Sebuah rumah kosong di pinggiran kota menyimpan sebuah misteri akan adanya arwah gentayangan dan memberikan teror kepada para penghuni baru melalui kejadian-kejadian yang mengerikan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Richy211, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34
Sari yang tidak sadar sudah berada di depan rumahnya dan terus berjalan sampai mendekati pohon kelapa, ia pun berteriak histeris.
"Haaaa!"
Nana yang menyadari teriakan adiknya pun bergegas menghampirinya.
"Kamu kenapa teriak dek?" Tanya Nana dengan raut wajah cemas.
Sambil menutup mukanya dengan telapak tangan, ia pun mengatakan apa yang telah ia lihat hingga berteriak.
"Itu kak, aku lihat ada kepala berwarna putih di pohon kelapa itu," ucapnya sambil menunjuk ke arah pohon kelapa.
Nana pun seolah paham apa yang dilihat oleh adiknya itu tidak lain pasti adalah penampakan arwah gentayangan yang berwujud pocong.
Dengan cekatan, Nana langsung mendekap adiknya Sari dan membawanya masuk ke dalam rumah.
Badan Sari masih gemetaran dan rasa takut menyeringai dalam dirinya akibat ulah hantu gentayangan yang berani menampakan diri pertama kalinya pada anak bontot Pak Sugiono.
Nana sengaja mengajak Sari ke kamar agar tidak ketahuan oleh Bu Sri. Apalagi dia baru saja melihat arwah kepala pocong yang menyeramkan di pohon kelapa itu pasti ini akan membuat Bu Sri justru semakin panik.
Sebab Sari masih gemetar, Nana langsung berinisiatif mengambil air putih hangat agar tubuhnya lebih tenang atau rileks.
"Dek minum air putihnya dulu ya?" Kata Nana menyuruh adiknya untuk meneguk air putih hangat itu.
Dengan pelan-pelan, Sari meneguk air putih yang diberikan oleh Nana agar tubuhnya tidak merasa gemetaran lagi.
"Gimana Dek udah mendingan?" Tanya Nana kembali.
"Udah Kak. Sari takut Kak. Kenapa bisa melihat ada hantu seperti itu?" Ucapnya masih ketakutan.
"Iya Dek, Kak Nana paham. Hantu itu memang kadang ada di sekitar kita dan suka menampakan diri sewaktu-waktu," tutur Nana mencoba menenangkan adiknya agar tidak takut lagi.
"Sari nggak mau lihat hantu lagi Kak," ucapnya sambil memeluk erat Nana kembali.
Nana sungguh merasa iba karena adiknya harus melihat wujud arwah gentayangan yang selama ini ada di rumah mereka.
Padahal selama ini dari semua anggota keluarga di rumah itu, hanya Sari yang belum pernah melihat penampakan hantu yang gentayangan di rumah itu.
Namun kini, adik bontotnya pun harus melihat ada penampakan hantu dengan wujud yang menyeramkan seperti itu.
Nana lantas menyuruh adiknya untuk tidur dan melupakan kejadian menyeramkan yang baru saja ia alami tadi.
"Sebaiknya kamu tidur saja Dek, kalau dibawa tidur pasti bisa lupa semua kejadian tadi. Jangan lupa sebelum tidur, baca doa lebih dahulu agar kita senatiasa mendapat perlindungan dari Allah SWT," tutur Nana.
Sambil memeluk boneka beruang pink kesayangannya, Sari pun mencoba untuk memejamkan matanya agar bisa tertidur lelap. Sementara Nana memandangi adik bontot kesayangannya sambil mengelus kepalanya agar dia cepat tertidur.
Akibat dielus oleh Nana, mata Sari pun langsung cepat terpejam. Kini Nana pun mulai terbaring di sebelah Sari dan ikut memejamkan matanya karena esok hari mereka masih harus berangkat ke sekolah.
***
Bunyi kokok ayam jantan milik tetangga kembali terdengar hingga ke rumah Pak Sugiono dan Bu Sri. Hal ini lantas membuat ketiga anak mereka ikut terbangun dari tidur lelapnya.
Sementara Bu Sri dia sudah bangun paling awal karena sama seperti hari biasanya harus menyiapkan sarapan pagi. Untung saja hari ini adalah hari Sabtu, jadi esok hari mereka libur di hari Minggu.
