Cinta Ini Membunuhku

Wajah Amara kian menjadi pias dan memucat ketika ia mulai mengingat wajah di hadapannya sebagai wajah dari salah satu orang sahabat Mattew yang dulu di perintahkan laki laki itu untuk menyentuhnya.

Otak Amara segera berputar cepat, prasangka buruk segera tercetak di hati dan fikirannya kenapa laki laki itu bisa berada di dalam kamar ini.

" kau....kenapa kau bisa berada di dalam kamar ini ?!

Apa... Mattew yang menyuruhmu datang kemari...... ?! " Amara kembali bersuara dengan suara yang tergagap.

Manuel yang masih dalam keadaan syok karena melihat Amara di apartemen ini mencoba memahami apa yang sebenarnya mungkin terjadi.

Apakah mungkin ada hubungan rahasia antara Mattew dengan wanita yang selama ini ia cari itu ?!

Apalagi saat Manuel menelisik penampilan Amara yang hanya memakai kemeja kebesaran di tubuhnya.

Dadanya terasa sesak dan bergemuruh tiba tiba ketika ia menyadari kemeja siapa yang tengah di pakai oleh Amara itu.

Diam diam Manuel mengumpati Mattew di dalam hati.

" brengsek kau Matt....kau tahu selama ini aku terus mencari Amara,

Tapi kau justru menyembunyikannya " umpat Manuel menahan marah.

Perlahan Manuel mulai melangkah mendekat ke pada Amara dan itu tidak di sadari oleh Amara.

" kau benar Amara...Mattew yang menyuruhku datang kemari,

Dan kau tahu apa katanya hemmm....?! " jawab Manuel dengan suara lirih sembari tangannya mengulur meraih pergelangan tangan Amara dan kemudian menarik wanita itu hingga Amara menabrak dadanya.

" lepaskan aku..." sentak Amara yang baru menyadari apa yang di lakukan Manuel padanya.

" melepaskanmu ?! " cicit Manuel sambil mencium daun telinga Amara dan membuat Amara sontak menekuk lehernya.

" bagaimana aku bisa melepaskanmu Amara ?! Sementara aku telah mencarimu selama bertahun tahun...dan sekarang...

Setelah aku menemukanmu kau minta aku melepaskanmu ?! " jawab Manuel lagi.

" tidak Amara...tidak.... sekarang aku tidak akan pernah melepaskanmu seperti dulu,

Kau tahu kenapa ?! Karena Mattew sendiri yang menghadiahkanmu padaku "

lanjut Manuel Lagi yang sontak membuat Amara mendongak dan menatap laki laki di hadapannya itu.

Tanpa sadar Amara menggelengkan kepalanya.

" kenapa kau menatapku seperti itu Amara ?! Kau tidak percaya Mattew menghadiahkanmu padaku ?!

Memangnya apa yang kau pikirkan tentangnya ?! Dia mencintaimu karena dia membawamu ke apartemennya ?! " sambung Manuel

" ayolah Amara....dia seorang Mattew Nix...kau pikir dia akan cukup hanya dengan satu orang wanita saja ?! " lanjut Manuel lagi.

" mungkin dia sudah bosan padamu makanya dia akhirnya memberikanmu padaku "

" aku bukan barang....siapapun tidak berhak memberikan aku pada siapapun termasuk Mattew Nix..." sentak Amara dengan wajah yang memerah karena marah.

Kurang ajar Mattew,

Brengsek sekali laki laki itu....berkata visanya habis sehingga ia harus kembali ke China.

Tapi ternyata laki laki itu malah memberikanya kepada sahabatnya seperti barang.

" meski Mattew tidak memberikanmu padaku...percayalah aku akan tetap merebutmu darinya " kata Manuel dan mulai lancang dengan tangan yang mulai mengusap paha Amara yang terekspos sempurna.

" Amara...andai kau tahu aku hampir gila karena mu,

Aku tak bisa berhenti memikirkanmu sejak hari itu.

