sekolah tinggi, lulus, kerja, punya rumah, menikah, hidup bahagia. ternyata hidup tak sesederhana itu, tak semanis susu vanila favorit nya, tak seindah langit. namun, sangat menakjubkan seperti senja.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nduk ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
kissing
" Senja." ia melirik Noval yang ada di depannya, mulutnya sibuk ngunyah mie ayam favorit nya, meneliti rasanya yang mendadak hambar, tidak seperti biasanya.
" hmm." lirihnya tanpa minat.
" Lo beneran sama sekali nggak ada perasaan sama gue?" senja menghela nafas panjang lalu menghembuskan nya secara perlahan. Wajah nya sudah menunjukkan kelelahan, lelah membuat Noval untuk mengerti dan berhenti untuk mengganggu nya
" harusnya Lo udah tau dari sikap gue, kan?"
" jadi, bukan karena Lo nggak tertarik untuk menjalin hubungan saat sekolah, tapi karena gue bukan tipe Lo?"
ingin menyangkal tapi semua orang sudah terlanjur tau hubungan nya dengan Langit, setelah dipikir-pikir nggak ada salahnya Noval memiliki persepsi seperti itu, siapa tau Noval bisa mengerti dan berhenti untuk mengganggu nya.
" sorry, gue nggak bermaksud mengusik harga diri Lo, tapi.."
" gue nggak apa-apa, beneran! Tapi gue berharap Lo nggak semakin menjauhi gue karena Lo udah punya pacar."
Senja mengaduk-aduk mie ayam nya, selera makannya semakin tak mau mendekat, ia berpikir keras dengan situasi nya saat ini. Ia pikir Noval bakalan tersinggung dan akan mundur teratur. Rupanya dugaannya salah.
Di tengah mood nya yang kacau, juga situasi yang membosankan, tiba-tiba ponselnya berbunyi, ada nama Langit di sana.
Senja mengerutkan kening, Langit hampir tidak pernah menghubungi nya secara pribadi, apalagi di luar jam sekolah.
" sorry.." Noval mengangguk sebelum Senja menyelesaikan kalimatnya. Tanpa menunggu lagi Senja langsung menggeser tombol untuk menerima panggilan.
Kening nya berkerut saat suara di sebrang sana bukan suara milik Noval." iya, saya sendiri." seakan paham akan situasi, Senja memilih berdiri lalu keluar, setelah meminta ijin pada Noval melalui gestur nya.
" oh iya nak Senja, Langit sedang sama kamu, kan? dia belum kembali sejak pulang sekolah tadi, dia juga meninggalkan ponsel nya."
entah kenapa reaksinya begitu berlebihan saat mendengar ucapan ibunya Langit, kekhawatiran langsung menyergap hati nya.
"Tante, Senja lagi nggak sama Langit, tapi Tante tenang, oke! Senja akan membawa Langit pulang malam ini." entah keyakinan dari mana. Tapi Senja merasa yakin jika ia bisa menemukan Langit.
" minta tolong ya, nak Senja! mami khawatir sekali."
" baik, Tan! Senja cari Langit nya dulu ya, selamat malam."
setelah sambungan terputus, Senja masuk kedalam dengan langkah tergesa. " Val sorry, gue harus pergi dulu." Senja menyambar tas nya lalu berniat pergi.
" Lo mau kemana? Biar gue antar."
" gue ada kepentingan lain dan please, gue mau pergi sendiri. Sorry suasana jadi nggak enak kayak gini." setelahnya Senja beneran keluar dengan langkah lebar. Tangannya sibuk mencari ojek online pada sebuah aplikasi di ponselnya.
Ia tidak tau kenapa, tapi tangannya mengetik lokasi bangunan kosong tempat ia menemukan Langit tengah terpuruk di dalamnya. Semoga ia beneran bisa menemukan Langit di sana, dan..
..dan dengan keadaan baik-baik saja.
" seharusnya gue bisa menemukan langit di sini." gumamnya menatap bangunan kosong yang nampak sunyi dan gelap gulita dari luar, lalu mengeluarkan selembar uang kertas dua puluh ribuan." terima kasih pak."
Senja menelan paksa Saliva nya setelah taksi online pesanannya sudah hilang dari penglihatan, ia tidak memiliki kenangan buruk tentang kegelapan tapi nyali nya benar-benar di uji saat ini. " CK! Lo menyusahkan banget sih, kalau Sampek ketemu nanti gue gebukin Lo!"
Senja menghidupkan senter ponsel nya, mengambil langkah masuk setelah berpikir beberapa kali, Dan benar saja di dalam bangunan ini kesan horor nya lebih terasa, hanya ada segelintir sinar yang berasal dari bangunan kanan kirinya. Memaksa masuk melalui celah-celah yang bisa di tembus nya.
