin motor dan mobil. Suara knalpot yang meraung-raung jadi musik pengiring malam itu.

Di antara kerumunan anak muda dengan jaket kulit, helm full-face, dan sorot mata penuh adrenalin, sebuah motor sport hitam matte meluncur pelan. Lampu depannya menyorot jalan yang dipenuhi asap knalpot dan bau bensin yang menyengat.

Xander masih tetap di atas motor, tangannya menggenggam stang, sementara helm full-face menutupi seluruh wajahnya. Tak ada satu pun yang tahu siapa sosok di balik helm itu. Hanya Vano dan Arkan yang paham, pria yang kini melaju santai di tengah kerumunan adalah nama yang sudah diam-diam mulai diperhitungkan di dunia balap jalanan.

"Brooo, akhirnya datang juga!" Vano menghampiri dengan tawa lebar, menepuk bahu Xander. "Udah gue daftarin lo. Lawannya nggak main-main, ada jagoan dari blok utara."

Xander hanya menatap sekilas, bibirnya melengkung tipis. "Semua lawan semua saja. Asal jangan banyak gaya."

Vano terkekeh. "Itu dia yang gue suka dari lo, dingin banget. Padahal hadiahnya lima ratus juta, bro. Kalau lo menang, kita pesta seminggu!"

Xander tak menanggapi. Tatapannya justru terarah ke garis start, di mana lampu jalan menyinari aspal yang sudah dipenuhi ban karet. Di sekitarnya, penonton liar berteriak, beberapa mengacungkan uang taruhan. Bau bensin, asap rokok, dan aroma keringat bercampur jadi satu, menciptakan suasana liar khas balapan jalanan.

Seorang gadis dengan jaket kulit merah melangkah ke tengah lintasan, membawa bendera start. Sorot matanya liar, senyumnya penuh tantangan. "Bersiap di posisi!" teriaknya, dan semua raungan mesin langsung meninggi.

Xander duduk kembali di motornya, merapatkan sarung tangan, lalu menarik helmnya hingga menutupi wajah. Suara detak jantungnya berpacu dengan deru mesin.

Baginya, malam ini bukan sekedar balapan–ini juga latihan konsentrasi sebelum turun ke medan sebenarnya melawan rumah sakit haram itu.

Bendera terangkat.

Serokan penonton makin menggila.

Xander meremas gas. "Mari kita mulai..." bisiknya dingin.

Bendera turun.

Motor-motor langsung meleset bagai peluru yang ditembakkan dari laras baja.

•••

Kerumunan pecah. Sorakan dan siulan menggema saat nama Dragon bergema. Beberapa orang mengacungkan uang taruhan, ada yang bersorak gembira, ada pula yang mengumpat karena kalah.

Vano berlari kecil menghampirinya, wajahnya berseri-seri, "Gila, bro! Lo bikin semua orang bengong. Gue kira lo bakal jatuh di tikungan terakhir tadi."

Xander masih belum melepas helmnya. Dari balik kaca visor, ia sempat mengangkat alis, senyum tipis menyinggung di bibirnya.

"Jatuh? Gue bukan bocah baru, Van," ucapnya tenang.

Vano tertawa kecil, mengangkat bahu. "Iya deh, iya. Tapi gue bangga sama sahabat gue ini," Nada kagumnya terdengar jelas. Ia lalu menambahkan dengan nada menggoda, "Lo benaran gak minat nunjukin wajah ganteng lo? Sayang banget cuman dianggurin."

Xander menggeleng pelan, suaranya datar tapi tegas. "Gue gak mau, dan gue gak minat."

Seorang pria berbadan besar dengan jas hitam–panitia sekaligus bandar balap–mendekat sambil menenteng koper hitam.

"Anak baru, yah?" suaranya berat."

"Bukan baru, cuman baru nongol." jawab Xander tenang, matanya menatap tajam koper itu.

Pria itu terkekeh, lalu membuka koper. Tumpukan uang lima ratus juta rupiah tersusun rapi, aromanya khas dan membuat para penonton mendesah iri.