Kulitmu yang lembut seperti ini masih bisa aku ingat dengan jelas.

Wangi rambut dan tubuhmu benar benar membuatku gila Amara " bisik Manuel di telinga Amara.

" lepaskan aku...lepaskan aku..." Amara meronta sekuat tenaga.

Namun sungguh ia seakan tak memiliki kekuatan sama sekali.

Tubuhnya yang memang terasa lemas dan lemah membuatnya kian tak berdaya ketika Manuel mendekapnya kian erat dan mulai mencumbu dirinya.

" Mattew....jika laki laki ini benar benar berhasil menyentuhku, aku bersumpah aku akan membunuhmu.

Aku tidak akan berhenti sampai aku melihat kau mati "

Amara bersumpah dan berteriak di dalam hati menyumpahi sosok Mattew Nix.

Tangan Manuel terus bergerak lincah berusaha melepas kancing kemeja yang di pakai Amara dengan sesekali meremas bukit kembar wanita yang nampak tak berdaya itu.

Air mata tak lagi bisa ia bendung.

Sungguh ia merasa hidupnya benar benar hancur saat ini.

Harga diri benar benar seolah tak lagi ia miliki.

" Tuhan...kenapa semua ini harus terjadi padaku ?!?

Apakah salah jika aku sangat mencintai ?! " rintih Amara di dalam hatinya.

" cinta ini benar benar membunuhku " rintihnya lagi masih di dalam hati ketika ia menyadari,

semua permasalahan ini datang kepadanya karena cintanya yang bertepuk sebelah tangan kepada sosok seorang Ryuga Carter.

Manuel perlahan menarik tubuh Amara yang tak berdaya ke arah tempat tidur sembari mencium paksa wanita itu.

Ia tak perduli meski Amara terus berontak dan terus menolak dirinya.

Dia sudah bertekad untuk memiliki wanita itu seutuhnya.

Amara yang putus asa tetap tak mau menyerah. Tiba tiba ia merasa memiliki kesempatan ketika Manuel kembali menciumnya paksa.

" aw...." Manuel mengerang lirih ketika Amara menggigit kuat bibirnya,

Darah segar segera mengalir dari bibir Manuel.

Bersamaan dengan itu Amara merasakan pelukan Manuel sedikit menggendur.

Amara menggunakan kesempatan itu dengan baik.

Dugh.....

" awww...shhttt....Amara....!!! " pekik Manuel sambil mengerang dan sontak dekapannya pada Amara terlepas.

Amara menendang milik laki laki itu dengan sekuat tenaga.

Dan berhasil...

Manuel mundur beberapa langkah kebelakang dengan tubuh yang menekuk.

Dan Amara...

Dengan sisa sisa tenaga yang ia miliki, wanita itu berlari ke arah walk in closet dan segera menutup pintu ruangan itu dan kemudian ia menguncinya.

" Amara.....Amara....kembali kamu....!! " Manuel berteriak dengan masih meringis menahan ngilu di area sensitif miliknya.

Butuh waktu sedikit lama sampai ia bisa menetralisir rasa sakit dan ngilu di area pribadinya itu.

Brugh brugh....brugh.....

" Amara....buka pintunya.....!!! " teriak Manuel sambil menggebrak pintu ruangan itu.

Kesabarannya hilang sudah, hasrat yang seperti sudah di ubun ubun kian mengikis kesabarannya.

" Amara...buka pintunya sekarang juga atau kau akan melihat kemarahanku padamu...buka pintunya Amara....!! " teriak Manuel dengan menggebrak pintu semakin keras.

Tapi Amara tak kunjung membuka pintu itu dan hal itu membuat Manuel kian gusar.

Sementara di dalam ruangan walk in closet. Amara berjongkok di lantai sambil menutupi kedua telinganya.

Tubuhnya gemetar bukan main dan basah oleh keringat.

Tak lama...

Brugh....

Amara jatuh pingsan dan tak sadarkan diri.

Ketakutan yang luar biasa membuatnya kehilangan kesadarannya.