Suara serangga malam membuat ketakutan nya semakin bertambah, Senja melangkah yakin menuju tangga bangunan itu yang terhubung ke rooftop nya. Dengan sisa keberanian yang tersisa, Senja membuka pelan pintu di ujung tangga. Wajah nya tertampar hembusan angin yang lumayan keras saat kepalanya melongok keluar.
" Langit! Lo di sini kan?" tak ada jawaban, lagi-lagi Senja menelan paksa Saliva nya, jantung nya berpacu, ia sudah memikirkan cara keluar dari sana dengan cepat jika nanti tidak menemukan Langit di sana.
tubuh Senja sudah sepenuhnya ada di luar, pandangan nya menyisir setiap sudut rooftop yang terbengkalai ini, ia melangkah pelan berniat memeriksa setiap sudutnya, siapa tau Langit pingsan sehingga tidak mendengar suara nya.
" srtt" Senja reflek mengarahkan penerangan nya pada asal suara, jantungnya semakin berpacu, bahkan kerongkongan nya kini terasa mengering." Langit!" panggilnya lumayan keras, pengalihan dari rasa takutnya.
Senja mendekati asal suara, bibirnya sibuk merapalkan doa, semoga ia tidak bertemu makhluk astral di sana.
Suara yang berasal dari balik kardus jumbo itu semakin jelas terdengar dan semakin berisik. " Lang?" panggil nya sekali lagi, dan sesuatu meloncat ke arah nya, membuat nya terkejut hingga melemparkan ponselnya setelah suara teriakan nya menggema. Membelah keheningan tempat menyeramkan itu.
Seekor tikus berlari menjauhinya dan menghilang di balik meja dengan berbagai barang tak terpakai yang berserakan di sana.
" sial !" umpat nya, setelah berusaha menetralkan detak jantungnya. Nafas nya naik turun tak beraturan. Ia mengerling ponselnya lalu berniat untuk mengambil nya sebelum seseorang menepuk pundaknya.
" huaaaa." pekik nya nyaris pingsan. tubuhnya bergetar hebat, ia menutup matanya rapat-rapat, belum siap bertatapan dengan makhluk apa yang menepuk pundaknya barusan.
" Senja, hei.." Senja mengenali suara itu, tapi ia masih enggan membuka mata, channel YouTube yang menceritakan kisah horor, hampir setiap malam menemani malam nya beberapa bulan terakhir ini, membuat tingkat keparnoannya meningkat berkali-kali lipat.
" Senja hei, ini gue Langit."
Senja menggeleng kuat." Lo pasti bukan Langit." Senja berusaha mendorong sosok yang ada di depannya dengan mata yang masih tertutup rapat. Kepalanya sudah pening karena ketakutan yang menyerangnya.
Namun sepasang tangan menyergap kedua pergelangan tangan nya, ia terpaksa mundur karena sosok itu menyudutkan nya ke dinding, kedua tangan nya sudah terkunci di atas kepalanya.
Rasa hangat yang ia rasakan dari tangan orang itu serta hembusan nafas yang menerpa wajahnya memberinya sebuah keyakinan jika di depannya beneran Langit,
Senja mengintip dan ia menemukan Langit yang tengah menatapnya dari dekat, kini pacuan jantung nya yang berdetak tak normal bukan karena ketakutan, melainkan suatu rasa asing yang menyelinap di dalamnya.
Namun rasa pegal yang menjalar pada kedua tangannya seakan menyadarkannya, senja mendongak, mendapati tangannya di kunci oleh cowok itu dengan erat.
" Langit lepasin! Lo ngapain sih!" Senja berusaha membebaskan tangannya, namun Langit semakin menguatnya cengkraman nya.
" Lo yang ngapain di sini malam-malam seperti ini." tanya nya dengan nada rendah, dan tengkuk Senja semakin meremang karena ulahnya.
" ya nyari Lo lah!"
Langit menaikkan sebelah alisnya." ngapain Lo nyari gue? "
Senja gelagapan karena Langit semakin mengikis jarak di antara mereka." ibu Lo telepon gue nangis nangis, katanya Lo nggak ada balik dari tadi siang!" pekik nya kalang kabut, panik Langit akan bertindak yang aneh-aneh pada nya.
" gue tau Lo bohong, Lo khawatir kan sama gue."
Senja melotot mendengar nya." ngapain gue bohong! Sekarang lepasin gue, pegel tau nggak!"
Senja menarik tangan nya sekuat mungkin saat merasa cengkraman Langit pada pergelangan tangannya melemah." Lo apa-apaa..." tubuh Senja menegang seketika saat sesuatu membungkamnya.
Jantung nya berdetak kencang saat melihat Langit menutup matanya secara perlahan, otaknya seakan blank saat bibir nya terasa basah oleh lumatan-lumatan lembut yang menghantarkan sengatan sesuatu yang mengacaukan akal sehat nya.
Langit menciumnya.