MENIKAH DENGAN MUSUH PACAR

Ceklek...

"Huft!" Kanaya mengembuskan napas panjang, kakinya baru saja melangkah masuk ke kamar setelah Angga pamit pulang beberapa menit lalu. Degup jantungnya yang tadi seolah berpacu kencang kini mulai melambat, tepat setelah Angga menerima telepon dari seseorang dan buru-buru pamit. Itu benar-benar keberuntungan besar baginya, karena dengan begitu ia bisa bernapas lebih lega. Nyatanya hanya berada dekat Angga sebentar saja sudah cukup membuatnya grogi setengah mati!

Drrtt... Drrtt... Drrtt...

Kanaya spontan melirik ponsel yang sedari tadi ia genggam. Nama Kevin muncul di layar, menandakan pacarnya sedang menghubungi lewat panggilan WhatsApp. Tanpa pikir panjang, ia langsung menggeser ikon hijau ke atas dan menempelkan ponsel ke telinga.

"Halo sayang?"

"Iya halo ada apa?" jawab Kanaya sambil berjalan pelan lalu duduk di tepi kasur.

"Udah sampai rumah? Kok gak ngabarin aku?"

"Astaga lupa! Maaf ya baru aja nyampe." Kanaya refleks menepuk jidat. Gara-gara Angga, semua hal jadi buyar dari pikirannya.

"Ck kebiasaan. Masih muda aja udah pikun!"

"Hehe," Kanaya terkekeh kecil, lalu merebahkan diri terlentang menatap langit-langit kamar.

"Kalau kamu sendiri udah nyampe rumah? Atau masih di bengkel?"

"Belum ini malah baru otw. Sekalian mampir ke rumah kamu boleh gak? Aku kangen banget."

Deg!

Mata Kanaya membulat, tubuhnya menegang mendengar itu. Rasanya langsung berbeda, apalagi setelah status pertunangannya dengan Angga.

"E-emm a-aku..."

"Boleh kan?" potong Kevin cepat.

"Jangan dulu ya. Aku..."

"Kenapa?"

"Ehm...." Kanaya bingung, jemarinya menggigiti bibir bawah.

"Gimana kalau aku aja yang ke rumah kamu? Biar gantian gak terus-terusan kamu yang main ke sini. Kebetulan aku juga ada urusan keluar nanti," jawabnya spontan.

"Serius? Gak apa-apa kamu yang ke sini? Entar aku malah dibilang cowok gak modal kurang peka lagi," ucap Kevin sambil terkekeh kecil.

"Ya gak lah, ini kemauanku sendiri bukan kamu yang maksa." Kanaya cepat membalas. Lebih aman begitu, soalnya kalau Kevin main ke rumah sementara mamanya pulang, bisa runyam urusannya!

"Oke deh. Tapi ke apartemen aku aja ya. Lagi males pulang ke rumah jauh badan capek banget."

"Iya terserah kamu aja sharelock ya. Aku mau mandi dulu sekalian siap-siap."

"Oke cantik jangan lupa dandan biar makin manis."

"Ck aku mah mau dandan atau gak tetep cantik. Kalau kelihatan jelek berarti mata kamu yang bermasalah!"

"Haha iya deh, iya cantik. Sampai ketemu nanti. Muach!"

"Dih geli Kevin! Udah ah aku mandi dulu."

Tut!

Panggilan berakhir. Kanaya tergelak kecil sambil bergidik geli dengan tingkah pacarnya. Nah kan kalau udah kayak gini otomatis bayangan Angga jadi hilang dari kepalanya!

Sekitar satu jam kemudian, setelah bersiap. Kanaya melangkah pasti di lorong apartemen mewah, berhenti di depan salah satu pintu unit. Ia mengangkat ponselnya sebentar untuk memastikan lokasi, lalu menatap pintu lagi.

"Kayaknya bener ini deh," gumamnya pelan sebelum menekan bel.

Ting tong... Ting tong...

Ia celingak-celinguk ke kanan dan kiri, memperhatikan orang yang lalu lalang sambil menunggu pemilik unit membukakan pintu.

Ceklek...

Pintu terbuka, menampakkan sosok Kevin dengan kaos navy dan celana pendek senada. "Hai nunggu lama? Sorry tadi asik nge-game di kamar." Ucapnya dengan raut sedikit menyesal.

"Ck kebiasaan!" Kanaya mendecak. Namun matanya tiba-tiba menyipit.

"Eh muka kamu kenapa?" tanyanya saat menyadari lebam di wajah Kevin.

"Tadi pagi kak Angga, sekarang kamu. Apa cowok emang bisanya cuma ribut sih?" umpatnya dalam hati.

"Hehe," Kevin terkekeh, lalu meraih tangan Kanaya dan menariknya masuk.

"Gak kenapa-kenapa biasa cowok," katanya sambil menutup pintu.

"Ck pasti abis berantem lagi kan?" desis Kanaya, meringis melihat luka membiru di pipi dan sudut bibir pacarnya.

"Gak kok. Ini habis ditonjok anjing kemarin," jawab Kevin ngawur sambil menggiring Kanaya ke sofa.

"Jangan ngarang! Anjing mana bisa nonjok yang ada juga gigit. Ck!" Kanaya mendengus kesal.

"Aku udah bilang jangan berantem, bandel banget sih!" omelnya.

