Langit Senja

Langit Senja

sedikit tentang senja

 Terlibat dalam keseriusan sebelum ulangan bukanlah hal yang baru untuk Senja. si penganut sistem SKS itu tampak sesekali merem saat menghafal. Tidak kebut semalam lagi, tapi kebut beberapa menit sebelum pelajaran di mulai.

Tapi aneh nya, dia selalu mengantongi nilai sempurna setiap kali ulangan ataupun ujian, bahkan teman-teman nya kewalahan untuk menggeser peringkat nya setiap tahun. Nama nya selalu trending di papan Mading sebagai murid genius karena berhasil menduduki peringkat umum dalam angkatan nya.

Senja bukanlah seseorang yang sangat populer di instansi nya, ia lebih memilih mengasingkan diri di pojokan, menenggelamkan dirinya nya pada pelajaran atau menulis artikel di sebuah platform terpercaya, dari pada duduk bersama dengan teman-temannya.

Bergosip atau membahas sesuatu yang baru, tertawa lepas bersama besti nya, apalagi ngejogrok di UKS hingga melewati jam pelajaran seperti kebanyakan murid lainnya bukanlah passion nya, setidaknya untuk saat ini.

Namanya Senja Calista putri, namanya sangat tersohor meskipun ia lebih terlihat tak ingin dikenal, merajai peringkat satu, penganut SKS tapi mampu membuat kebanyakan orang mengorbankan seluruh waktunya hanya demi bisa bersaing dengan nya. Ya, walaupun sia-sia.

Dia tidak memakai kaca mata tebal dengan minus tinggi seperti kebanyakan murid genius lainnya,ia bukanlah anak perpus dengan rambut kepang dua dan buku paket dalam pelukannya, dia juga tidak duduk di bangku terdepan sebagai penegas jika dirinya lah pemilik nama yang selalu trending setiap tahunnya.

Dia adalah senja, seseorang yang terlihat anti sosial, tidak memiliki teman akrab, tidak masuk dalam sebuah circle tertentu, irit bicara, duduknya di pojok paling belakang, ia hanya mengijinkan tas nya yang menjadi teman sebangku nya.

Tidak pernah menarik perhatian di kelas, jika tidak mood saat ada sesi tanya jawab, ia memilih tenggelam dalam dunianya dari pada ikut berebut perhatian guru seperti yang lainnya. Itung-itung ia memberikan ruang terhadap yang lainnya untuk bersaing dengan nya.

Hidup nya penuh ambisi, tapi hanya dia sendiri yang bisa melihat nya, dia genius tapi dia pemalas, selalu pasif di kelas, tidak ikut organisasi apapun, kecuali taekwondo karena tuntutan ekstrakurikuler nya, selebihnya ia lebih tertarik tenggelam dalam dunia nya di markas keramat nya, yaitu bangku pojok paling belakang.

Semua murid di tuntut aktif di kelas, ia pengecualian. Karena tidak aktif pun ia sudah menjadi murid favorit semua guru.

Di tengah-tengah fokus nya, sesekali perhatian Senja tersita pada teman-teman kelas nya yang memasuki kelas satu persatu, namun ada juga yang bergerombol dengan celoteh ringan serta senyum lepas di bibirnya.

Di balik buku paket nya yang terbuka lebar dengan posisi berdiri, senja tersenyum kecut, ada kerinduan yang menelusup dalam sanubari nya, namun secepatnya ia enyahkan karena merasa ia sudah membuang waktu berharganya.

Ia tak membutuhkan waktu banyak untuk menyimpan materi-materi yang mungkin akan hadir dalam ulangannya nanti dalam otaknya, tak banyak orang tau, ia adalah ahli strategi, itulah kenapa ia tak membutuhkan waktu banyak untuk sebuah ulangan ataupun ujian, Cukup pelajari point yang ia yakini akan keluar di ulangan, ia sudah bisa mendapatkan nilai sempurna sebagai penunjang nilai ujiannya nanti.

Kelebihan waktunya ia gunakan untuk menulis artikel di situs kesayangan nya. Lumayan, di usianya yang belia ia sudah memiliki tabungan rahasia yang tidak sedikit jumlahnya.

Namun, potongan-potongan masa lalu nya sering kali ikut berebut untuk sebuah posisi dalam pikirannya.

Dulu, dirinya seperti mereka, teman, sahabat, circle, bermain, bergosip, membolos. Tertawa lebar dengan teman dekatnya, kemanapun bersama teman satu circle nya, tak ada yang lebih membahagiakan selain membicarakan apa saja dengan orang-orang yang satu frekuensi Dengan nya.

Ia tak bisa mengendalikan dirinya, setidaknya dalam circle nya, apa yang membuat nya di terima, akan ia lakukan, meskipun membolos ataupun membuat keonaran lainnya, nama nya cukup terkenal bukan karena sebuah prestasi.

Wajah nya yang lumayan, penampilan nya yang menawan membuatnya menjadi idola, tapi karena kenakalan yang ia cicil setiap hari nya, membuat nya harus berhadapan dengan guru BK setiap semester.

Puncak nya adalah saat kedua orangtuanya nya di panggil ke sekolah, sekali lagi bukan karena prestasi nya, tapi karena point pelanggaran nya yang hampir tidak bisa di toleransi lagi.

