NovelToon NovelToon
Shadows In Motion

Shadows In Motion

Status: sedang berlangsung
Genre:Kehidupan di Sekolah/Kampus
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: KiboyGemoy!

Karya Asli By Kiboy.
Araya—serta kekurangan dan perjuangannya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KiboyGemoy!, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 11

Kedua matanya memancarkan pertanyaan dan rasa nyaman. Namun, kekhawatiran benar-benar melanda. Dia khawatir sikapnya yang kurang dewasa akan membuat orang-orang didekatnha perlahan menjauh dan menghilang.

Kehilangan seseorang benar-benar hal yang paling menyakitkan. Maka dari itu, ia lebih baik memendam dari pada menyuarkan suara yang membuat orang-orang tidak nyaman. Bertingkahlah seperti orang dewasa, tidak merepotkan, dan tidak bersikap dalam segala hal.

Entah perasaan apa yang mampir di lubuk hati Araya, namun perasaannya benar-benar dalam keadaan hari mendengar perkataan Rifan. Tapi, ada rasa tidak keyakinan karena semua manusia butuh sikap dewasa.

"A-apa kamu tidak keberatan?" tanya-nya, ragu dan takut.

Ragu mengucapkannya dan takut mendengar jawabannya.

Pemuda yang tinggi darinya itu tersenyum. Kepalanya perlahan mengangguk pelan.

"Aku benar-benar tidak keberatan," jawabnya yang benar-benar membuat perasaan cemas semakin melanda.

Bukan cemas karena tidak percaya, hanya saja cemas jika Araya masih belum mampu melakukannya.

"Ada kalanya kamu akan merasa keberatan," ucap Araya tegas.

"Untuk apa aku memintanya jika akhirnya aku merasa keberatan? Aku bukan pengecut yang meminta barang lalu di buang begitu saja!" Sanggah Rifan begitu saja.

Keduanya saling bertatap memancarkan rasa yang sulit diartikan. Ada yang ingin mereka sampaikan satu sama lain namun berhenti di pertengahan jalan.

Dersik-mulai memberikan rasa dingin yang kini membuat sadar, namun pandangan mata nya sulit dipalingkan.

"Raya, apa kamu sulit dalam mengekspresikan diri?" tanya Rifan, hati-hati.

Araya mengedipkan matanya dan membuang muka ke arah samping. Napasnya kian semakin cepat, rasa panik tiba-tiba saja menghampirinya.

"A-aku tidak tahu," jawabnya terbata-bata.

Rifan menghela napas, pemuda itu kini sudah tahu bahwa Araya sulit dalam mengekspresikan dirinya sendiri. Dan, Araya di kelilingi rasa cemas yang berlebihan, membuat tubuh gadis itu susah merespon dan susah mengeluarkan kata-kata yang ingin dia sampaikan.

"Raya, apa kamu bisa melihat bulan di atas sana?"

Araya mendongak, menatap bulan yang memberikan cahaya pada gelapnya malam.

"Bulan memancarkan sinarnya untuk malam yang hanya memberikan kegelapan, dia sendiri. Namun, terkadang bersama bintang-bintang."

Araya menoleh ke arah Rifan, setiap kata yang terucap pasti tersimpan makna. Gadis itu tersenyum tipis, sangat tipis hingga tidak ada yang sadar kecuali yang maha kuasa.

"Apa itu memiliki makna?" tanya Araya, kembali menatap bulan.

Rifan terkekeh kecil. "Aku hanya mengatakannya, mungkin memiliki makna. Namun, aku malas," jawabnya.

Hening sejenak, Araya sibuk, fokus menatap bulan yang benar-benar indah di atas sana. Begitupun dengan Rifan, sesekali akan melirik ke arah Araya.

"Semua orang ... membutuhkan orang dewasa, sikap dewasa, serta pikiran yang dewasa," lirih Araya, memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celananya.

"Tapi, kamu harus menjadi diri kamu sendiri. Tidak selamanya kita harus bersikap dewasa hanya karena orang lain," potong Rifan.

Araya menarik napas, kemudian menghembuskannya. "Apa kamu tidak keberatan jika aku banyak bicara?"

"Dari awal kamu sudah banyak bicara, walaupun ... hanya sebentar. Tapi aku ingin kamu bertindak seusai apa yang ingin kamu lakukan." Rifan memberikan ekspresi seyakin mungkin bahwa ia tidak berbohong dengan apa yang dia ucapkan.

Araya menyungging senyum. "Ini adalah pertama kalinya," ucapnya kembali berjalan dengan langkah yang semakin cepat.

"Pertama kali apa?" tanya Rifan mengejarnya.

"Ini adalah pertama kalinya seseorang ingin aku bertindak sesuai diri sendiri," ucapnya, ada sedikit rasa haru yang Araya rasakan.

"Raya, kamu harus berjanji untuk terus berkomunikasi denganku. Aku siap mendengarkanmu, dan ... aku akan selalu ada untuk mendengar kan mu."

"Pegang ucapanmu," jawab Araya.

(⁠╥⁠﹏⁠╥⁠)

Sesampainya di depan pagar, Araya langsung saja pergi meninggalkan Rifan tanpa sepatah katapun—sudah biasa.