"Ini hadiah lo."

Xander mengulurkan tangan tanpa ragu, mengambil koper itu. Tangannya sedikit bergetar, bukan kerena takut, tapi karena adrenalin yang belum reda. Uang sebanyak ini, bagi anak yang hidup sendirian bisa jadi tiket kebebasan.

"Gue suka gaya lo, bocah. Keras, tapi bersih. Kapan-kapan gue mau liat lo turun lagi," ujar pria itu sebelum pergi.

Vano menepuk bahu Xander keras-keras. "Lo dengar tuh, bro! Nama lo bakal jadi legenda di arena bawah tanah kalau lo terus kayak gini."

Xander hanya terkekeh kecil. Ia menatap koper di tangannya, lalu menoleh ke arah Vano. "Legenda cuma bikin nama gue bergema, tapi duit ini yang bikin gue tetap bertahan hidup."

Vano terdiam, masih melihat kawannya dengan kagum.

Xander menyalakan motornya, suara mesin meraung rendah memenuhi telinga. Ia menoleh sekilas ke arah Vano. "Gue balik dulu."

Vano spontan menahan. "Loh, nggak nongkrong dulu atau minimal makan, bro."

Xander hanya menarik napas pendek, matanya kembali lurus ke depan. "Besok aja. Gue ada urusan."

Tanpa menunggu balasan, ia langsung memutar gas, motornya melesat meninggalkan kerumunan yang masih riuh.

1
kaylla salsabella
heleh.... kelamaan lo Xander dari kemarin udah tahu ehsan di perlakukan gak bener masih diam saja sekarang ehsan mungkin udah gak bernafas baru nonggol lagi😡😡😡
kaylla salsabella
kenapa Xander gak cepat " nolongin anak panti
kaylla salsabella
nah mirna ketahuan
azizan zizan
yahhhh.... akhirnya kebodohan telah melampaui segalanya juga...
azizan zizan
aparat bukanya boleh di percayai mereka ibarat pedang bermata dua... boleh aja menikam mu dari belakang...
azizan zizan
di ulang mengirim bukti itu terus tapi tak di kirim2..🙄🙄🙄🙄🥱🥱🥱🙄🙄
azizan zizan
tuh kan...bila kau terluka indititas mu bakal ketahuan... padahal sebelum berangkat bawa pistol segala macam eh malah mau tunjuk jahitan dulu itu bodoh namanya...
azizan zizan
terlalu banyak bacot padahal ada pistol hadehhh.. luka darah mu bakal tinggal jejak tolol...
azizan zizan
ibu ayam telor sebijik tapi riuhnya satu kampung apa dah... diam2 aja lah itu saksi sekaligus mangsa lohhh....
azizan zizan
kalau ini gayanya alur memang membosankan secara jujur aku cakap...
azizan zizan
tegang apa sih...cuma periksa data yang sudah di salin aja kok kepo amat gitu... bukannya secara live gitu kau menerobos data rahsia adehhhh...hanya periksa ulang data yang di salin itu pun ribut amat cehhh ini gaya nya mau jadi hero pooooooraaahhhh...
azizan zizan
🤣🤣🤣🤣..dark dragon(naga kegelapan) hah sepintar pintar mc gagal juga asyik2 kepala naga apa sih...
azizan zizan
sepatutnya si hakim itu sekalian di bunuh entah sudah berapa banyak yang ia makan suap..
kaylla salsabella
besok pasti seru💪💪💪
twocafenov
kopi sore buat author
Nona Jmn: Tapi author sukanta teh😃
total 1 replies
kaylla salsabella
lanjut Thor
Nona Jmn: Siap🫡
total 1 replies
kaylla salsabella
ealah bu mirna habis kamu bakal di tangan Xander
twocafenov
lanjut thor
Nona Jmn: 00:01 Kakak😁🔥
total 1 replies
kaylla salsabella
camera buat cari bukti "
Ayudya
Luna sebagai polisi masa sembarang aja main periksa itu kan melanggar etika
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!