NovelToon NovelToon
Reinkarnasi Ke Dalam Tubuh Putri Buangan

Reinkarnasi Ke Dalam Tubuh Putri Buangan

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Time Travel / Fantasi Wanita / Cinta Istana/Kuno
Popularitas:3k
Nilai: 5
Nama Author: Nfzx25r

Seorang gadis muda yang memilih untuk mengakhiri hidupnya dengan terjun ke dalam laut lepas. Tetapi, alih-alih meninggal dengan damai, dia malah bereinkarnasi ke dalam tubuh putri buangan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nfzx25r, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Perselingkuhan Selir

Putri Minghua menyetujui ide yang diajukan oleh Mei. “Baiklah, ayo kita masuk,” ujarnya dengan penuh keyakinan.

Mei mengangguk, lalu memimpin jalan menuju pintu masuk belakang istana, jalan tersembunyi yang sebenarnya sangat sulit untuk dilalui.

Ranting-ranting tajam menusuk kulit mereka, menyebabkan beberapa goresan kecil di tubuh Putri Minghua. Meski begitu, akhirnya mereka berhasil masuk ke dalam istana dengan selamat.

“Nona, izinkan saya mengobati luka-luka Anda,” ucap Mei sambil menatap beberapa bagian tubuh Putri Minghua yang terlihat berdarah.

Putri Minghua hanya mengangguk pelan, lalu melangkah menuju kamarnya dengan langkah tertatih karena luka di kakinya juga cukup menyakitkan.

Dalam perjalanan menuju kamar, matanya menangkap pemandangan aneh di lorong istana yang tampak sunyi. Tiba-tiba, ia melihat sosok misterius menyelinap masuk ke kamar salah satu selir.

Rasa penasaran menguasai dirinya. Dengan penuh kehati-hatian, ia memilih untuk mendekat dan mengintip. Mei mengikutinya dengan raut wajah was-was, sambil menggendong Tantan yang masih tertidur pulas.

Tiba di depan kamar sang selir, Putri Minghua mengintip dari celah jendela. “Ternyata jendela ini tidak serapat yang kukira. Masih ada celah... Jangan-jangan Sanghyun juga mengintip seperti ini?” bisiknya pelan, seakan berbicara pada dirinya sendiri, membayangkan sosok Sanghyun yang mungkin pernah melakukan hal serupa.

Mei hanya mengangguk kecil, meski tampak tidak begitu yakin dengan pertanyaan itu.

Mereka sama-sama mengintip, menyaksikan interaksi mencurigakan antara sang selir dan orang asing tersebut, hingga akhirnya...

Putri Minghua bangkit dan segera bergegas menuju kediaman Kaisar. Langkahnya cepat dan tegas. Mei, yang kewalahan sambil tetap menggendong Tantan, berusaha mengejar.

Setibanya di depan pintu kediaman Kaisar, Putri Minghua langsung menerobos masuk, meskipun para pengawal berusaha mencegahnya.

Ia membuka pintu dengan keras hingga membuat Kaisar bangkit dari duduknya dengan penuh amarah. “Ada apa ini?!” bentaknya sambil menggebrak meja di depannya.

Putri Minghua segera memberi hormat, lalu berkata dengan berani, “Ayahanda, mohon ikut hamba. Hamba ingin menunjukkan sesuatu yang penting.”

Kaisar menatapnya tajam lalu kembali duduk. “Aku tidak punya waktu untuk meladeni kelakuan anehmu, Minghua,” ucapnya tegas, nadanya begitu dingin dan menusuk.

Namun Putri Minghua tidak gentar. “Hamba tidak akan mengecewakan Ayahanda. Mungkin justru Ayahanda sendiri yang akan merasa kecewa nanti.”

Ucapan itu cukup menggugah rasa penasaran Kaisar. Ia menghela napas kasar. “Baiklah, di mana tempatnya?”

Tanpa membuang waktu, Putri Minghua memimpin Kaisar menuju kediaman selir yang tadi mereka intip. Setibanya di depan pintu, ia berkata dengan nada yakin, “Ayahanda, silakan buka pintu ini.”

Kaisar sempat ragu, namun akhirnya memerintahkan para penjaga untuk membuka pintu kamar tersebut.

Putri Minghua mundur beberapa langkah, menyembunyikan dirinya di balik salah satu pilar agar tidak terlihat.

Saat pintu terbuka, Kaisar langsung terdiam. Matanya membelalak penuh amarah. “MINGHUA!!” teriaknya lantang.