Rifan tersenyum sebelum akhirnya berbalik dan memasuki rumah, menuju kamar, dan menuju ke kamar mandi untuk membersihkan diri.

sedangkan Araya sendiri, langsung melempar tubuhnya di atas ranjang kemudian menutup mata dan memasuki alam mimpi.

Berbeda dengan keduanya, Naya dan Devan sedang melakukan panggilan video seperti biasa yang mereka lakukan sebelum tidur.

Naya sudah menggunakan piyama tidur, ia tersenyum ke arah Devan yang juga tersenyum ke arahnya.

"Lebih baik kamu menjaga jarak dari, Araya, Devan. Aku semakin kesal jika kalian berdua terus bermesraan," ucap Naya kesal.

Devan terkekeh gemas di balik layar. "Baiklah, akan kulakukan. Lagipula beberapa hati terakhir nanti aku akan terus menerus bersamamu," jawabnya.

"Walaupun kita berdua terus bersama, tapi kalau status kalian masih pasangan. Aku tetap saja ngga suka!"

"Belum ada waktu yang cocok untuk mengatakannya, selesai merayakan hari ulang tahun sekolah baru aku putuskan," ucap Devan, serius.

"Kenapa harus selesai perayaan, kan bisa besok, besok, dan besoknya."

Devan menghela napas. "Kamu tahu kan bagaimana sahabat kamu itu, dia paling ngga bisa kalau ngga sama aku. Apa kamu mau dia hancur saat penampilan?"

"Itu yang bagus," batin Naya.

"Serah kamu, deh. Aku mau tidur, bay!" Naya mematikan panggilan video, wajah gdis itu semakin kesal.

"Kalaupun bisa dihancurkan sekarang kenapa harus menunggu," gumamnya.

(⁠╥⁠﹏⁠╥⁠)

Ruang Latihan.

Araya dan Rifan kini melakukan gerakan yang beberapa hari mereka lakukan. Semakin lancar dan semakin baik untuk di pandang dari pada hari terakhir—walaupun masih ada gerakan kaku yang terlihat.

Gerakan tangan yang begitu santai, tekuk tubuh yang begitu teliti, serta beberapa gerakan yang lambat menjadi cepat semakin membuat mereka terlihat keren.

Araya membentangkan satu tangannya kesamping kanan, kepalanya menoleh ke arah kiri, secara berlawanan. Ia lakukan dengan penuh hati-hati.

Rifan pun berjalan dengan tekuk tubuh yang benar-benar rapi, meraih rentangan tangan Araya kemudian menariknya sedikit kuat hingga Araya berputar dan masuk ke dalam pelukannya.

Posisi mereka, Araya menghadap depan dan seakan Rifan memeluknya dari belakang.

Tangan kanan Rifan memegang pinggang Araya, dan satu tangannya memegang tangan Araya yang tadi gadis itu rentangkan.

Dada mereka naik turun dengan napas memburu, akhirnya latihan beberpaa hari ini tidaklah sia-sia merka melakukan yang terbaik hingga benar-benar menjadi terbaik.

Araya berjalan, mengambil sebotol air kemudian memberikannya pada Rifan, yang duduk di lantai berhadapan dengan cermin besar di depan.

Rifan tersenyum kemudian mengambil sebotol air itu. Araya ikut duduk di sebalahnya.

"Bagaimana menurutmu, apa kita perlu menambahkan beberapa gerakan lagi?" tanya Araya, sedikit ragu namun ia harus bisa seperti apa yang sering Rifan katakan padanya.

Rifan tersenyum, menoleh sejenak ke arah Araya. "Menurutku ini sudah bagus. Kita harus terus berlatih hingga lancar, bagaimana pun tubuhku agak sedikit kaku," jawab Rifan.

Araya mengangguk. "Bagian memegang pinggangku, seharusnya kamu harus lebih santai dan rasakan saja suasananya," ucap Araya.

"Saat pertengahan, di mana kita berdua saling hadap, kamu harus menunjukkan ekspresi pada lawanmu yaitu, aku."

"Dan... kalau aku memegang wajahmu kamu harus menyentuhnya lebih lembut, jangan terlalu kaku."

Rifan mengangguk paham.

"Sudah malam, saatnya untuk kita pulang."

(⁠╥⁠﹏⁠╥⁠)

Sedangkan di ruang latihan ballet, semuanya berjalan dengan lancar karena keduanya saling memancarkan rasa cinta yang sangat mendalam.

Devan dan Naya benar-benar pasangan yang serari, seperti itulah rumor akhir-akhir ini di ruang ballet. Keduanya menari dengan sangat baik, sepertinya mereka benar-benar merasakan tarian tersebut. Padahal keduanya berlatih tak cukup lama.

"Semuanya berjalan dengan lancar, dan ... kita harus memberikan yang terbaik," ucap Naya menyentuh pipi Devan dengan lembut.

1
Alexander
Ceritanya bikin aku terbuai sejak bab pertama sampai bab terakhir!
Kiboy: semoga betah😊
total 1 replies
Mèo con
Terharu, ada momen-momen yang bikin aku ngerasa dekat banget dengan tokoh-tokohnya.
Kiboy: aaa makasih banyakk, semoga seterusnya seperti itu ಥ⁠‿⁠ಥ
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!