Sang kakak Riko, tampak bangun lebih dahulu dan pergi ke kamar mandi sambil membawa handuk yang melingkar di lehernya. Melihat anaknya sudah bangun, Bu Sri yang ada di dapur langsung menyapanya.
"Kamu sudah bangun Nak?" Tanya Bu Sri yang sedang menggoreng telur dadar untuk sarapan pagi anak-anaknya.
"Iya bu, hari ini Riko mau piket di kelas jadi berangkatnya agak gasik," jawab Riko.
"Oh begitu, tapi sarapan dulu kan. Ibu juga sudah masak buat kalian," kata Bu Sri.
"Jelas dong bu," jawab Riko sambil masuk ke dalam kamar mandi.
Saat Riko ada di kamar mandi, tak berselang lama kemudian kedua adik perempuannya Nana dan Sari terbangun di hari Sabtu pagi itu.
Mendengar ada yang lebih dulu mandi di kamar mandi, Nana dan Sari pun mengurungkan niat untuk langsung ke sana. Mereka akhirnya memilih untuk menunggu di ruang tamu sambil menonton televisi sebentar.
Setelah melihat Kak Riko sudah masuk ke kamarnya, Nana dan Sari pun bergantian menuju ke kamar mandi, tak lupa ia mematikan televisi yang sebelumnya menyala.
"Yuk dek mandi bareng saja?" Ajak Nana kepada Sari.
"Tentu Kak, Sari seneng bisa main air juga," jawabnya terkekeh.
Melihat raut wajah ceria Sari yang kembali, ada perasaan tenang dalam diri Nana itu pertanda bahwa ia sudah melupakan kejadian menyeramkan yang semalam ia alami.
Di kamar mandi, keduanya asyik sambil bermain air, namun karena harus pergi ke sekolah hari itu mereka pun tak berani mandi lama-lama.
Setelah mandi, keduanya pun langsung menuju ke kamar dan berganti pakaian dengan seragam pramuka atau berwarna cokelat. Tak lupa, Nana dan Sari memakai parfum yang biasa dipakai oleh Nana.
Tampak Sari menyemprotkan parfum ke seragam sekolahnya dan sempat meninggalkan bekas cairan yang nanti bisa hilang dengan sendirinya.
"Duh, jangan banyak-banyak dek nanti cepat habis," kata Nana mencoba memperingatkan.
"Oke Kak, Sari lupa mau beli parfum sendiri soalnya. Gimana kalau besok temenin Sari beli parfum?" Ajaknya kepada sang kakak.
"Boleh deh, sekalian kita beli jajan di minimarket yang ada di seberang sana," ucap Nana tak kalah antusias.
Sementara itu, dari luar Bu Sri memanggil ketiga anaknya untuk segera sarapan pagi.
"Ayo sarapan dulu. Nanti kalian terlambat masuk sekolahnya?" Ucap Bu sri.
Ketiga anak Bu Sri pun langsung keluar dari kamar dan menuju ke meja makan. Tampak ada hidangan lezat di depan mata mereka yakni tidak lain telur dadar dan tumis bakso kesukaan mereka.
Mereka pun langsung makan dengan lahap karena masakan Bu Sri tentu sangat lezat. Pak Sugiono yang semalam begadang, karena ada jadwal ronda pagi ini di masih tertidur lelap dan tidak ikut sarapan pagi bersama dengan mereka.
"Alhamdulillah kenyang," kata Nana dan Sari usai makan masakan ibunya.
Mereka kini berpamitan kepada Bu Sri dan tidak lupa untuk mencium punggung tangan ibunya yang sudah menua.
"Kami berangkat dulu ya bu!"Ucap ketiga anak Bu Sri dan langsung melenggang pergi.
Riko yang ada tugas piket sekolah lantas pergi lebih dulu sambil menaiki sepeda motornya. Nana kali ini berangkat dengan adiknya dan Sari pun membonceng sepedanya.
Sesampainya di depan sekolah milik Sari, ia pun turun dan tidak lupa melambaikan tangan kepada kakaknya.
"Hati-hati naik sepedanya ya Kak?"Kata Sari sambil melambaikan tangan.
"Iya dek," ucap Nana sambil kembali mengayuh sepedanya ke sekolah.
Jarak sekolah Nana dari rumahnya memang terbilang cukup jauh, makanya waktu itu ia memilih menggunakan sepeda. Pasalnya, jika dengan berjalan kaki akan lebih terasa capeknya.