"Dih siapa juga yang berantem. Ini beneran ditonjok anjing," Kevin malah mencubit pelan hidung mancung Kanaya dengan gemas.

"Mana kotak P3K kamu?" tanya Kanaya tak menggubris, matanya berkeliling ruangan.

"Buat apa? Gak perlu toh udah kering." Ia menunjukkan luka di wajahnya.

"Tetep harus diobatin. Mana?" Kanaya menadahkan tangan.

"Gak usah sayang..."

"Kevin Pratama!" potong Kanaya galak.

Kevin terkekeh, makin gemas. "Gak usah elusin aja sama tanganmu. Pasti sembuh," katanya sembari rebahan di paha Kanaya.

"Ck bandel banget!" Kanaya menggerutu, tapi tetap menuruti, mengusap lembut wajah pacarnya.

"Kamu juga ngeyel tiap aku jelasin. Aku kan udah bilang..."

"Iya-iya terserah!" sela Kanaya malas.

Hening sejenak. Kanaya sibuk mengusap wajah lebam Kevin, sementara Kevin memejamkan mata menikmati belaian itu.

"Apa setelah ini kita bisa begini terus? Padahal aku dijodohin sama kak Angga. Aku pengen nolak tapi gak sanggup bikin orang tua kecewa..." batin Kanaya.

"Sayang," suara Kevin memecah hening.

"Hmm?" sahut Kanaya tersadar dari lamunannya.

"Nanti malam aku balapan ikut gak?" tanya Kevin sambil membuka mata.

"Ck! Dasar kamu masih luka gini malah mau balapan. Bahaya diem di rumah aja!" Kanaya langsung mengomel.

Sejak awal pacaran, dia tau Kevin adalah ketua geng motor yang suka balapan dan tawuran. Tapi tiap dengar cowoknya mau balap, hatinya gak tenang.

"Bonyok dikit gak ngaruh yang balapan kan motor, bukan muka."

"Tuh kan pinter aja nyaut!" Kanaya mendecak.

"Loh bener kan...."

Drrtt! Drrtt! Drrtt!

Ponsel Kanaya berdering. Ia segera meraih tas dan melihat nama di layar: Kak Angga.

Deg!

Tubuhnya langsung menegang. "Astaga ini orang apa lagi sih nelpon gue! Habis sudah gue kalau dia tau!"

"Siapa sayang?" tanya Kevin heran melihat Kanaya kaku.

"Ah ini mama." Kanaya buru-buru menutupi kegugupannya.

"Eh toilet sebelah mana? Aku kebelet banget."

"Oh lurus aja belok kiri setelah dapur. Perlu aku antar?"

"Gak usah aku sebentar kok." Kanaya cepat berlalu.

Kevin mengangguk, lalu kembali duduk. Beberapa saat kemudian ponselnya bergetar di meja. Nama Imel muncul.

[Imel send a picture]

[Gue yakin lo belum tau soal ini]

Kevin menyipitkan mata, tangannya mengepal melihat foto Kanaya dan Angga bergandengan di koridor sekolah.

"Dia lagi?! Dari semua cowok kenapa harus lo lagi Angga!" gumamnya kesal.

Sementara itu, di kamar mandi, Kanaya gelisah menatap pesan masuk dari Angga.

[Kak Angga send a picture]

Kak Angga: Lo mau main-main sama gue Naya?

Kak Angga: Turun sekarang atau gue kirim foto ini ke tante Naomi!

"Gila! Dia ngikutin sampai sini?!" Kanaya mengumpat panik.

Kanaya: Jangan macem-macem kak! Bisa gak sih jangan kepoin hidup gue!

Kak Angga: Gue calon suami lo kalau lupa.

Kanaya: Masih calon, belum tentu nikah!

Kak Angga: Turun atau gue kasih tau tante Naomi!

"Shit! Mama gak boleh tau! Sialan lo Angga!" Kanaya meninju pelan dinding.

Ting!

Kak Angga: Mengabaikan \= gue anggap iya!

Kanaya: Oke gue turun!

Kak Angga: Good girl.

Kanaya mendengus, rambutnya disibakkan ke belakang, napasnya memburu.

"Terus gue harus kasih alasan apa ke Kevin? Gila pusing banget!"

Beberapa menit ia menenangkan diri sebelum keluar dengan napas panjang.

"Tenang Naya." gumamnya pelan.

"Ekhm," ia berdeham di depan Kevin.

"Mama nyuruh aku pulang, aku..."

"Duduk dulu," potong Kevin dingin, menepuk sofa di sampingnya. Tatapannya datar, berbeda dari biasanya.

Kanaya bingung, tapi tetap duduk. Ia melirik Kevin yang serius menatap layar ponsel.

"Kamu kenapa? Ada apa?"

"Ini maksudnya apa?" Kevin menunjukkan layar ponselnya.

Deg!

Mata Kanaya melebar. Foto dirinya bersama Angga kembali muncul.

"K-kamu dapat dari mana?" tanyanya terbata.

"Huft." Kevin bersandar kecewa.

"Tiga kali Naya. Mau jelasin apa lagi?"

"Itu gak..."

"Gak seperti yang aku pikir? Terus ini apa? Pegangan tangan segala?" potong Kevin tajam.

Kanaya terdiam, pikirannya berputar cepat mencari alasan. "Ya Tuhan, gue udah ditunggu Angga di bawah sekarang malah diinterogasi Kevin. Ck Angga sialan!"