Di sisi lain, perusahaan tempat ayah nya bekerja melakukan PHK besar-besaran terhadap karyawan nya, dan nama papanya masuk dalam list PHK saat itu .

Hidup nya yang berkecukupan berubah drastis seketika, reputasi nya di sekolah seakan menambah kesialannya, untuk pertama kalinya ia melihat kekecewaan yang teramat besar pada raut wajah penuh kasih kedua orang tuanya.

Bahkan ia hampir tidak bisa melanjutkan pendidikannya di tempat impiannya bersama teman-temannya saat itu.

"kak, sepertinya kamu harus ngalah dulu sama adek ya, biar adek juga bisa ngerasain sekolah SMP juga seperti kakak." bagai samberan petir di siang bolong.

Dirinya memang bandel, tak ada yang bisa di harapkan hanya dengan melihat reputasi dan point pelanggaran nya, tapi ia juga memiliki cita-cita yang harus ia gapai.

Ayah nya seorang manager di sebuah perusahaan besar, gaji nya sangat menjamin sebelum sebuah skandal yang ia sendiri tidak melakukan nya menimpanya, jabatannya menjadi taruhan. Bahkan ayahnya harus rela di pecat secara tidak hormat karena kesalahan yang sama sekali tidak beliau perbuat.

Ibunya memiliki toko bunga, sebelum nya toko itu sangat besar dengan income yang tidak main-main setiap bulannya, namun akhir-akhir ini toko nya mengalami penurunan pembeli yang mempengaruhi target omsetnya.

Secara bersamaan, kesehatan ibunya juga sedang tidak baik-baik saja. sedang adik nya sudah kelas 6 SD yang sebentar lagi melanjutkan ke sekolah menengah pertama dengan biaya yang tidak sedikit, begitu juga dirinya yang sebentar lagi akan melanjutkan pendidikannya di sekolah menengah atas.

Suatu ketika, tidak ada angin tidak ada hujan, kedua orang tuanya mengajaknya berbicara serius sehabis makan malam, seperti akan melakukan konferensi pers, suasana saat itu terlihat tegang.

Ekspresi ayah nya yang tegang, di padukan dengan wajah pucat ibunya yang ikutan tegang, menciptakan atmosfer ketidak nyamanan di sana.

Senja meremat tangannya sendiri yang ia sembunyikan di bawah meja makan, bingung harus menjawab apa, sedang hatinya memaksanya untuk melakukan pembelaan.

Pembicaraan ini bukan yang pertama kalinya, dan rasanya ia lelah untuk memaksa orang tuanya untuk memberikan hak pendidikan padanya.

Dengan senyum yang melawan kata hati nya, ia mengangguk lemah." yah, jadi beneran Senja udah nggak bisa sekolah? Nggak apa-apa deh, jika itu bisa meringankan beban ayah dan bunda." lirih nya sendu, tapi jauh dari lubuk hatinya ia sudah menerima semuanya, setiap malam ia bergulat dengan hati nuraninya, dan memilih untuk berdamai dengan keadaan.

Ucapan senja bagai sebuah pukulan Golem untuk kedua orang tuanya, sekaligus mengantarkan aliran semangat yang sempat meluap entah kemana.

" Senja, jawab ayah nak, kamu beneran ingin sekolah?" meski agak bingung dengan pertanyaan itu, alam bawah sadar Senja membuat nya memberikan anggukan sebagai jawaban.

Tiba-tiba saja ayah nya berdiri, seperti ada kobaran api yang tak terlihat, mendadak eskpresi ayahnya di selimuti oleh tekad.

" kalau begitu, berikan yang terbaik untuk ayah dan bunda mu." setelah itu ayah nya pergi dari meja makan, meninggal nya yang melongo, bingung dengan apa yang terjadi, ia menoleh pada ibunya meminta penjelasan pada apa yang sudah ia tau, sekedar untuk meyakinkan nya jika ia tidak salah dalam memahami maksud ayah nya.

Ibu nya tersenyum tipis seraya menganggukkan kepala, membuat sesuatu dalam dadanya membuncah. Jadi, ia tak jadi putus sekolah? Ini beneran ?.

Dalam hati ia bertekad, ia akan memulai semuanya dari awal, tak perlu menjanjikan sesuatu yang muluk-muluk kepada orang tuanya, tapi ia bertekad akan membuktikan nya.

Tanpa ia sadari, suasana kelas yang tadinya riuh berubah menjadi sunyi senyap, Senja sudah mempersiapkan dirinya untuk menghadapi ulangan kali ini, tapi sesuatu seakan mengganggunya.

Yang masuk ke kelasnya bukanlah Bu Lastri, selaku pemegang mata pelajaran fisika kimia yang sebentar lagi akan melakukan ulangan, melainkan pak Danu yang merupakan wali kelasnya, dengan seseorang asing yang membuntuti nya dari belakang.

" selamat pagi anak-anak, hari ini kita kedatangan saudara baru ya." dan bisa di pastikan, suasana kembali riuh, berbanding balik dengan dirinya, semangat nya seakan tersedot oleh sesuatu yang tidak terlihat.

Huh, membuang-buang waktu ku saja !.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!