Putri Minghua perlahan mendekat, menahan rasa khawatir yang mulai muncul. “Kenapa, Ayahanda?” tanyanya cemas.

Kaisar menunjuk ke arah kamar yang kini kosong, tak ada siapa pun di dalamnya. Ia tampak bingung lalu memutar pandangan, seperti mencari sesuatu yang tersembunyi.

Langkahnya membawa ia ke sisi belakang tempat tidur. Ia membungkuk, mengamati dengan seksama... hingga akhirnya menemukan sehelai kain, kain yang sangat dikenalnya, milik sang selir.

Putri Minghua dengan lihai membuat pengalihan, seolah-olah Kaisar dan para penjaga benar-benar telah pergi dari tempat itu.

“Memang tidak ada apa-apa di sini,” ucapnya dengan santai, suaranya tenang tapi mengandung maksud tersembunyi.

Ia kemudian menutup pintu perlahan, lalu memberi isyarat kepada Kaisar dan para penjaga untuk mengikutinya ke sisi jendela tempat ia semula mengintip. Tatapannya penuh keyakinan, seolah ia tahu waktu yang tepat akan segera datang.

Beberapa saat berlalu dalam keheningan. Tak ada suara selain desiran angin lembut yang menyentuh dedaunan di luar kamar. Hingga akhirnya...

Seorang selir muncul perlahan dari balik ranjang dengan wajah yang memerah, kulitnya tampak lembap oleh peluh. Tak lama kemudian, seorang pria menyusul dari belakangnya, sama sekali tak mengenakan sehelai kain pun di tubuh bagian atas.

“Kau yakin kita tidak akan ketahuan?” tanya pria itu dengan nada khawatir, suaranya nyaris berbisik.

“Tidak akan, sayang,” jawab sang selir dengan manja. Ia menoleh ke arah laki-laki itu, lalu tangannya menyusuri dada bidang pria tersebut dengan lembut, penuh gairah.

Dari balik jendela, Putri Minghua, Kaisar, dan para penjaga menyaksikan semua itu dengan mata kepala sendiri. Pemandangan di depan mereka begitu jelas, tanpa ada tirai yang menutupi.

Tubuh Kaisar menegang, matanya membelalak penuh amarah, dan wajahnya seketika memerah. Ia melangkah dengan cepat dan penuh emosi menuju pintu kamar. Tak ada kata yang ia ucapkan, namun sorot matanya sudah cukup untuk membuat para penjaga mengerti.

Begitu pintu dibuka dengan keras, selir itu terperanjat. Ia buru-buru menarik selimut untuk menutupi tubuhnya, namun semuanya sudah terlambat. Pria di sampingnya pun tampak panik, matanya membulat penuh ketakutan.

Kaisar berdiri di ambang pintu dengan aura yang begitu mengintimidasi. Dengan suara dingin dan tajam, ia memerintahkan, “Tangkap mereka. Bawa ke hadapanku.”

Para penjaga segera masuk dan menyeret keduanya tanpa ampun.

Selir itu masih mencoba menyelamatkan dirinya. Dengan suara lantang dan penuh kepanikan, ia berteriak, “Yang Mulia! Ini semua jebakan! Hamba dijebak oleh Putri Minghua! Hukum dia, bukan hamba!” tangannya menunjuk Putri Minghua dengan gemetar.

Namun tuduhan itu justru membuat murka Kaisar semakin memuncak. Tanpa banyak bicara, tangannya terangkat dan menampar wajah selir itu dengan keras hingga perempuan itu terhuyung.

“Beraninya kau menuduh putriku melakukan hal sekeji ini!” bentaknya tajam, suaranya bergema keras di seluruh penjuru lorong.

Wajah selir itu memucat, air matanya jatuh, namun tak satu pun dari mereka menunjukkan belas kasih.

Para penjaga menyeret mereka berdua keluar kamar dengan paksa. Suasana istana yang semula sunyi kini dipenuhi dengan ketegangan dan bisik-bisik penuh keterkejutan.

Putri Minghua berdiri tegak di sisi Kaisar. Meski wajahnya tetap tenang, dalam hatinya ada campuran rasa lega dan getir. Ia berhasil membuka kedok pengkhianat, tapi juga tahu bahwa sejak detik itu, ia telah menjadi pusat perhatian sekaligus ancaman bagi mereka yang menyimpan niat busuk.

1
Cha Sumuk
ap ga ada ingatan yg tertggl hemmm
Murni Dewita
double up thor dan tetap semangat
Nfzx25r: Iya, makasi
total 1 replies
Murni Dewita
next
Murni Dewita
nyimak
Murni Dewita
👣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!